15

21.1K 1K 27
                                    

Velo menatap seluruh anggota keluarga dengan penuh harapan agar diperbolehkan mengikuti acara sekolah.

"Papa boleh ya?! Plisssss, kan udah mau lulus juga." rengek Velo kepada Carlos yang menatap nya jengah. Anaknya ini memang tidak pantang menyerah.

"Engga sayang, kegiatan itu bikin kamu cape lagian gaada abang mu yang jagain kamu." ucap Carlos.

"Papa mah gitu. Velo janji gaakan kecapean kan ada Bang Andro, Bang Ano, Charlie, Ara, Velo mohon." astaga Velo patut mendapat piala Oscar karena acting nya yang sudah menangis berkaca-kaca tak lupa wajah nya memerah.

"Iya sayang mama bolehin. Tapi janji ya jangan kecapean? Bawa obat kamu, nanti mama siapin semua barang yang harus kamu bawa." tegas Zartha mama nya yang selalu berpihak kepada Velo.

Carlos hanya melengos kesal. Terserah dirinya dicap lebay atau apapun, tapi dirinya tidak rela jika Velo mengikuti kegiatan sekolah yang menurutnya tidak berfaedah.

"SERIUS?! SAYANG MAMA! VELO KESEL SAMA PAPA HIH!" teriak Velo membuat Carlos gelagepan.

"Iya iya sayang kamu boleh pergi, Papa ijinin kali ini. Wajib laporan seperti biasa, ponsel kamu gaboleh off, Papa udah suruh bodyguard ikutin kamu." Carlos menyahut dengan nada yang sangat tidak bisa dibantah oleh Velo.

Alejandro hanya menatap Velo iba. Dirinya tahu bahwa Velo ingin seperti anak lainnya yang bebas mengepakkan sayap. Tetapi, apa boleh buat, dunia bisnis sangat mengerikan itulah mengapa Keluarga Javis sangat overprotect terhadap Velo.

"Al kamu telepon Fabiano suruh dia kesini." titah Carlos yang langsung dilakukan oleh Alejandro.

"Eh eh kenapa telepon Bang Ano?!" tanya Velo yang sudah sangat ceria.

"Papa ada urusan sama dia, kamu gausah kepo sayang, udah sana ke kamar siapin keperluan!" ujar Carlos membuat Velo mengerucutkan bibirnya sebal.

Zartha geleng-geleng melihat antaraksi Papa dan anak itu. Suaminya ini benar-benar cinta mati terhadap putri bungsu nya.

"Mama, Velo mau kuliah diluar negri boleh?!" tanya Velo pelan kepada Zartha yang sibuk menata keperluannya, benar benar keluarga lebay. Kan acaranya hanya satu hari mereka ini hih.

"APA?!" kaget Zartha dengan suara keras membuat Velo mundur beberapa langkah.

"Maafin mama sayang, Mama engga bentak kamu. Nanti diomongin lagi ya?" ucap Mama nya lembut.

Sebenarnya Velo sudah mengikuti beberapa tes beasiswa untuk ke Jerman, ia entah kenapa ingin kuliah disana. Sapa tau juga ia bisa melupakan rasa cintanya dan menemukan cinta baru nya.

Kekesalan Fabian memuncak begitu saja, saat dirinya dipaksa ke kantor, padahal dirinya sudah ingin melarikan diri ke basecamp. Tapi apa daya, mana bisa ia menolak kakak nya Jordan yang akan sangat mengerikan jika ia membantah.

"Bang! Gue udah selesai nih, sekarang apa lagi?!" tanya Fabian dengan raut kesal.

"Beneran udah?! Awas lo bohong! Yaudah sana pergi!" sahut Jordan santai membuat Fabian mencak-mencak.

"Abang sialan!" Fabian misuh misuh lalu keluar dari ruangan kakak nya sangat engap baginya.

Fabian menyapa beberapa karyawan yang menyapa nya. Fabian memang dingin, hanya saja ia menghormati seseorang yang lebih tua dari nya.

Jalanan ibukota hari ini lancar jaya, setidaknya tidak membuat Fabian semakin kesal. Dering ponsel Fabian memecahkan lamunannya.

"Halo Al, gimana?" tanya Fabian langsung.

"Iya, gue otw." Fabian langsung melempar ponsel nya.

Fabian dengan ekspresi datar nya memasuki mansion minimalis ini, Fabian mengernyit tidak biasanya mansion ini sangat sepi dan sunyi.

"Fabiano! Sudah dari tadi?" suara Carlos mengejutkan Fabian.

"Barusan aja kok Uncle, kok sepi banget, tumben?" sahut Fabian tak lupa mata nya menelisik kesana kemari mencari siapa lagi kalau bukan Velo.

"Iya si Franzo masih di rumah sakit, Al baru aja pergi, yaudah kita sekarang ke ruangan Uncle aja." Carlos berjalan mendahului Fabian, sangat mencurigakan.

"Ada apa Uncle?" tanya Fabian menatap Carlos yang melihat dirinya menelisik.

"Kamu ini emang engga ada basa basi nya." gerutu Carlos.

"Well, ini bukan urusan pekerjaan. Uncle cuma kepo. Kenapa kamu tiba-tiba jadi sangat peduli dengan Velo?!" tanya Carlos datar.

Fabian menegang sesaat, tak lupa tangan nya yang tiba-tiba mengepal membuat Carlos tersenyum miring.

"Kenapa Uncle nanya ini?!" gumam Fabian pelan.

"Velo itu kesayangan Uncle, apapun itu Uncle harus tau, salah satu nya ya ini." jawab Carlos tegas.

"Aku engga tau alasannya, semua terjadi gitu aja." Fabian mengalihkan pandangannya menjadi menunduk.

"Engga ada niatan lain? Misal deketin Velo? Mau pacarin dia?" Carlos masih berusaha menggali informasi, benar-benar kepo maksimal.

"Ntah lah Uncle." sahut Fabian enteng membuat Carlos mendelik sebal.

Velo ingin menghampiri Fabian dan Papa nya, dirinya kepo apa yang dibicarakan mereka berdua, tumben sekali. Saat ingin membuka pintu ruang kerja Papa nya ia mendengar pembicaraan mereka.

Ntah lah ...

Velo menatap kosong pintu berwarna hitam itu, tangannya menggantung disisinya mengurungkan niat membuka pintu itu. Velo sebenarnya tahu bahwa Fabian dengan dirinya tidak akan ada apa-apa, hati Velo seperti terluka tapi tidak berdarah.

"Apa yang gue harapan sih?" gumam Velo lirih dan berlalu pergi dari sana.

Setelah perbincangan yang kurang berfaedah menurut Fabian, akhirnya ia bisa bernapas lega karena Uncle nya tidak lagi menginterogasi dirinya.

"Yaudah kamu boleh pulang sana! Jangan sering-sering sama Velo nanti dia baper! Awas kamu sampe mainin kesayangan Uncle!" ujar Carlos tajam.

Fabian menatap Carlos malas tak lupa menganggukkan kepalanya.

"Oh iya besok Uncle titip Velo, dia mau ikut kegiatan sekolah!" sambung Carlos cepat.

"Kok tumben?! Kok Uncle bolehin?!" Fabian kaget saja, baru kali ini Velo mendapat izin.

"Dia nya ngerengek, Uncle bisa apa." Carlos melengos pergi meninggal kan Fabian yang cengo.


KLIK BINTANG!

TBC

BAD TRAP [ R E V I S I ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang