Harga sebuah pertemuan

38 1 0
                                    


Tok... Tok... Tok...

Ann mengabaikan ketukan pintu. Ia tahu siapa dibalik sana. Siapa lagi yang rela datang di pagi buta hanya untuk menjemputnya untuk melakukan kebohongan besar.

Kring....kringgg....kringg

Kini ponsel Ann yang berbunyi. Ia mengutuk dalam hati. Ini waktu tidur yang berharga takkan kubiarkan orang mengganggunya.

"ANNABETH!!!! ANNABETH!!" teriak Aslan.
"Argh!!! Ada apa dengan pria itu!!!" karena ia tak ingin suara Aslan mengganggu tetangga Ann melangkah menuju pintu dengan berat hati. Damn!!!

"Ini terlalu pagi tahu!! Aku bahkan belum mandi" kata Ann sambil mengacak-ngacak rambutnya.

"Pergilah mandi, aku akan menunggumu di sini. Lima belas menit!" perintah Aslan. Ann hanya bisa menatap Aslan kesal. Yang ditatap malah menyibukkan diri melihat-lihat isi rumah Ann.

"Darimana kau dapat semua furniture seperti ini?" tanya Aslan, ia berbalik dan tidak menemukan Ann disana, mungkin ia sudah mandi sekarang. Sampai di rak besar, ia melihat bingkai foto berukuran sedang . Pria kisaran tiga puluh tahun bersama seorang anak peremuan dengan rambut dikucir. 

PETER JOHNSON with his BELOVED daughter ANNABETH SCARLET

Aslan terlihat berfikir keras, Peter Johnson? Nama yang benar-benar tak asing baginya. Raut mukanya berubah. Astaga Ann sejak kapan kau menyembunyikan ini!

Tok.. tokk..tokk

Aslan menuju pintu, membuka dan tebak siapa yang datang? Andrew. Aslan memasang wajah datar. Andrew malah terkejut melihat Aslan pagi buta sedang berada di rumah kekasihnya. Ralat MANTAN.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Andrew.

"Ann kan kekasihku? Wajarkan kalau aku di rumahnya? Kau, apa  yang kau lakukan di sini?" tanya Aslan balik, ia melihat sesuatu dibawa Andrew.

"Apa itu?" tanya Aslan lagi.

"Bukan urusanmu. Mana Ann?"

"Ann urusanku sekarang. Ia sedang mandi. Dan ia terlalu lelah sekarang pergilah"

"Lelah? Apa yang kalian lakukan semalam?" kata Andrew. "Bahkan dia tak pernah mengajakku ke rumahnya"

"Apa yang kami lakukan? Sesuatu yang biasa dilakukan sepasang kekasih" jawab Aslan. "Oh iya, dia tak pernah mengajakmu ke rumahnya? Poor Andrew. Pergilah Ann akan muak melihatmu" kata Aslan, mau tak mau Andrew pun pergi meninggalkan Aslan.

"Tadi ada orang yah?" tanya Ann yang baru saja keluar dari kamarnya. Ia sudah siap sekarang.

"Oh itu, Andrew yang datang"

"Benarkah? Terus apa yang kau katakan padanya?"

"Aku cuman bilang Ann terlalu lelah sekarang. Semalam kami bercinta. Itu yang kukatakan" jawab Aslan datar.

"WHATT????"

"Kenapa? Kita tak benar-benar melakukannya kan? Tak usah kaget seperti itu. Atau kau malah menginginkannya? Hmm?"

"NGGAKK!!!"

"Ayo sarapan, kutraktir kau" kata Aslan .


***

"Ann? Aku ingin bertanya sesuatu?"

Ann menatap Aslan menunggu sesuatu keluar dari mulutnya. Mulut Ann penuh makanan. Ia tak bisa menjawab karenanya. Jadi ia mengangguk saja.

"Ayahmu Peter Scarlet Johnson?" tanya Aslan. Ann mengangguk, tetap sibuk dengan makanannya.

"Dia CEO perusahan peritel perabot untuk rumah tangga dan kantor? Yang punya 364 toko di seluruh belahan dunia itukan?" tanya Aslan meminta penjelasan. Ann menatapnya. Darimana ia tahu? Ann menelan paksa makanannya.

"Kau bercanda? Hahaha funny dude" kata Ann mengelak.

"Aku lihat fotonya. Aku benar-benar mengenalnya. Ia klienku"

Ann menelan air ludahnya. Terbongkar sudah apa yang ia rahasiakan.

"Kita bahas ini nanti, yang terpenting adalah pesta nanti malam. Semoga tak ada yang mengenalmu disana, karena yang datang adalah rekan kerja ayahmu. Dan jangan sampai ibuku tahu. Atau kita akan menikah" jelas Aslan. Ann berkedik ngeri. Ia tak ingin menikah dengan Aslan. Meskipun ia tampan seperti dewa.

***

Suasana hati Ann lantas berubah drastis, dikiranya pesta ini hanya pesta jamuan biasa. Bukannya Aslan bilang hanya tamu penting yang datang? Memang mereka semua terlihat penting, beberapa pemuda perlente sedang berbicara sesama mereka. Ann bertaruh mereka masih single. Ann tertawa geli atas pemikirannya barusan. Namun kini lebih drop lagi setelah melihat beberapa wanita yang cantik nan anggun melintas di depannya, memamerkan senyuman indahnya ke pemuda tadi. Bahkan bebarapa mereka memakai pakaian sedikit lebih terbuka, berharap ada yang akan tertarik dengan punggung mulus mereka.

"Kau tahu kenapa aku menyuruhmu berpakaian lebih tertutup?" Ann menleh setelah mendengar pernyataan Aslan, penasaran.

"Karena jika kau memamerkannya akan terlihat buruk dan aneh. Percayalah" kata Aslan sambil menahan tawa. Ann menatap Aslan jengkel.

"Hey ini dia! Our best consultant" kata seorang pria paruh baya dan beberapa kolega di belakangnya. Aslan tersenyum dan menjabat tangan mereka satu-satu.

"Oh iya kenalkan, ini Annabeth La Rue, kekasih saya" kata Aslan. Ann menatap Aslan bingung. "Annabeth La Rue? Dia mengganti namaku? God yang benar saja!" batin Ann. Mau tak mau Ann menjabat pria-pria tua di depannya dengan senyum tanggung.

"Ah!! Akhirnya kau mengakhiri lajangmu juga. Pekerjaan bukan alasan untuk membujang Aslan, ingat itu" kata salah satu dari mereka.

"Ah maaf, aku sedikit terlambat. Oh Aslan? Kau makin tampan saja dan hei? Siapa gadis cantik ini Aslan? tanya seorang pria yang baru saja bergabung dengan mereka. Terpaksa Aslan mengulang perkenalan basa-basinya lagi.

"Aku Jason Scarlet Johnson, dan kau nona?" kata pria itu. Ann mengernyitkan dahinya. Good! He is her uncle. Aslan sadar akan reaksi Ann ia langsung menyebutkan nama "Annabeth La Rue" takut-takut nanti Ann menyebut nama aslinya. Setelah basa-basi Aslan pun mengajak Ann jauh-jauh dari kerumunan koleganya tadi. Takut-takut ayah Ann akan muncul di sana.

"Bagaimana kau bisa tak tahu pamanmu sendiri?" tanya Aslan kesal

"Hey! Aku tidak pernah bertemu dengannya sebelumnya okay. How could I know it?" jawab Ann tak kalah kesal.

"Yasudahlah, setidaknya kita aman disini" kata Aslan dan diikut Ann mengangguk, membenarkan.

"Hei? Aslan Dwyne?" kata seorang wanita yang menghampiri mereka, ia datang dengan menggandeng seorang pria di sampingnya. Siapa lagi sekarang!

"Oh Eva? Kau? Sedang apa kau di sini?" tanya Aslan gugup.

"Aku tamu di sini Aslan, oh iya kenalkan ini William, sepupuku" kata Eva. Aslan menjabat tangan William canggung. Ann malah cuek bebek dengan wanita dan pria itu. Aslan pun memperkenalkan Annabeth sebagai kekasihnnya tanpa menyebut "La Rue".

"Hei, kau wanita pemarah itukan?" tanya William pada Ann. Ann berbalik mencoba mengingat wajah pria yang dipanggil William ini. Ini adalah komandan yang mengatakan bahwa dirinya gila. Malam yang benar-benar mengerikan. Pikir Ann.

"Kalian saling kenal?" tanya Eva dan Aslan kompak. Ann dan William menatap mereka berdua. Awkawrd moment just happen right now.

"Wow, setelah sekian lama aku dengar kalian berpisah tapi kalian masih kompak saja" kata William disusul tawanya yang renyah.

"Jangan katakan itu William, Aslan sudah mendapatkan penggantiku. Kau curang Aslan, di saat aku belum bisa melupakanmu kau sudah mendapatkan penggantiku" canda Eva. Aslan tersenyum tanggung. Sedangkan Ann malah bingung dengan alur percakapan ini.

"Bukan begitukan Annabeth?" tanya Eva. Ann mengangguk ragu. Aslan mengusap keningnya. Seharusnya mereka tak datang di pesta malam ini. Damn!


*terima kasih telah membaca

* anyway saya penulis baru jadi butuh komen dan vote juga. See ya good people


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 02, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Marriage ScenarioWhere stories live. Discover now