Deal?

28 0 0
                                    


Aslan hanya duduk memandang ke luar jendela kantornya. Apa yang harus ia lakukan? Jujurkah? Toh, memang tak ada yang terjadi. Kemarin hanya kesalahpahaman. Atau memulai rencana kebohongannya? Setidaknya itu akan membersihkan namanya bukan? Dan membuat ibunya berhenti untuk memintanya menikah. Aslan menyisir rambut dengan jarinya. Mulai berfikir tentang konsekuensi kedua pilihannya.

"Mmm baiklah. Berbohong saja. Setidaknya ibu tak akan setuju dengan Ann dan itulah yang akan menjadi alasan kuat mengapa aku tak akan menikah" Aslan tersenyum. Lalu ia menuju meja kerjanya, memanggil asistennya. Asisten yang dimaksud pun masuk.
"Meg, tolong carikan aku tentang Annabeth" ujar Aslan. Meggie menatap Aslan bingung. Bukankah nama Annabeth ada banyak di kota ini?
"Eee.. cari info wanita itu di kantor polisi di sisi kanan jalan protokol" sambungnya. Aslan kemudian menarik lacinya mengambil amplop di sana lalu meletakkannya di atas meja.
"Belikan anakmu sesuatu, kau mengerti maksudku bukan? Setelah kau mendapatkan infonya, tolong kirimkan saja ke emailku sore ini. Dan jangan tanya apapun alasannya. Kamu mengerti Maggie?" jelas Aslan. Maggie mengerti. Amplop uang itu maksudnya "jangan beritahu siapapun". Maggie mengangguk setelah mengambil amplop lalu ke luar ruangan.

***

"Ayo kita makan di restoran itali ituuuu" rengek wanita itu sambil menggoyang-goyangkan lengan prianya.
"Sayang di tempat lain saja yah?" pinta pria itu.
"Kau tak mampu membelinya! Andrew aku ingin makan di sana. Titik!" ancam wanita. Bukan karena tak mampu membayar Andrew tahu itu adalah restoran tempat Ann bekerja. Akh! Andrew mulai risau. Tapi sesaat ia melihat wanitanya mulai bad tempered iapun mengiyakan dengan pasrah.

"Well pelayan catat ini aku ingin ... Mmm apa yah? Sayang sebaiknya apa yang ku pesan" tanya wanita itu sambil membolak balik buku menunya. Andrew hanya berusaha tunduk, berlindung di belakang kacamata hitamnya. Yang benar saja? Kenapa harus Ann pula yang melayaninya.
"Eee terserah kau saja yang penting cepat" Andrew berusaha memalsukan suaranya agar tak dikenali Ann.
"Sayang suaramu berubah? Kenapa kau memakai kacamata hitam di ruangan. Tak sopan!!" lantas wanita itu menarik kacamata hitam Andrew. Caught in Act. Ann menatap Andrew. Wanita itu melihat Ann dan Andrew bergantian.
"Ada apa dengan kalian? Kalian saling kenal?" tanya wanita itu
"Tentu tidak nyonya. Baiklah kau ingin memesan apa?" tanya Ann "sopan" dengan senyuman yang benar-benar tak tulusnya itu. Andrew malah tak berani menatap Ann. Sedang wanita itu bersikap seperti biasa. Tak tahu apa yang terjadi.

Ann kembali ke meja mereka. Setelah meletakkan hidangan wanita itu ia sengaja menjatuhkan minuman ke celana Andrew. Andrew pun kelabakan mencari tissue.

"Ah maafkan aku tuan aku tidak sengaja!"seru Ann.  Wanita Andrew lantas melap dengan tissue celana Andrew sambil menggerutu.
"Kau bisa melihat tidak!! Kau merusak celana kekasihku. Ini celana mahal tau!" seru wanita itu menarik perhatian pengunjung lainnya. Ann hanya membungkuk minta maaf. Tapi sungguh ia tak benar-benar minta maaf sesekali ia tersenyum kemenangan.
"Mahal apanya ia membelinya bersamaku dan harganya hanya $28" batin Ann.
Manejer Ann pun menghampiri mereka.
"Maaf tuan dan nyonya ada yang bisa kami bantu?" tanya manejer Mattew sopan.
"Ini pelayananmu yang tak becus! Bisa-bisanya ia menumpahkan jusnya di celana priaku" bentak wanita itu. Andrew hanya tertunduk diam. Berkali-kali Mattew meminta maaf atas kejadian begitupun Ann. Mattew serius dengan permohonan maafnya sedang Ann? Kau tahu bukan. Lalu Mattew mengusulkan kepada mereka agar tak usah membayar makanan tadi.
"Cukup, mari kita pulang. Maafkan kami" ucap Andrew. Wanitanya hanya melihat bingung. Lantas ia ditarik oleh Andrew untuk keluar. Ann nyegir sendiri. Mattew menghela nafas panjang.
"Ann? Aku tahu kau sengaja. Iyakan?" bisik Mattew. Ann tersenyum lantas mengangguk. "Untung kau kuanggap sebagai adik. Kalau tidak mungkin akam kupecat kau sekarang" ujar Mattew.
"Maafkan aku, itu yang terakhir oke?!" seru Ann. Merekapun kembali dengan pekerjaan masing-masing. Dari kejauhan Aslan menatap Ann. Setelah mendapat email dari sekertarisnya tiga jam yang lalu ia langsung meluncur ke restoran tempat Ann bekerja. Dan benar saja, ia sudah berada di restoran Ann selama dua jam.

Ann pamit kepada seluruh pelayan dan chef. Setelah berganti pakaian Ann melangkah keluar tanpa rasa beban. Tiba-tiba seseorang memanggil namanya. Ia pun berbalik dan menemukan Aslan di sana. Aslan berjalan menghampiri Ann yang tersenyum sumringah atas kemenangannya tadi.

"Kenapa kau tersenyum seperti itu kepadaku" tanya Aslan.
"Ah kau tidak tahu apa-apa. Seharusnya aku yang bertanya kenapa kau ada di sini?" tanya Ann balik. Aslan melihat sekeliling. Tempat ini cukup ramai, ia takut kejadian kemarin akan berulang. Eh bukannya itu menguntungkannya?
"Ayo bicara di tempat lain" lalu Aslan menarik Ann menuju taman di samping restoran tadi.
"Hei! Jangan macam-macam kamu ya! Mau apa kamu hah?" ancam Ann sesaat mereka sampai di taman.
"Sst!! Jangan berteriak oke. Aku butuh bantuanmu" pinta Aslan. Ann menaikkan alisnya.
"Bantuan apa?"
"Jadilah pacarku"
"Heh!!! Kau baru saja menembakku yah? Ahh pesona kecantikanku memang tak bisa dihindari"
"Apa itu terdengar seperti itu? Aku memintamu untuk jadi pacar bohonganku"
"Hah!!! Kau menyuruhku berbohong! Kau pikir aku mau terlibat skenario bohongmu?"
"Nggg.. Aku tahu kau akan menolak. Tapi akan kubayar"
"Aku tak butuh uang" jawab Ann lantas meninggalkan Aslan. Aslan mengikutinya dari belakang.
"Ayolah Ann. Hanya kau yang bisa melakukannya? Kau aktris yang hebat"
"Tidak mauu!! Menjauh dariku"
"Kau tak tahu kita masuk majalah?" tanya Aslan yang membuat langkah Ann terhenti.
"Masuk majalah? Maksudmu?" Ann berbalik. Aslan mengeluarkan sobekan majalah yang memampang foto mereka yang sedang merangkul.
"Ha!! Apa-apaan ini! Aku terlihat kacau disini" ujar Ann histeris.
"Astaga! Kau masih peduli dengan penampilanmu tapi tak peduli headlinenya?" Aslan menghela nafas "... Jadilah pacar bohonganku?" sambung Aslan.
"Beritahu kenapa aku harus melakukannya?" tanya Ann sambil menyilangkan lengannya di dada.
"Aku akan memberitahumu setelah kau bilang "ya" bagaimana? Deal?"
"Ya sudah. Aku pergi" Ann lagi-lagi meninggalkan Aslan. Tapi langkahnya kemudian berhenti. Bukan karena Aslan tapi Andrew dam wanitanya sedang berciuman di depan matanya.

*terima kasih telah membaca
**silahkan di vote kalau bisa. Itu sangat berarti buat author pemula ini
***saran dan kritik dibutuhkan

Marriage ScenarioWhere stories live. Discover now