Like Mother Like Son

22 0 0
                                    

*Basement

Aslan lalu berjalan di depan Ann menuju apartemennya. Sesekali Ann mengoceh pelan karena Aslan selalu saja meninggalkannya di belakang.

"Aslan, langkahmu terlalu lebar! Kau tidak lihat aku memakai rok?" tanya Ann. Aslan berbalik lantas melihat rok Ann. Ann merasa tatapan Aslan yang terlalu "intens" ke roknya membuatnya risih. Menangkap reaksi Ann, Aslan pun langsung mengalihkan pandangannya.
"Hei! Apa yang barusan kau pikirkan!?" tanya Ann kasar. Aslan menghela nafas.
"Mana mungkin gadis sepertimu memiliki sex appeal yang tinggi? Berhenti berharap Ann. Ingat kau jangan melampaui batas. Kecuali jika aku mengijinkannya" Pinta Aslan.
"Iya...yaaa Tuan otoriter!" kata Ann dengan nada yang mengejek. Aslan mengabaikannya karena ia lebih tertarik melihat mobil sedan silver yang baru saja parkir di basement. Mata Aslan membulat. That's his mom's car. Aslan langsung menarik Ann lantas merangkulnya menuju lift basement. Berpura-pura tak melihat mobil silver itu. Ann yang belum paham skenario malah meronta untuk melepaskan rangkulan Aslan. Tapi sayang, rangkulan Aslan malah semakin erat.
"Kita harus bersikap seperti pasangan ok? Ibuku datang" bisik Aslan di telinga Ann.
"Apa? Aku tak mendengar apa yang kau katakan jika kau merangkulku seerat ini!" balas Ann.
"Ann, rangkulan dan pendengaran tak ada hubungannya. Diamlah! Dan ikuti skenarioku" bisik Aslan lagi.
"Aslan?" suara wanita itu serasa menusuk bagai es di punggung Aslan. Aslan berbalik dengan Ann yang masih berada di rangkulannya.
"Ibu? Kenapa kau datang kemari? Aku tak memintamu bukan?" ujar Aslan cuek. Ann menyikutnya "Kau tak sopan Aslan" bisiknya pada Aslan.
"Maafkan dia bibi" ujar Ann ramah. Tapi Ny. Dwyne hanya menatapnya dingin membuat Ann salah tingkah.
"Jadi ini wanitamu?" tanya Ny. Dwyne.
"Perkenalkan bi, namaku Annabeth Scarlet, kau bisa memanggilku Ann" kata Ann sambil menjulurkan tangannya. Ny. Dwyne tak menghiraukan ucapan dan kelakuan Ann. Demi melihat itu, Aslan langsung menarik tangan Ann karena ia tahu ibunya takkan sudi berjabat tangan dengan Ann.
"Ibu pulanglah. Aku hanya ingin berdua dengan Ann malam ini. Selamat malam" kata Aslan lalu meninggalkan ibunya di basement.
"Hah! Apa-apaan anak itu? Kenapa pula ia harus memilih wanita seperti itu?" gerutu Ny. Dwyne saat Aslan dan Ann menghilang ditelan lift. Ny. Dwyne merapikan rambutnya.
"Atau jangan-jangan..."

***

Aslan menekan password apartemennya lalu masuk diikuti Ann. Ann melihat sekeliling. Well, apertemen Aslan yang tak terlalu luas namun berkesan mewah untuk seorang bujangan yang tinggal sendiri. Aslan mengajak Ann duduk di sofa.
"Untuk seseorang sepertimu, nampaknya pemandangan apartemenku tampak biasa bagimu?" tanya Aslan sambil menyodorkan wine untuk Ann. Ann meminum seteguk. Lalu menatap Aslan.
"Benarkah aku terlihat seperti itu? Aku malah kagum dengan apartemenmu" jawab Ann sumringah. Aslan mengangkat alis, ia tahu kalau lawan bicaranya ini sedang berbohong.
"Sepertinya ibuku menyuruh seseorang untuk mengintai kita malam ini. Jadi bermalamlah disini. Jangan khawatir aku takkan menyentuhmu" jelas Aslan santai, kontras dengan Ann yang shock dengan ucapan Aslan barusan.
"Apa? Bagaimana dengan pakaianku? Makananku? Ah aku ingin kasurku!!" rengek Ann.
"Maggie sudah menyiapkan semuanya minus kasur oke. Kau bisa tidur di kamar sana" kata Aslan sambil menunjuk kamar di samping kamar tidur utama.
"Kau benar-benar tak ingin menikahya? Sampai-sampai kau memperlakukan ibumu seperti itu?" ujar Ann dengan sedikit emosi.
"Well Annabeth, let me explain you okay! Dalam hubungan palsu ini aku punya aturan salah satunya jangan lakukan seperti tadi yaitu ramah terhadap ibuku lalu lakukan kesalahan yang tak biasa dilakukan seorang wanita" ujar Aslan.
"Terus bagaimana denganku? Kau harus mematuhi aturanku juga Aslan?" kata Ann.
"Tentang rencana balas dendammu biar aku yang mengatur skenarionya oke? Aku bertaruh kau tak punya rencana untuk itu. Iya kan?" tanya Aslan dengan senyum liciknya. Ann tertawa sinis.
"Kau pikir aku bodoh?" tanya Ann.
"Nggg iya? Bukannya itu faktanya?" jawab Aslan santai.
"Ah, Tuhan kenapa kau mempertemukanku dengan pria ini!!" kata Ann sambil memijit kepala dengan nada yang sedikit dramatis.
"Seperti yang kuduga berdebat denganmu takkan pernah selesai. Tidurlah. Besok akan kupesankan taksi jam lima pagi" kata Aslan dan beranjak dari sofa. Ann melihat Aslan tak percaya? Pulang dengan taksi tidak apa-apa. Tapi apa harus jam lima pagi?
"Mulutmu terbuka. Kenapa harus jam lima pagi? Kau tidak khawatir Andrew melihatmu di sini?" tanya Aslan.
"Hei!! Itukan rencananya!!" kata Ann. Aslan mengangguk pelan.
"Baiklah terserah kau" lalu Aslan menuju kamarnya. Ann pun mengikutinya menuju kamarnya.

***

"Ann? Ini sudah jam 6? Kau tak ingin bangun?" kata Aslan sambil mengoyang-goyangkan lengan Ann.
"mmmhhh"
"Annabeth! Ayolah bangun" Aslan menghela nafas. Ia pun memutuskan menggendong Ann keluar. Ann menyadari dirinya digendong masih dengan selimut tebal di badannya mulai meronta langsung saja Aslan membuang Ann ke lantai.
"Siapapun yang jadi suamimu nanti ia akan kesusuhan Annabeth" Aslan melirik jam tangannya ia harus ke kantor segera. Melihat kondisi Ann yang susah bangun maka Aslan memutuskan untuk meninggalkannya. Apa pula yang bisa ia lakukan? Ia bukan pencuri bukan?

Satu jam kemudian

"Huaaaaakk" Ann melihat sekitar. Sejak kapan ia berada di luar kamar? Ia menggaruk kepalanya yang tak gatal lantas berdiri dengan malas-malasan mencari Aslan.
"Aslannn!! Kau dimana?" ia lalu berjalan menuju dapur.
"Note?"

Annabeth aku harus pergi kerja. Kau bisa pulang dengan uang yang kusimpan di atas meja. Dibalik note ini kau akan menemukan password apartemenku. Jangan lupa kunci!! Aku tidak ingin barang-barangku hilang. Ok?

Aslan

"Ah pria ini benar-benar menyebalkan. Mana makanannya tidak ada lagi. Yasudahlah aku mandi dulu" kata Ann. Setelah mandi, berpakaian, dan berdandan seadanya Ann pun mengambil uang itu lalu meninggalkan apartemen Aslan. Baru saja selangkah ia keluar dari apartemen wanita itu datang lagi. Ya Ny. Dwyne alias Ibu Aslan.

"Pagi yang menyenangkan Annabeth?" tanyanya. Ann melihatnya tak percaya. Ramah sekali ia pagi ini.
"Cukup Ann saja bibi" kata Ann sopan.
"Panggil aku ibu, bukankah kau wanita Aslan?" tanya Ny. Dwyne. Ann mengangguk canggung. Terdengar aneh baginya julukan "wanita Aslan"
"Kita harus bicara Ann. Ini tentang masa depan anakku. Kita sarapan bersama di resto dekat sini. Keberatan?" tanyanya lagi.
"Ah tidak apa-apa kok bu. Baiklah ayo pergi" ajak Ann. Ia tahu Ibunya Aslan akan menolaknya secepatnya. Toh, memang itu yang dia inginkan. Setelah itu Aslan akan berpura-pura ingin sekali menikahnya dan semua akan berakhir di pilihan Aslan menikah dengan Ann atau tidak sama sekali yang berarti Aslan akan membujang selamanya. "Eh, tunggu dulu bagaimana kalau orang tua Aslan setuju dengan kami?" Pikir Ann. Ann langsung menepis pikiran bodohnya itu tak akan terjadi Annabeth.
"Ada yang menganggumu Ann?" tanya Ny. Dwyne lagi dan lagi membuyarkan lamunan Ann. Ann menggeleng. Ia yakin ibu Aslan akan menolaknya.

*thanks for reading
**ur voting meant a lot of to me af

Marriage ScenarioWhere stories live. Discover now