A Kiss?

31 0 0
                                    


"Terlambat lagi Annabeth?" tanya Mattew di mulut pintu. Ann berbalik lalu memegang tengkuknya. Salah tingkah.
"Ah Mattew? Sejak kapan kau di sini? Aku tidak sadar kalau kau nggg ada di sini?" ujar Ann salah tingkah.
"Where have you been hmm?"
"Maaf ya Mattew. Bukannya aku memanfaatkan perhatianmu padaku tapi tadi aku harus bertemu seseorang pennntinggggg" kata Ann. Mattew mengangkat alisnya. Jelas sekali mata abu-abunya.
"And who is her? Or him maybe?"
"Hell, dia calon nggg mm....mertuaku" kata Ann
"Wow!!! For a goodness shake! Since when? Ohh jadi ini alasannya kau aneh belakangan ini?" tanya Mattew sambil tersenyum penuh arti. Ann merasa bersalah karena berbohong sama Mattew. Eh tunggu dulu bukannya Ny. Dwyne calon mertuanya? Meskipun hubungan palsu tapikan? Ann membenarkan argumennya. Suka sekali ia berargumen di pikirannya sendiri.
"Tell me who is him Honey? Apa pria waktu malam itu?" Ann mengangguk. "Sudahlah Mattew. Berhenti membicarakannya" kata Ann
"Well Ann, meskipun kau akan menikah bukan berarti aku memberikannmu kebebasan. Ok? Patuhi aturannya sayang" Ann mengacungkan jempol.Mattew memang suka memanggil wanita seperti itu. Baginya itu adalah sebuah kehormatan bagi wanita.
"Ann, seseorang mencarimu di luar. Dia menunggumu di depam resto. Kusuruh ia masuk tapi katanya cukup di luar. Btw dia tampan sekali Ann" kata pelayan lain. Ann menatap Mattew.
"Temui dia sayang, temui saja priamu aku mengijinkannya kali ini" kata Mattew. Ann lalu pergi keluar.

"Ada apa kau menelfonku tadi?" tanya Aslan to the point. "Ayo kita pergi ke taman samping restoran. Kuceritakam semuanya di sana" Ann langsung menarik tangan Aslan paksa menuju taman tepat di samping resto italia tempat ia bekerja.
"Tadi ibumu menemuiku" kalimat Ann saat memulai percakapan.
"Dia tak bertanya sesuatu sensitif sih. Tapi yang hebatnya dia terlihat ramah padaku" sambung Ann.
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Aslan.
"Dia menanyakan kesukaanku, tempat tinggalku, dan semua yang tak kau ketahui tentangku" kata Ann.
"Hei? Barusan terdengar sindirian bagiku?" potong Aslan. Ann nyengir mengiyakan.
"Aslan aku takut. Aku takut suatu saat ia menyukaiku dan menyetujui hubungan ini dan kita akan berakhir di pernikaa.." Ann mulai panik sendiri dengan ucapannya.
"I won't let it happen okay? Aku juga khawatir. Masa iya kau akan menjadi Ny. Aslan? Itu mimpi buruk bagiku. Burukk sekali"
"Hey!! Banyak pria yang mengincarku!" sergah Ann.
"Kalau banyak yang mengincarmu mana mungkin Andrew mencampakkanmu" ujar Ann. Memukul telak pernyataan Ann tadi. Diam-diam Ann membenarkannya.
"Annabeth, kau sepertinya menyembunyikan sesuatu?" tanya Aslan penuh selidik.
"Benarkah? Aku tidak melakukannya" bantah Ann.
"Kalau memang ibuku benar-benar mulai menyukaimu berarti ada sesuatu darimu yang membuatnya benar-benar tertarik. Aku takut ini ada hubungannya dengan reaksimu saat memasuki apartemenku yang bisa dikatakan berbintang itu" jelas Aslan. Ann hanya menatap Aslan dalam diam.
"Apa pekerjaan orang tuamu?" tanya Aslan.
"Hell, kau benar-benar konsultan yang hebat. Kau tahu saat lawanmu menyembunyikan sesuatu" Ann menghela nafas panjang.
"Ceritanya panjang Aslan" sambung Ann.
"Baiklah, apapun itu jika itu menarik perhatian ibuku, sembunyikan dengan baik. Aku tak ingin berakhir menikah denganmu" jawab Aslan. Ann lantas memukul Ann.

"Kita putus!! Bye!!" seru wanita itu sambil meninggalkan prianya yang berlutut di hadapannya. Pembicaraan Aslan dan Ann terhenti karena perkelahian mereka di tengah-tengah taman seperti ini. Bukan sampai di situ yang diputuskan ternyata Andrew. Mantan kekasih Ann.
Ann berjalan menuju Andrew. Melipat tangannya di dada. Andrew berdiri.
"Kenapa? Kau puas?" tanya Andrew.
"Hei? Aku tidak datang untuk mengejekmu Andrew? Kau harus paham itu. Aku bukan tipikel pendendam meskipun apa yang kau lakukan padaku sangat menyakitkan"
"Maafkan aku Ann. Seharusnya aku tahu akhirnya seperti ini. Ann kumohon kembalilah padaku?" pinta Andrew. Ann heran tadi bukannya Andrew kesal padanya?
"Maaf Andrew aku tak bisa" kata Ann pelan. Tiba-tiba Aslan datang dan langsung merangkul Ann.
"Benar Andrew, tidak bisa. Ann milikku sekarang" kata Aslan dengan sedikir arogan.
"Hei! I know you! Kau adalah pria gay di majalah bukan?" tanya Andrew to the point. Tapi Aslan hanya menanggapinya santai.
"Atau jangan-jangan kalian bersekongkol agar namamu bersih dari anggapan gay. Iyakan? Iyakan! Ann kembalilah padaku?" kata Andrew sambil berusaha menarik Ann dari Aslan.
"Kau pikir aku main-main? Aku mencintai Ann dan begitu pula Ann" kata Aslan penuh percaya diri.
"Buktikan kalau kau mencintainya" tantang Andrew. Ann mulai risau. Bagaimana mereka akan membuktikannya?
"Kau takut? Atau memang ini hanya sekedar skenariomu saja Aslan Dwyne?"
Mendengar ucapan Andrew, Aslan langsung menarik Ann ke dalam pelukannya dan mendaratkan ciuman lembut di bibir Ann. Ann hanya terdiam. Matanya terbuka tapi sesaat kemudian ia menutup matanya dan menikmati skenario Aslan kali ini. Andrew? Jangan tanya. Ia hanya bisa membelalakkan matanya. Beraninya mereka! Aslan melepaskan ciuman. Ann masik berdiri shock. Berusaha menguasai dirinya.
"K..k..kau!" kata Andrew lalu pergi meninggalkan Aslan dan Ann yang kini diselimuti kecanggungan.
"Nggg Ann maafkan ak..."
"Wow wow jangan katakan Aslan. Anggap saja tidak terjadi ok? Aku bekerja dulu. Jika kau butuh sesuatu katakan" kata Ann terbata-bata ia lalu berjalan menuju resto. Ia berjalan gontai. Masih shock dengan ciuman tadi. Aslan membersihkan bekas lipstick di bibirnya. Lalu tersenyum "Dasar wanita bodoh, seperti baru dicium seorang pria saja. Lihat saja ia berjalan seperti habis ditimpa bencana" Aslan menggeleng geli. Annabeth... Annabeth.. Gadis bodoh yang kuajak untuk menjalankan skenarioku.

***

Ann berjalan seorang diri menuju rumah kecilnya. Sesuatu yang aneh terjadi pada dirinya. Ia masih merasakan getaran di bibirnya seperti saat Aslan menciumnya.

"Ah!!!! Kenapa aku memikirkannya!!! Mungkin karena ini ciuman kedua yang kudapatkan? Bahkan Andrew tak pernah melakukannya padaku. Aslan terkutuk kau!!" maki Ann sendiri.

"Kau harusnya berterima kasih padaku Ann?" kata seseorang di balik punggungnya. Ia tahu siapa itu. Siapa lagi kalau bukan Aslan.

"Hei singa Narnia!! Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Ann.

"Kita harus bicara. Tenanglah ini bukan pasal ciuman tadi. Kau harus menemaniku besok." kata Aslan.

"Kemana?"

"Yahh semacam acara kantorku lah, pesta kecil tapi yang hadir adalah orang-orang penting. Semua orang harus tahu kalau aku sedang berkencan sekarang dan kita akan lihat reaksi ibuku selanjutnya. Tidak usah pergi kerja besok. Pagi-pagi kujemput kau dan kita menyiapkan semuanya. Oke?" setelah mengatakan itu Aslan pun pergi menuju mobil yang tak jauh ia parkir. Namun, ia berhenti melangkah karena Ann memanggilnya.

"Ada apa lagi nenek sihir?" kata Aslan menggoda Ann. Ann melotot.

"Kau tidak menyukaiku bukan?" kata Ann pelan.

"What? HAHAHAHAHAHAHA" Aslan tertawa setelah mendengar pertanyaan Ann barusan dan membuat Ann jengkel.

"HEI!! AKU KAN CUMA BERTANYA!!!"

"Wow! Aku tak sangka ciuman itu berefek. Kalau begitu di pesta nanti aku akan menciummu lagi bagaimana? Dasar gadis bodoh!!! Mana mungkin aku menyukaimu!"

"Bukankah sudah kubilang aku cantik!! Kau akan menyukaiku nggg nanti!! Aku jamin itu"

"Ya ya ya ya terserah pemimpi"

"What??!!!"

*thanks for reading

*Vote dibutuhkan terlebih lagi komentar.  Bye!

Marriage ScenarioWhere stories live. Discover now