Part 9

283 12 0
                                    


Bagas berdiri dan bersandar pada dinding di depan kelasnya. Bel masuk baru akan berbunyi tiga puluh menit lagi. Tiba-tiba tatapannya tertuju pada Chelsea yang akan berjalan melewati kelasnya. Sudah seminggu ini Bagas mati-matian menghindari Chelsea. Dan sekarang... Chelsea akan melewati kelasnya. Dia tidak bisa lagi menghindar. Chelsea sudah terlanjur melihatnya.

Bagas memutar otaknya. Sebuah ide muncul ketika dia melihat Salma, cewek yang sudah lama naksir Bagas, sedang berjalan berlawanan arah dengan Chelsea. Bagas mendekati Salma sambil tersenyum manis.

"Hai, Salma...," sapa Bagas masih dengan senyuman manisnya.

Salma yang masih tidak percaya karena Bagas menyapanya, hanya bisa bengong. Sementara Chelsea menghentikan langkah karena Bagas dan Salma berada tengah jalan dan menghalangi jalannya.

"Cantik banget lo hari ini." Bagas merangkul Salma.

Salma langsung melayang dan wajahnya merah merona. "Gue... nggak salah denger, kan? Lo bilang gue cantik?" tanyanya tak percaya.

"Ya iya lah, di sekolah ini... lo yang paling cantik," kata Bagas gombal.

Bagas melirik Chelsea yang berdiri tidak jauh darinya. Dia bisa melihat raut wajah terkejut dari Chelsea. Wajah Chelsea juga terlihat pucat.

"Nanti pulang sekolah mau nonton bareng gue, nggak?" tanya Bagas.

Mata Salma melebar. Dengan Bagas memujinya saja sudah membuatnya terbang, sekarang ditambah lagi dengan ajakan Bagas buat nonton. Salma masih merasa ini semua hanya mimpi. Soalnya sebelum-sebelumnya dia sering mengajak Bagas untuk jalan, tapi Bagas selalu menolak. Tapi sekarang, tidak ada angin dan tidak ada hujan, Bagas berbalik mengajaknya.

"Mau. Mau banget!" jawab Salma semangat. Dia tidak perlu berpikir dua kali untuk menerima ajakan Bagas.

"Oke sayang, nanti gue jemput ke rumah lo ya," kata Bagas lagi.

Chelsea membuang muka dan berjalan cepat menjauhi Bagas dan Salma.

***

"Say, kok didiemin aja makanannya?" tanya Rafli saat melihat Chelsea belum menyentuh siomay-nya sedikit pun.

Chelsea yang sedang melamun, tersentak kaget. "Eh? Iya, ini... mau dimakan kok." jawab Chelsea gugup sambil mengaduk-aduk siomay di hadapannya.

"Kamu kenapa sih? Kok diam aja? Atau... kamu lagi nggak enak badan?" tanya Rafli khawatir.

Chelsea tersenyum, mencoba mengusir kekhawatiran di wajah Rafli. "Nggak. Aku baik-baik aja kok."

Bagas dan Difa memasuki kantin. Seperti biasanya, dengan gaya sok berkuasanya, Bagas mengusir adik kelasnya untuk mendapatkan tempat duduk. Bagas sengaja memilih meja di dekat meja Chelsea. Sesaat mata Bagas dan Chelsea bertemu, tapi Chelsea buru-buru memalingkan wajahnya.

"Oca cantik, gabung sama kami aja!" tawar Bagas pada salah satu adik kelasnya yang sedang kebingungan mencari tempat untuk duduk.

Oca menoleh dan sedikit terkejut. "Kak Bagas nawarin aku?" Wajahnya yang imut jadi bertambah lucu. Membuat Bagas tersenyum geli.

"Ya iya lah." Bagas menggeser duduknya. "Sini duduk di sebelah gue!" katanya sembari menepuk-nepuk bangku di sebelahnya.

Wajah Oca berubah senang. "Waah... makasih, Kak."

Oca duduk di sebelah Bagas. Sementara Difa cuma geleng-geleng kepala. Difa tahu, sahabatnya yang patah hati ini sepertinya sedang mencoba menghibur diri. Walaupun bukan hanya sekali-dua kali Bagas merayu cewek, tapi kelihatan sekali kalo yang sekarang terlalu dipaksakan dan dibuat-buat.

"Nanti lo pulang sekolah sama siapa?" tanya Bagas pada Oca.

"Aku biasanya naik angkot, Kak."

"Oh..." Bagas manggut-manggut. "Gue anterin mau?"

Wajah polos Oca terlihat kaget dan tak percaya. "Kak Bagas serius?"

Bagas tertawa. "Iya. Mau, kan?"

"Mmm... mau, Kak," jawab Oca malu-malu. Terlihat sekali pipinya mulai merona.

Bagas tersenyum melihat wajah Oca yang malu-malu.

Dari meja sebelah, Chelsea mati-matian mencoba menguatkan hatinya. Matanya mulai panas. Hingga dia tak sanggup lagi melihat semuanya dan akhirnya berpamitan dengan Rafli untuk ke toilet. Chelsea pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban Rafli.

***

Chelsea menutup pintu toilet dan bersandar pada pintu itu. Air mata yang sejak tadi ditahannya akhirnya tumpah juga. Hatinya begitu sakit saat melihat Bagas merayu cewek lain.

Chelsea kembali mengingat kebersamaannya dengan Bagas saat di pantai. Bagas berbeda dari biasanya. Perlakuannya saat itu sangat manis dan lembut. Bagas juga menyatakan perasaannya pada Chelsea. Lalu apa arti semua itu jika Bagas masih merayu cewek lain? Apa Bagas tidak serius waktu itu? Apakah semua ini hanya permainan seorang playboy?

Chelsea tahu, kalau tidak seharusnya dia merasa seperti ini. Dia sudah mempunyai Rafli. Tapi kenapa hatinya sakit saat melihat Bagas merayu Salma. Hatinya bertambah sakit saat melihat Bagas merayu Oca di kantin. Melakukan keduanya tepat di depan Chelsea. Kenapa Bagas bisa setega ini?

Air mata Chelsea terus menetes dan tak mau berhenti. Jujur dia cemburu saat melihat Bagas bersama cewek lain. Dan dia baru menyadari perasaan yang sesungguhnya. Chelsea mulai jatuh cinta pada Bagas...

Setelah merasa sedikit tenang, Chelsea merapikan dandanannya, lalu keluar dari toilet. Ternyata Rafli sudah menunggunya di depan toilet. Wajah Rafli terlihat cemas. Begitu melihat Chelsea, Rafli langsung mendekat.

"Say, kamu kenapa?" tanya Rafli khawatir. "Kamu habis nangis?"

Meskipun Chelsea sudah menghapus air matanya, tapi tetap terlihat kalau Chelsea habis menangis. Matanya terlihat sembap.

"Nggak kok," jawab Chelsea berbohong. "Raf, aku... nggak enak badan. Aku... mau ijin ke UKS," ucap Chelsea. Suaranya sedikit serak akibat dia baru saja menangis.

"Ya udah, aku anter ya?"

Chelsea mengangguk. Rafli mengantar Chelsea sampai ke UKS. Rafli tahu kalau Chelsea berbohong. Sudah jelas kalau Chelsea baru saja menangis, dan Rafli tahu betul apa penyebabnya.

***

Ekskul basket sudah selesai lima belas menit yang lalu. Tapi Bagas masih betah di lapangan. Beberapa kali dia memasukkan bola ke dalam ring, tapi seringkali gagal. Terakhir, bola itu meleset ke pinggir lapangan hingga seseorang menangkapnya. Rafli.

Rafli berjalan mendekati Bagas sambil men-dribble bolanya. Tatapan matanya tajam dan tidak lepas dari Bagas. Bagas balas menatap Rafli sama tajamnya. Terlihat sekali ada persaingan di antara mereka.

"Berani lawan gue?" tanya Rafli tajam.

"Siapa takut?" balas Bagas tajam.

Ms. Perfect & Mr. JailWhere stories live. Discover now