Part 8

260 14 0
                                    


Chelsea duduk di depan ruang OSIS. Satu jam sudah Chelsea menunggu, tapi rapat OSIS belum juga berakhir. Dia harus berbicara dengan Rafli. Setelah kejadian kemarin, Rafli terus mendiamkan Chelsea. Beberapa kali Chelsea mencoba menelepon Rafli, tapi Rafli tidak mau menjawab panggilannya. Dan saat istirahat tadi, Chelsea ke kelas Rafli, tapi Rafli tidak ada di kelasnya. Sepertinya Rafli sengaja menghindari Chelsea.

Berdasarkan info yang Chelsea terima dari teman sekelas Rafli, Rafli akan mengadakan rapat OSIS sepulang sekolah. Jadi sekarang Chelsea menunggu di depan ruang OSIS sampai rapat itu selesai.

Akhirnya rapat selesai. Beberapa anggota OSIS lainnya keluar ruangan. Chelsea tersenyum pada beberapa anak yang lewat di depannya. Setelah mulai sepi, Chelsea mencoba masuk ke ruang OSIS. Terlihat Rafli seperti sedang mengarahkan sesuatu dari laptop-nya pada Cindai, sekretaris OSIS.

Rafli yang jelas sadar dengan kedatangan Chelsea, pura-pura tidak melihat dan tetap konsen pada laptop-nya.

"Rafli...," panggil Chelsea pelan.

Cindai yang sadar kalau ada sesuatu yang akan dibicarakan Chelsea pada Rafli, langsung berkata, "Ya udah, Raf... gue pulang dulu ya?" pamit Cindai.

"Oke. Gue tunggu proposalnya tiga hari lagi ya." ujar Rafli.

"Sip!" Cindai memakai tas selempangnya dan berdiri. "Gue duluan ya, Chel," pamitnya pada Chelsea. Chelsea tersenyum dan mengangguk.

Setelah Cindai keluar ruangan, Chelsea berjalan mendekati Rafli. Rafli tetap cuek.

"Raf, aku... mau ngomong sama kamu," ucap Chelsea ragu. Kalau melihat dari raut wajah Rafli, sepertinya Rafli masih belum bisa diajak bicara.

Terbukti, Rafli tetap cuek dan menganggap Chelsea tidak ada. Dia membereskan laptop-nya dan buku-bukunya yang ada di meja, sebelum akhirnya memasukkannya ke dalam tas ransel miliknya.

Chelsea mulai putus asa. "Rafli, tolong jangan diemin aku kayak gini! Kamu bisa marah-marah sama aku, tapi tolong jangan diam aja!"

Rafli menatap Chelsea dingin. "Udah kan ngomongnya?" Rafli memakai tas ranselnya dan berjalan menuju pintu.

Sebelum Rafli keluar ruangan, Chelsea sudah lebih dulu berlari dan memeluk Rafli dari belakang. Rafli tersentak kaget.

"Aku minta maaf...! Aku tau, aku salah. Aku udah bohongin kamu. Aku... menyesal. Aku benar-benar minta maaf..." Chelsea menangis sesenggukan.

Rafli tetap bergeming. Pelukan Chelsea saat ini, membuat kemarahannya sedikit mereda. Dia memang sangat marah pada Chelsea. Dia kecewa karena telah dibohongi. Tapi dia tidak bisa membohongi dirinya kalau dia sangat merindukan gadis itu. Seharian mendiamkannya, sungguh membuatnya tersiksa.

"Aku minta maaf...," ucap Chelsea lagi.

Rafli melepaskan tangan Chelsea yang memeluknya, lalu berbalik. Rafli memegang kedua lengan Chelsea dan menatapnya dalam-dalam.

"Kamu tau apa yang aku rasain sekarang? Aku marah, karena kamu tega bohongin aku. Aku kecewa, karena kamu udah khianatin kepercayaan aku. Aku cemburu, waktu liat kamu sama Bagas. Hati aku sakit, karena kamu lebih membela Bagas daripada aku. Dan... aku takut, Chel... aku takut kehilangan kamu," kata Rafli sedih.

Chelsea menunduk. "Maafin aku, Raf...," ucapnya lirih.

Perlahan Rafli meraih Chelsea ke dalam pelukannya. Chelsea membalas pelukan itu. Air mata Chelsea berhenti. Apa artinya Rafli sudah memaafkannya?

"Aku menyesal karena aku udah bohongin kamu. Aku minta maaf. Aku janji nggak akan ngulanginnya lagi. Kamu mau maafin aku, kan?" tanya Chelsea yang masih berada dalam pelukan Rafli.

Rafli diam sejenak, kemudian tersenyum. "Aku maafin kamu. Bisa mati kangen kalo aku diemin kamu lama-lama." Rafli tertawa kecil.

Chelsea ikut tertawa. 'Mungkin ini yang terbaik. Gue nggak akan sia-siain cowok sebaik Rafli.'

***

Bagas duduk bersandar pada pohon di pinggir lapangan. Pandangannya kosong. Sudah sejak satu jam yang lalu dia memilih berdiam diri, padahal teman-teman sekelasnya yang lain berolahraga di lapangan.

"Woi!" Difa menepuk pundak Bagas.

Bagas terlonjak kaget, lalu melirik Difa kesal. "Rese lo!"

Difa tertawa keras. "Ada orang lagi galau!" katanya sambil berusaha menahan tawanya.

"Ck!" Bagas berdecak dan berniat pergi, tapi Difa menahannya.

"Weits... jangan ngambek, bro! Gue bercanda." Difa nyengir kuda. "Lagian..." Difa menggantungkan ucapannya, membuat Bagas menoleh karena penasaran, "lo kan playboy, pinter ngerayu cewek lagi! Nggak pernah galau gara-gara cewek. Kalo lo suka sama Chelsea, lo kejar aja! Masalah Chelsea suka sama siapa belakangan. Yang penting lo udah usaha."

Masalah perasaannya pada Chelsea, Bagas memang sudah bercerita dengan Difa. Difa memang yang paling dekat dengannya karena mereka sudah bersahabat dari SD.

"Nggak tau lah, Dif...," kata Bagas pasrah.

Difa menghela napas. Selama mengenal Bagas, belum pernah dia melihat Bagas seputus asa ini.

***

"Chelsea!"

Panggilan Rafli yang ketiga baru berhasil menyadarkan Chelsea ke alam nyata.

"Eh, kenapa, Gas?" tanya Chelsea kaget.

Rafli mengerutkan keningnya. "Gas?"

"Eh..." Chelsea tersadar dan segera menutup mulutnya. Dia merutuki dirinya sendiri karena begitu bodohnya sudah salah menyebut nama. "Ng... tadi... lo bilang apa?" Chelsea gelagapan.

Rafli menghela napas kecewa. Dia sudah bercerita panjang lebar, tapi ternyata Chelsea tidak mendengarkannya. Dan parahnya, Chelsea menyebut nama orang lain, bukan namanya.

"Nggak apa-apa. Lupain aja!"

Chelsea merasa tidak enak. "Sorry ya, Raf... Aku tadi..."

"Iya, nggak apa-apa," potong Rafli. "Sekarang kamu istirahat ya. Mungkin karena kamu lagi kecapekan aja." Rafli membelai lembut rambut Chelsea sambil tersenyum.

'Duh... bego banget gue!' dalam hati Chelsea Chelsea menyalahkan dirinya sendiri. Melihat senyuman Rafli, membuat Chelsea semakin merasa bersalah. Bahkan cowok itu tidak marah, di saat pacarnya salah menyebut nama cowok lain di hadapannya.

"Aku... minta maaf." Chelsea benar-benar menyesal.

"Udahlah...! Aku pulang dulu ya?" pamit Rafli. Chelsea mengangguk.

Lalu Rafli memeluk Chelsea dengan erat, seolah tak mau kehilangan gadis itu. Setelah melepas pelukannya, Rafli menatap Chelsea dalam-dalam. Chelsea memang sedang di hadapannya, tapi Rafli tahu kalau pikiran cewek itu berada di tempat lain.

Rafli menunduk dan tersenyum kecut. Dia tahu ada seseorang di dalam hati Chelsea, tapi orang itu bukanlah dirinya. Ya... ada orang lain yang menempatinya di sana. Menggantikan posisinya.

Rafli kembali mendongak. Dia mencoba menahan rasa sakit di hatinya saat ini. Dengan sisa-sisa kekuatan yang dimilikinya, dia berbalik dan melangkah pergi. Meninggalkan Chelsea sendiri.

Mobil Rafli sudah pergi. Tapi Chelsea masih berdiri mematung di teras rumahnya. Kenapa dia bisa memikirkan cowok lain saat bersama Rafli? Dia menyesal. Chelsea bisa melihat kekecewaan di wajah cowok itu. Rafli adalah cowok baik dan Chelsea sudah mengecewakannya.

Ms. Perfect & Mr. JailWhere stories live. Discover now