Prolog

56 5 0
                                    

"Tukang ngorok! Lu mau bangun jam berapa woy?" Dheandra mengguncangkan Abang nya yang masih tengkurap di ranjang nya--tak lupa dengan suara ngorok bass nya.

"Astagfir,Abang bangun!!" Dheandra masih setia menggunakan tubuh abangnya yang masih tetap mengeluarkan suara ngorok nya.

"ABANG DION!!"

Dhion yang sudah tak tahan dengan suara Adiknya itu akhirnya membuka selimut yang membungkus tubuhnya. "Iya,ya..bawel banget sih lu de"

Dheandra mengulas senyum. "Ayo bang,Dhean ntar terlambat lagi,kan Abang tau--Dhean sekarang mau MOS"

Dhion mencibir lalu mengambil jaket dan kunci mobil.

"Abang gak mandi?"

Dhion mendesah. "Lu mau terlambat?"

Dheandra menyengir kuda sambil melirik jam tangannya yang menampilkan pukul 06.55. "Yaudah,yuk bang"

• • •

Dheandra mengikuti MOS selama tiga hari. Ini hari pertama ia mengikuti MOS. Ia berjalan santai menuju ruang 13 yang berada di pojok kanan bawah dekat ruangan musik.

Dhean berjalan sambil bersenandung kecil hingga ia tidak menyadari jika ia menubruk seseorang--cukup keras.

Bugh.

Dhean menghentikan langkahnya lalu memutar tubuhnya. Ia melihat seorang pria yang sedang meringis kesakitan. "Lu kalo jalan gak pake mata ya?"

Dhean berjongkok untuk membantunya berdiri. "Kamu gapapa?"

Pria itu mendongak menatap wajah yang sudah membuat nya terjatuh. Jatuh nya memang tidak terlalu kencang,tetapi ia baru saja mendapatkan memar-memar di sekitar wajah dan lengannya.
Dhean membulatkan matanya. Ini gak salah kan? Yang ditabraknya hingga jatuh adalah cogan? Oh demi apapun--Dhean senang bukan kepalang karena itung-itung mencuci mata sebelum mengikuti MOS yang katanya sangat menyiksa.

Pria itu mendengus kesal. Ia menepis tangan perempuan gempal di hadapannya dengan tatapan tajam. "Pantes aja gue sampe jatuh,orang yang nabraknya gak kalah gede sama Bison!"

Dhean terdiam sejenak lalu menyengir malu. "Maaf,tapi bener gapapa?"

"Gapapa" Jawabnya singkat.

Setelah itu pria itu sudah tidak ada dihadapan nya. Ia juga harus buru-buru menuju lapangan sekolahnya untuk mengikuti MOS.

Dhean menepuk keningnya. Duh,mana tadi gue belum tau namanya?

Kira-kira siapa ya? Senior atau sama kayak dia.

• • •

Setelah mendengar visi misi dan tujuan SMA harapan bangsa yang di utarakan oleh kak Hani--ketua OSIS. Seluruh siswa-siswi kelas 10 bisa kembali ke ruangan masing-masing.

Dhean duduk di bangku nya. Ia mengambil botol Tupperware dari tas nya. Karin teman sebangkunya baru saja selesai dari toilet untuk buang air kecil.

"Dhe,kantik yuk"

Dhean mendongak. "Dih,emang boleh gitu?"

"Udah,lu tau beres aja ya" Dhean tersenyum lebar. Ia beruntung sekali mempunyai teman sekaligus sahabat masa kecilnya dulu. Dhean bertemu Karin saat melihat nya di duduk di gazebo ruang kelasnya.

Apalagi,ditambah Karin yang orang nya berani plus innocent. Kadang Dhean selalu bertanya kepada Karin mengapa ia mau berteman dengan nya yang gempal dan jelek.

Karin selalu menjawab. "Toh buat apa malu,daripada gue punya sahabat yang cover nya bagus,tapi dalem nya menusuk. Mending gue punya sahabat yang cover nya jelek,tapi dalem nya luar biasa!" Dan Dhean suka terharu sendiri.

Kami sekarang duduk berhadapan di meja kantin. "Lu mau pesen apa? Gue traktir"

Dheandra diam. "Gue takut tambah gendut gimana nih"

"Ish,apaan sih lo. Parnoan dasar orang nya! Udah gak usah mikir kata orang"

Dheandra mengangguk pelan. "Gue mau nasi goreng aja"

Karin manggut-manggut lalu berdiri menuju tukan nasgor.

Dhean memutar matanya menuju sekumpulan manusia yang sedang teriak-teriak ga jelas di aula olahraga. Disana para wanita menyoraki nama seseorang.

Dan setelah itu sekumpulan manusia itu mengerubungi kantin yang tadinya tidak sepenuh sekarang. Dhean menyipit melihat para pria yang memakai jersey basket. Ia terus memicingkan matanya hingga matanya menubruk mata pria itu. Pria itu pun sama memicingkan matanya agar jelas.

Dan Dhean ingin lari sekarang juga.

Pria itu.

Pria yang ditabraknya tadi pagi.

Detik ini juga--Dhean sudah megap-megap mencari oksigen.

Mukanya memerah.

Gimana ga merah? Cogan itu menatapnya woy,natap! Lu kebayang gak sih?

"Dheandra Sahira!!" Seketika pandangan nya beralih melihat temannya yang sedang kerepotan memegang dua piring nasi goreng. Buru-buru Dhean menghampiri nya.

"Lu kenapa si? Gue panggil kaga dijawab?" Omel Karin.

Dhean hanya senyam-senyum sendiri. "Hm"

"Dih" Karin mendengus.

"Rin.."

"Apa?"

"Lu tau gak nama itu cowok?" Karin memutar tubuhnya untuk melihat seseorang yang ditunjuk oleh sahabat nya.

"Tau,kenapa?" Tanya Karin sambil memasukkan sesuap nasi goreng ke mulutnya.

"Gue suka sama dia" Desah Dhean membuat Karin membekap mulutnya untuk tidak tertawa terbahak-bahak.

"Dia.. Rivaldi Ardhana. Anak kelas 11 IPS-2. Anak basket plus most wanted di sekolah ini" jelas Karin sambil terkekeh geli.

Setelah itu Dhean sudah senyam-senyum sendiri bagai orang kesurupan. "Gue mau nge-stalk dia"

Dan Karin hanya mengangkat bahunya.

• • •

Hoho,gue datang dengan cerita baru. Moga suka. Yang lain aja belum pada finish. Oke,gue ngerti! Tapi,gue orang nya bosenan dan kadang kehabisan ide.

Ini prolog,tapi kepanjangan gimana tah?

See you,

25 November 2016

Veragartika

WeightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang