His Attitude

5.9K 302 2
                                    

"permisi tuan" katanya sambil mengetuk pintu

"MASUK!" mendengar suara tuannya yang sekaligus menjadi izinnya untuk memasuki kamar itu, Tina memasuki kamar itu dan terlihatlah wajah tuannya yang sedang memasang wajah angkuhnya

"tutup pintunya" Tina pun menutup pintu itu

"apa Karin sudah memberitahumu semuanya?"

"sudah tuan"

"bagus, kalau begitu tanda tangani surat ini!"

"surat apa ini tuan?"

"surat perjajian bahwa loe akan terus bekerja disini seumur hidup loe atau loe bakal di bunuh oleh gue, Nickolas Russelldy"

"baiklah tuan kalau begitu"

"umur lo berapa?"

"14 tahun, tuan"

"oh, seumuran ternyata, ya udah kedapur sana kalo udah selesai tanda tangan, ambilin gue minum gue haus"

"baik tuan" Tina berjalan keluar dari kamar Nick menuju kearah dapur. Sementara Nick menyimpan kembali surat perjanjian yang sudah di tanda tangani oleh Tina, kemudian ia mengambil salah satu buku yang ada di lemari bukunya. Sekitar 10 menit berselang sejak Tina pergi ke dapur dan akhirnya ia kembali dengan membawakan secangkir teh hangat di tangannya

"silahkan diminum tuan" ujar Tina sambil meletakan teh hangat itu di meja kecil

"bawa kembali itu ke dapur" perintah Nick setelah melihat isi cangkir tersebut

"hah? Apa tuan bilang tadi?"

"GUE BILANG BAWA BALIK TUH TEH KE DAPUR!!!" Nick menaikan nada suaranya

"tidak perlu berteriak juga bisa, kan?!"

"lo! lo berani nyahutin gue?!"

Pertengkaran antara keduanyapun terjadi dan tanpa sengaja Nick menyenggol cangkir yang berisi teh hangat yang bisa dibilang panas hingga isinya tumpah dan mengenai tangan Tina

"aw... sakit" Tina menarik tangannya dengan segera

"bersihin kamar gue sampe rapi dan bersih seperti tadi lo masuk" bukan kasihan Nick malah menyuruh tina dan meninggalkan Tina seorang diri di kamarnya

"dasar orang menyebalkan!" tina menggerutu sambil membersihkan kamar tuannya itu, ia mengangkat pecahan cangkir yang ada di lantai. Setelah selesai ia kembali ke dapur untuk membuang pecahan cangkir itu. Para pelayan yang ada di dapur kaget melihat Tina, sebagian tersenyum melihatnya, sebagian lagi mulai berbisik-bisik membicarakannya, tak sedikit juga yang kasihan pada Tina. Seorang ibu paruh baya menghampirinya, dia merupakan kepala pelayan di rumah itu.

"Tina, kamu Tina anak baru itu kan?" tanyanya

"iya, nyonya"

"jangan panggil saya nyonya, panggil saja bibi, semua anak seusiamu memanggilku bibi Lis. Jangan ambil hati perbuatan mereka, mereka semua iri padamu yang bisa melayani tuan muda Nick, mereka yang mentertawaimu adalah orang yang pernah menjadi maid tuan muda tapi tidak lama karna, dalam waktu 1 jam mereka sudah di pecat olehnya, keberadaan orang tua merekalah yang membuat mereka tetap ada disini. Apa kau melakukan sesuatu yang membuatnya marah?"

"iya aku rasa begitu, mungkin dia akan memecatku setelah ini. Ah... bibi maaf aku harus membersihkan kamar tuan muda" ujarnya sembari mengambil kain pel untuk membersihkan tumpahan teh di lantai tuannya. Bibi Lis hanya mengangguk dan membiarkannnya pergi, selepas Tina pergi bibi Lis tersenyum.

Di kamar Nick

Tina mengepel lantai di ruangan itu dengan hati-hati

" huh besar sekali kamar ini aku sangat lelah" keluhnya setelah selesai membersihkan kamar itu. Tina segera keluar dari kamar itu dan bergegas kembali ke dapur

"entah kenapa, aku merasa sering datang kemari, aku seperti mengenal tiap sudut ruangan di rumah ini" ujarnya dalam hati

"Tina..." panggil seseorang

"ah... iya, tuan maaf, saya tidak melihat anda"

"kamar gue udah rapi?"

"sudah tuan"

"ya udah, sana pergi nanti balik lagi kesini sebelum jam dinner, ngerti?"

"iya tuan saya mengerti." Lagi hal yang sama terjadi Tina ditinggalkan begitu saja oleh tuannya itu. Tina melanjutkan perjalanannya menuju dapur dan meletakan kain pel yang ia bawa pada tempat semula

"sudah selesai Tina?"

"eh bibi Lis, sudah bi, saya sudah selesai"

"Tina nanti malam datanglah ke kamar saya sebelum kamu tidur"

"baik, bi, saya akan datang. Saya boleh ke kamar saya sekarang, bi?"

"tentu saja boleh kamu kan dibebaskan dari tugas lain selain apa yang diminta tuan muda" Tina mengangguk dan mohon diri dari ruangan itu ia menuju ke kamarnya untuk mengobati tangannya yang lumayan melepuh dan mulai membengkak. Sesudah ia mengobati lukanya ia mematut dirinya di depan cermin

"mom, dad, maafin aku..." gumamnya. Ia mulai menitikkan air matanya. Lelah menangis ia pun tertidur

STEAL MY HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang