"Turun" suruh Naomi sambil membuka pintu Mobil dan segera turun. Sebelum benar-benar berjalan, ia menunggu Veranda yang sedang berjalan menghampirinya dengan kedua tangan yang digunakan untuk melindungi puncak kepalanya. Untung saja hujan tidak terlalu deras

"Kita akan kemana?" tanya Veranda. Sejurus kemudian ia membeku saat Naomi menutupi kepalanya dengan Jaket itu hingga sekarang ia berada dalam posisi yang sangat dekat. Sambil berjalan, entah kenapa pandangannya sulit sekali beralih dari wajah Naomi

"Jangan melihatku seperti itu"

Veranda tersadar dan buru-buru memusatkan perhatian pada laju langkahnya

Naomi berhenti di sebuah Restoran yang tak jauh dari Pantai. Ia melemparkan Jaketnya di kursi kemudian duduk setelah sebelumnya memesan Coklat panas

"Seharusnya kita tidak kesini" ucap Veranda meremas lembut wajahnya untuk sekedar mengelap air hujan. Tidak terlalu basah memang. "Naomi? Kenapa kau diam?" tanyanya seraya menyimpan kedua tangan diatas meja

"Apa aku harus berteriak dan mengatakan pada semua orang bahwa aku kehujanan? Kenapa kau cerewet sekali?!" Naomi mendelik malas

Ada hentakan keras didada Veranda saat mendengar suara dingin yang setengah membentak itu. Ia menatap Naomi nanar kemudian mengalihkan pandangannya keluar Jendela, menerawang jauh pada Laut.

"Kenapa kau tidak bisa bersikap manis kepadaku? Aku hanya bertanya" suara lembut Veranda terdengar bergetar

Naomi yang menyadari perubahan nada suara Veranda langsung mendongak. "Maaf, aku tidak bermaksud"

"Iya" jawab Veranda singkat sambil menyesap Coklat panas

Naomi mengerjap kemudian meremas kasar wajahnya. Ia mengambil kue pesanannya yang baru saja datang lalu memakannya tanpa berniat mengatakan apapun lagi. Ia sudah terbiasa melihat Veranda marah karena hal kecil seperti ini

"Jika sikapmu seperti ini, bagaimana mungkin aku percaya bahwa kau benar-benar mencintaiku?" tanya Veranda setelah hening selama beberapa menit. Ia menyimpan gelas yang sedari tadi berada digenggamannya, masih tidak mau menatap Naomi yang tampak sedang berpikir

Tidak ada jawaban, Naomi memilih untuk diam karena tidak tau apa yang harus diucapkan. Apa hubungannya sikap dengan cinta? Ia sama sekali tidak memahami semua ini, yang ia tau jantungnya berdetak lebih kencang saat ia bersama dengan Veranda. Bukankah ini cukup menegaskan bahwa ia benar-benar mencintai Veranda? Lalu, pembuktian apa lagi yang harus ia lakukan? Yang ia tau, cinta tidak membutuhkan banyak kata untuk mengungkapkannya

"Cintai aku karena kau memang memang mencintaiku bukan karena kau harus mencintaiku"

"Ketulusan tidak bisa diungkapkan lewat kata. Ve, kau harus mengerti itu" ucap Naomi mulai membuka suaranya

Veranda tersenyum getir kemudian menatap Naomi yang tengah menatap kearahnya, "Kau tau? Mencintaimu adalah cara paling sederhana untuk menjatuhkan air mata. Jika aku bisa memilih, aku lebih memilih untuk tidak merasakan cinta ini. Tapi aku tidak bisa"

"Kalau begitu, berhentilah mencintaiku"

"Jika aku menghentikan cinta, itu sama saja dengan aku berusaha mematikan arloji. Jarum jam berhenti tapi waktu tidak berhenti berputar. Begitupun dengan cinta, cinta berhenti diucapkan tapi rasa tidak pernah pudar!" Mata Veranda mengantup, berusaha menahan desakan nyeri yang tiba-tiba terasa didadanya. Ia menarik napas lalu dihembuskan

Naomi menatap wajah Veranda yang telah mendung. Ia sama sekali tidak bermaksud menyakiti Veranda dan lagi pula, bukankah Veranda yang memulai terlebih dahulu? Dengan mempertanyakan soal perasaan yang jelas-jelas Veranda tau jawabannya.

Waktu (END)Where stories live. Discover now