Chapter 9 : Steven Wu

44 14 8
                                    

October 2, 2016
Beijing, China

"Terima kasih Tn. Wu."

Aku dan Steven berjabat tangan. Aku mengantarnya sampai di pintu keluar kantorku. Kami baru saja selesai membicarakan masalah turunnya keuntungan perusahaan bulan kemarin.

"Anda tidak perlu khawatir. Perusahaan akan terus stabil dan tidak akan berpengaruh buruk pada perusahaan Hesterlings. Saya menjamin itu." ucapku padanya.

"Saya percaya itu. Terima kasih untuk hari ini Nn. Lan."

Steven pun berjalan menuruni tangga. Aku berbalik, kembali menuju ruanganku.

"Nn. Lan!" panggil Steven.

Aku berbalik dan melihatnya berdiri ditengah-tengah tangga.

"Ya Tn. Wu?"

"Bagaimana kalau kita makan siang bersama?"

Steven melihat kearah jam tangannya.

"Sudah jam 11:56, sudah jam makan siang. Bagaimana? Umm... ini secara pribadi, bukan karena perusahaan."

Aku tersenyum samping dan mengangguk.

...

Kami makan siang di salah satu restoran dekat kantorku. Kami memilih duduk di ujung, dekat air mancur kecil. Seorang pelayan datang menyerahkan menu makanan. Aku dan Steven memilih makanan pilihan kami masing-masing.

"Steve, kamu suka sushi ya?"

Steven mengangguk pelan.

"Soalnya waktu kita pertama kali mau meeting kamu memilih di restoran Jepang. Terus, waktu di acara kencan ganda, kamu juga pesan sushi. Jadi kurasa sushi adalah favoritmu, benar?"

"Benar, aku suka sushi. Rasanya agak unik."

Aku tertawa mendengarnya.

"Apanya yang unik? Masa sih rasanya unik? Aku juga suka sushi, tapi aku hanya merasa sushi enak, tidak ada uniknya."

"Nah, itu artinya kamu belum mendalami yang namanya kuliner. Sushi memang enak, tapi ada rasa uniknya. Hanya saja aku tidak bisa menjelaskan uniknya dimana. Tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya. Cuma, ketika dimulutku, rasa sushi begitu unik."

Aku tertawa mendengar penjelasannya.

"Aneh, baru kali ini aku mendengar makanan ada rasa uniknya. Julian juga suka makan, tapi aku tidak pernah mendengar ia bilang ada makanan yang rasanya unik."

"Berarti, Julian belum mendalami kuliner, Len. Suruh Julian mencariku ya, bila ia ingin belajar tentang kuliner." candanya.

"Sok kamu!"

Aku tertawa tak henti hingga perutku sakit.

"Perutku jadi sakit..." gumamku.

"Siapa yang suruh tertawa coba?" sahutnya yang ikut tertawa bersamaku.

Pelayan datang, dan menyajikan makanan yang sungguh mengundang selera dengan sekali pandang. Terlebih aromanya yang membuat perutku semakin lapar.

Accidental EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang