Chapter 1 : Dolphine Necklaces

81 23 23
                                    

May 18, 2016
Beijing, China

"Elena, cepat bangun! Julian sudah menunggumu di teras depan." ujar ibuku.

Aku masih berbaring malas di atas ranjang. Semalam, gara-gara menyelesaikan tugas dari kantor, aku sampai tidur pukul 1 dini hari.

"Cepat! Julian sudah menunggu tuh!" pekik ibuku.

"Ya sudah biarkan saja... Julian juga tahu ak-"

Aku baru sadar, dari tadi ibuku membicarakan Julian yang menungguku dibawah.

"Apa?! Julian!"

"Iya, dari tadi mama kan sudah bilang."

"Aduh... suruh Julian tunggu di ruang tamu dulu deh, Ma."

"Sudah mama suruh, tapi dia lebih memilih menunggu kamu di teras."

"Aduuhh... ya sudahlah."

Ibuku keluar dari kamarku dengan menggelengkan kepalanya. Dengan panik, aku beranjak dari tempat tidurku yang mewah. Aku tergesa-gesa masuk ke kamar mandi untuk mandi dan sikat gigi. Kuraih bathrobe yang menggantung di dalam kamar mandi dan ku ikatkan tali bathrobe di pinggang rampingku. Aku menuju ruangan ganti bajuku, Aku mengambil blouse putih dan celana berbahan kain berwarna abu-abu. Lalu memakai high heels hitam favoritku.

Kemudian aku turun menuju dapur untuk berpamitan pada ibuku.

"Ma, aku pergi ke kantor dulu ya." ucapku seraya mengecup pipi ibuku.

"Hm... hati-hati Len."

Aku bergegas keluar rumah menemui Julian yang menunggu sedari tadi. Begitu membuka pintu, Julian berbalik melihatku.

"Julian, maafkan aku, kamu pasti suda-"

"Sudah-sudah, cepat kita pergi kekantor. Nanti terlambat."

Aku mengangguk, dan kami berjalan menuju mobil SUV putih milik Julian. Lalu kami berangkat kerja bersama. Jalur kantorku dengan kantor Julian memang searah hanya saja kantorku sampai lebih dulu dibandingkan kantor Julian yang lebih jauh. Kami pun tinggal sekomplek. Julian memutuskan membeli sebuah rumah untuknya tinggal sendiri dan untuk kami di masa depan, dan ia memilih tinggal berdekatan denganku. Jadi setiap pagi kami bisa pergi ke kantor bersama.

Tak kusangka, perkenalan yang singkat di hari terakhirku di Kanada bisa berlanjut hingga sejauh ini. Aku juga sangat bersyukur mengenal Julian yang selalu pengertian, ia juga selalu mengalah. Ku akui diriku terkadang egois dan keras kepala. Julian yang lembut, selalu berhasil menenangkan aku yang terkadang terbawa emosi.

Sudah hampir sembilan tahun kami menjalin kasih, tapi kami masih belum ada rencana untuk lanjut ke tahap yang lebih serius. Walau sebenarnya Julian sudah menyinggung untuk tahap yang serius, tapi aku tidak mengindahkan usulnya. Jadi Julian juga tidak bisa apa-apa. Sebenarnya bukannya aku tidak mau lanjut ke jenjang pernikahan, akan tetapi aku merasa saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini, dan kerjaanku juga masih menumpuk, yang membuatku sibuk sekali belakangan ini.

"Ya, kita sudah sampai."

Mobil berhenti di depan kantorku. Kulepas seatbelt yang melindungiku. Dan mengambil tasku dan setumpuk berkas yang kutaruh di dashboard mobil.

"Hati-hati ya, selamat bekerja." ujarnya yang tersenyum lembut.

Aku tersenyum simpul kearahnya dan mengecup bibirnya singkat.

"You too."

Kemudian aku turun dari mobilnya, dan berbalik melihat Julian yang melambaikan tangannya dan tersenyum lebar kepadaku. Aku pun membalas senyumannya dan melambaikan tangan padanya.

Accidental EncounterWhere stories live. Discover now