Chapter 6 : Double-Date (part 2)

36 13 3
                                    

June 25, 2016
Beijing, China

"Apa kita hanya akan duduk disini?" tanyaku pada Steven yang duduk di sebelahku.

Aku dan Steven, kami berdua di tinggalkan oleh pasangan masing-masing. Lebih kurang, kita berdua sudah menunggu setengah jam disini. Cindy ingin mencoba wahana lainnya yang sama mengerikannya dengan yang tadi, sedangkan Steven sudah tidak sanggup lagi. Umm... ya... begitupun aku.

Sebenarnya Julian ingin menemaniku, akan tetapi Cindy tidak ingin sendiri, seperti biasanya, sifat manja Cindy tidak bisa diragukan lagi. Dengan sedikit... umm... tidak... tidak sedikit juga, dengan paksaan, Julian menyetujui untuk menemani Cindy. Dengan riang gembira, ia menarik Julian bersamanya.

Kenapa sekarang semuanya jadi seperti ini? Pasangan kita tertukar? Jangan sampai kacau seperti makan malam saat itu.

Kulihat Steven tetap diam, menunduk. Aku ikut menunduk untuk melihat wajahnya.

"Steven? Kamu baik-baik saja?" tanyaku padanya.

Steven mengangkat kepalanya.

"Umm... ya, aku baik-baik saja." jawabnya seraya mengusap hidung mancungnya.

Astaga, wajahnya benar-benar pucat, bahkan melebihi wajah pucatku tadi.

"Kamu tidak baik Steve, wajahmu pucat sekali."

"Masa?"

Aku mengangguk cepat.

"Kamu masih mual, Steve?" tanyaku khawatir

"Sedikit."

Lalu ia memegangi mulutnya, seperti menahan sesuatu.

"Kamu mau muntah Steve?!" tanyaku panik.

"A-agak..." jawabnya tertahan.

Aku segera menariknya ke toilet. Sesampainya didepan toilet ia tetap tidak mau masuk kedalam.

"Ti-tidak perlu, a-aku baik-baik saja..." ujarnya yang tertahan-tahan.

"Baik apanya?! Sudah sana!"

Kudorong Steven masuk ke dalam toilet. Jadi dia menahan rasa mualnya selama itu? Aku bisa merasakan betapa tersiksanya. Aku saja sudah sangat tersiksa tadi, ini malahan, Steven menahannya selama setengah jam. Tak lama, ia keluar dari toilet dengan memegangi perutnya. Kulihat wajah pucatnya sedikit berkurang.

"Lebih baik?"

Ia mengangguk pelan.

"Daripada kita menunggu mereka seperti orang bodoh disini, bagaimana kalau kita jalan-jalan saja?" ajakku.

"Tapi, kalau mereka kembali, bukankah mereka akan kebingungan mencari kita?"

Kurogoh tasku dan mengambil ponselku. Kutulis pesan singkat untuk Julian. Lalu kutunjukkan pesan singkat itu pada Steven. Kemudian aku menarik Steven yang masih memegangi perutnya.

"Kita mau kemana?" tanyanya.

"Kemana saja, yang penting bosannya hilang." tegasku.

Kami berjalan-jalan melihat kedai-kedai makanan ringan di sebelah kiri dan kanan kami. Beberapa pedagang menjajakan dagangannya. Balon sabun berterbangan dengan indah, aku berputar-putar, dengan gerakan seperti tarian menikmati suasana ini. Andai saja saat ini ada Julian di sampingku. Tanpa sadar aku menarik tangan Steven dan mengajaknya mengikuti langkahku. Sepertinya ia sedikit kebingungan. Tapi kami berdua menikmatinya.

Accidental EncounterWhere stories live. Discover now