Chapter 2 : Fail Dinner?

63 18 16
                                    

May 19, 2016
Beijing, China

Aku yang telah rapi berdandan, memutuskan mengenakan rok pensil terusan berwarna putih. Lalu menemui Julian yang menungguku di teras.

"Hei, morning!" sapaku.

Julian tampak terpana dengan pakaianku.

"Kamu benar-benar cantik hari ini, ada pesta?" tanyanya.

Aku menggeleng. Julian sendiri sangat tampan dengan setelan jas hitam. Kemudian Julian mengajakku ke mobilnya, bermaksud mengantarku seperti biasanya. Baru saja ia akan menyalakan mesin mobilnya, kupanggil Julian dengan lembut.

"Umm... Julian..."

Ia menoleh ke arahku. Aku menyerahkan kado yang kubeli kemarin, yang sudah kubungkus rapi menggunakan kertas kado berwarna solid gold.

"Wah... apa ini?"

Tampaknya Julian tidak ingat hari ini adalah ulang tahunnya.

"Happy birthday Julian." ucapku.

"Whoa... aku saja lupa hari ini adalah ulang tahunku. Thank you Len!"

Julian mengecup keningku.

"Kubuka sekarang?" tanyanya.

Aku mengangguk. Aku sungguh tidak sabar melihat seperti apa ekspresinya saat melihat kado dariku ini.

"Kalung? Wah Dolphine!" Julian bersorak, ia tampak bahagia sekali.

"Kamu suka dengan kadonya Li?" tanyaku.

Li adalah panggilan singkatku untuk Julian.

"Tentu! Bisa kamu membantuku memakaikannya?" pinta Julian.

Tentunya dengan senang hati aku membantunya memakaikan kalung itu di lehernya.

"Sudah!" ujarku.

Kalung itu melingkar dengan indahnya di leher Julian. Julian merangkul diriku dan mengecup bibir mungilku, menciumku dengan mesra. Tentu saja kubalas ciuman hangatnya.

"Terima kasih Len." ucapnya sambil menatap penuh makna ke arah mataku.

Aku mengangguk dan tersenyum kepadanya.

"Len, bagaimana kalau kita dinner malam ini?"

"Tentu! Dimana?"

"Di tempat pertama kali kita dinner bersama."

"Oh disana. Baiklah!"

Julian menyalakan mesin mobilnya, dan bergegas pergi meninggalkan halaman rumahku menuju kantor.

...

Baru saja aku sampai di ruanganku, telepon kantorku berdering.

"Halo?"

"Bu, ini ada telepon dari perusahaan Hesterlings." ujar salah seorang pegawaiku yang menerima telepon.

Mau apalagi mereka? Apa tidak cukup kemarin mereka mempermainkan aku?

Accidental EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang