TigaBelas - Pendiem Tapi Mulut Pedes.

Start from the beginning
                                    

Dan tanpa ku sadari, seluruh kelas menatapku.

"Gue tau semua kebusukan loe bertiga. Jangan anggap gue diem dan gue gak tau apa-apa." Ucap ku.

"Gue tau kok kalian bertiga itu udah gak PERAWAN. Gue sempet denger desahan kalian di halaman belakang. Dan tanpa sengaja gue lihat loe bertiga lagi 'nganu' sama alumni sekolah ini."

Mereka bertiga kelihatan tegang.

"Loe mau bales gue dengan bullying? Sok atuh. Monggo. Gue mah bisa aduin ke kepala sekolah dan buat kalian di DO dan bisa saja gue minta tolong ke Austin yang secara ayahnya bekerja sama dengan kantor kalian, buat membeli semua saham kalian." Aku sangat berani kali ini. Ini kali pertama aku berani menghadapi orang lain.

Mereka terlihat pucat. Aku berdiri mendekati mereka.

"So, Gue cuman mau bilang sama loe bertiga. Kalo ngomong itu di jaga dan lihat dulu siapa yang loe hadepin." Aku menunjuk mereka bertiga yang ketakutan.

Aku kembali ke kursi ku.

"Kenapa kalian ngeliatin gue sampe segitunya? Kalian takut rahasia kalian terbongkar?" Aku menatap seluruh kelas dengan amarah.

Mereka langsung kembali ke aktivitas nya semula.

"Gue gak nyangka. Gue pikir loe pendiem, ternyata mulut loe pedes banget." Ucap Mike.

"Loe lagi punya masalah sama orang? Gue bakalan bantu. Loe tinggal bilang apa kelemahan nya, dan gue langsung bisa labrak tuh orang." Aku melipat tangan ku ke dada.

"Gue gak nyangka aja, Dell. Loe ternyata kejem ya. Selama ini loe nyembunyiin sifat asli loe." Austin masih bengong.

Ku lihat mereka bertiga duduk tegang di bangkunya.

Mampus loe. Loe pikir gue gak tau semua kelakuan kalian? Hahaha... Gue bakalan nyari sampe tuntas orang yang benci gue. Latar belakang nya apa, dan semua kelemahan nya.

Dan ya.. kalian tanya gue tau rahasia semua anak 1 kelas? Gue tau semua rahasia mereka.

Austin dan Mike gak punya rahasia. Jadi, gue gak tau.

"Hei kampret.." Austin menepuk bahu ku.

"Loe di panggil Arsen." Austin menunjuk arah pintu.

Aku berjalan ke arah pintu.

Mengisyaratkan dengan mata KENAPA?

Dia langsung memberikan paperbag.

"Apa ini?" Tanya ku.

"Entar loe gue jemput pukul 7. Jangan kelamaan make up nya." Dia pergi berlalu.

"Kampret nih orang." Aku masuk kembali ke dalam kelas.

"Apa itu Dell?" Mike menatap paperbag yang ku bawa.

"Gak tau." Aku mengangkat bahu tak mengerti.

Austin membuka bungkusan itu.

"Dell... ini gaun." Austin menaruh kembali bungkusan itu.

"What??" Aku membuka paperbag itu.

Dan benar. Isinya emang dress hitam panjang dan heels hitam dengan lilitan tali banyak.

"Dia mau ngajak loe perjamuan ama klien nya." Jawab Mike.

Apa dia bilang? Klien?! Gue kan bukan siapa-siapa nya, kenapa harus gue?

"Why me?" Aku bertanya seolah tak percaya.

"Udah terima aja." Austin tersenyum menahan tawa.

"Mungkin loe ornag spesial buat Arsen." Ucap Mike.

Mungkin aja sih. Lol.

Secara kan aku cantik, manis. (Author muntah darah) pasti dia ngefans lah sama aku.

Aku memasukan paperbag itu kedalam tas.

Tak ada pelajaran selama sehari penuh ini. Entah semua guru kemana.

Tau gitu gue tadi tidur aja di rumah. Masih capek gue nya.

Aku turun mau ke kantin.

Saat aku lewat, semua orang minggir. Ratu mau lewat girls.. *di bacok Author*

Mereka semua tersenyum ke aku? Tumben banget ini. Astagaa.

"Hi kak." Sapa anak kelas 10.

"Hi juga." Aku tersenyum.

"Kak Adell.." Aku menoleh. Mendapati Lucan berdiri di ambang pintu kelas 10-7

"Kenapa Luc?" Aku menghampiri nya.

Dia menarik ku menuju taman.

"Berita itu bener ya kak?" Aku bertanya-tanya berita yang mana anjing.

"Yang mana Luc?" Aku menatap nya bingung.

"Kakak katanya tadi habis labrak orang yang selalu bicarin kakak dari belakang. Dan ya, kata-kata nya kakak sangat tajam dan menusuk." Lucan mengeluarkan hp nya.

"Ini kak." Dia menunjukan hp iphone nya.

Di situ terdapat rekaman suara. Aku memencet nya.

So, di situ terdapat suara ku yang mengamuk tadi.

"Ya. Itu aku. Aku yang selama ini diam, berubah menjadi sosok menyeramkan." Aku memberikan iphone nya kembali ke Lucan.

"Kakak kalo marah nyeremin ya." Lucan tertawa.

Aku ikut tertawa juga. Akhirnya rencana ke kantin gagal karna asyik tertawa sama Lucan.

Hai hai guys. Ini isi hati gue. Ini unek-unek gue selama ini. Cerita ini bukan berdasarkam imajinasi, tapi ini unek-unek hati gue yang paling dalam. Dari dulu gue pengen ngeluarin segala emosi gue lewat tulisan, tapi baru terwujud sekarang.

Kalo yang PERAWAN tadi itu imajinasi aja kok. Tapi, yang lain nya itu unek-unek.

Ok bye. DAN JANGAN LUPA COMMENT YA GUYS.

Surabaya, 19 November 2016.

Let Me Love You ✅Where stories live. Discover now