11. Mengunci Ingatan

8.9K 1K 77
                                    

Malya mengeluarkan kamera analog dari dalam ransel seraya mengedarkan pandangannya. Gerobak betawi pada siang hari benar-benar ramai. Tadi dia harus menunggu sekitar lima belas menit untuk mendapatkan tempat duduk di dalam. Suasananya sangat homey, dengan interior khas rumah betawi tempo dulu dan penerangan yang sedikit redup, wajar saja banyak orang yang makan siang di sini. Meja dan kursi yang terbuat dari kayu juga memberikan kesan rumahan.

Abimanyu harus membayar mahal untuk ini, karena dia yang meminta Malya menemuinya di sini. Katanya dia ingin memberitahukan hal penting, padahal Malya sudah menawarkan diri untuk langsung ke studio dan ditolak mentah-mentah oleh lelaki itu. Abimanyu ingin makan mie tek-tek kuah katanya. Malya mengarahkan kamera analog miliknya ke arah chandeliar yang tergantung tepat di atas kepalanya.

"Kamu masih simpan Nikon F4 itu, Alya?"

Malya menurunkan kamera dari wajahnya. Dipadanginya lelaki berkacamata itu dengan sebal. "Lama banget sih Bi. Sampe waiting list-ku selesai tahu!"

Tanpa rasa bersalah, Abimanyu hanya tertawa singkat dan menarik kursi yang berada tepat di depan Malya. "Nyari parkirnya susah banget. Mie tek-teknya udah kamu pesenin?"

"Udah, tuh." Malya menggerakan dagunya ke arah pelayan yang baru saja datang.

Pelayan perempuan itu meletakkan beberapa pesanan milik Malya, mie tek-tek kuah, nasi jeruk dan dua gelas es teh manis. Malya menggangguk dan tersenyum sopan ketika pelayan tadi pergi. Perempuan itu mengalihkan pandangannya ke arah Abimanyu yang menatap mie tek-tek kuah dengan pandangan memuja, lelaki itu mengambil nasi kucing gabus yang memang sudah tersedia di meja dengan semangat.

"Udah berapa tahun nggak makan, Bi?"

Gerakan tangan Abimanyu yang tengah membuka bungkus nasi kucing itu terhenti, sebelah alisnya terangkat. "Nasi kucing dan mie tektek ini enak banget, Alya. Kamu harus coba."

Malya menggeleng seraya tersenyum geli. Abimanyu akan terlihat seperti anak-anak bila sudah bertemu dengan makanan favoritnya. Perempuan itu beralih ke nasi jeruk miliknya. Isinya ada nasi jeruk, kulit ayam goreng, cumi cabe ijo, ayam panggang kecap dan emping. Malya meneguk ludah, baru kali ini dia memesan makanan dengan lauk sebanyak ini. Biasanya dia akan memesan mie tektek kuah seperti Abimanyu. Perutnya tiba-tiba saja bergejolak, merasa lapar seketika. Setelah mengambil beberapa foto, Malya mulai melahap makanannya. Sedangkan Abimanyu sudah mengambil nasi kucing peda sebagai tambahan.

"Info penting apa sih, Bi, yang kamu mau kasih tahu?" Malya menyeruput es teh miliknya, menghilangkan rasa pedas yang sejak tadi menguasainya. Walaupun pedas tetap saja bikin Malya ketagihan. Dahinya sudah dipenuhi keringat.

"Mie tek-teknya enak banget, nasi kucing pedanya apalagi."

"Bi, mata kamu mau aku kasih cabe ijo ya?"

Abimanyu meringis, satu tangannya terulur ke piring Malya untuk mengambil kulit ayam goreng, namun gerakan tangan itu terhenti ketika perempuan itu memukul punggung tangan Abi. Lelaki itu memasang wajah masam. "Pelit banget sih, Al. Itu cuma kulit ayam goreng."

"Justru karena ini kulit ayam goreng, aku sengaja nyimpen yang terbaik buat dimakan terkahir."

"Emang dasarnya udah kikir aja." Abimanyu berdecak, dia menyorongkan map biru ke arah Malya. "Buka sendiri."

Malya menarik tisu untuk membersihkan tangannya dan menerima map biru itu dengan dahi berkerut. Setelah semalam Abimanyu mengirimkannya pesan singkat, Malya tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. Tidak biasanya Abimanyu menyembunyikan sesuatu darinya, lelaki itu tipikal orang yang akan berkata terus terang.

Dengan perlahan Malya membuka map biru itu dan mendapati sebuah majalah di dalamnya. Sebelah alisnya terangkat, garis kuning yang menjadi frame majalah itu sangat familier untuk Malya, mungkin juga untuk sebagian orang yang memang menyukai fotografi. Malya membalik majalah itu, dan detik selanjutnya, dia terkesiap. Matanya mebelalak tidak percaya, pandangan Malya kini beralih ke Abimanyu yang menyeringai ke arahnya.

LoslatenМесто, где живут истории. Откройте их для себя