Mereka semua serentak menatap Sena. Sena biasa saja dengan tatapan mereka.

"By the way, Raisa kemaren nanyain lo ke gue, no" kata Putra.

Tiba-tiba topik mereka sudah berganti. Mereka duduk di tempat duduk yang sudah disediakan. Bersantai, sebelum tancap gas lagi untuk pulang ke Jakarta.

"Lah? Ke gue juga, tra" tambah Ananta.

"Kayaknya kita semua ditanyain Raisa deh," kata Kevin. Lalu ia duduk di samping Sena dan menepuk pundak Sena.

"Kenapa?"

Sena bungkam. Ia sebenarnya malas untuk membahas Raisa.

"Ya kalo lo gak mau cerita it's okay, tapi Raisa kawan kita juga. Kalau dia disakitin, kita gak terima"

Sena buka suara.

"Gue takut Raisa kayak Oliv"

"Paranoid banget lo" kata Raka.

"Emang si Raisa ngapain?"

Sena bercerita. Mulai dari Sena yang melihat Raisa mulai aneh, sampai pada malam minggu bulan lalu.

"Mungkin lonya duluan kali?" Tanya Daniel.

Sena menjelaskan kembali, sehari sebelum Raisa dijemput mantannya, saat birthday party Sania, ia tak membalas pesan Raisa karena pulang larut bersama sahabat-sahabatnya itu.

"Oh yang kita pulang malem?"

Sena mengangguk. Lalu menjelaskan kembali. Sampai akhirnya ia tak mengerti mengapa Raisa sampai bisa dijemput dengan mantannya.

"Mungkin emang bener Raisa mau ketemu sama Ibunya mantannya itu."

"Sama kayak lo yang masih bersedia nemenin Oliv di acara ulang tahun sahabat papanya Oliv kan?"

Semua menoleh ke Kevin. Mereka bingung, bagaimana Kevin bisa sampai setahu itu.

Sena diam. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi.

"Intinya sama ajalah. Sama-sama salah, gak perlu sampai ngejauhin Raisa." Lanjut Kevin.

"Ih tumben lo bener, vin" kata Putra.

*****

Malam minggu sebelum Sena memutuskan untuk pergi, Sena mendatangi rumah Raisa.

Tak mengirimkan pesan atau apapun. Sena langsung menuju rumah Raisa. Hanya bermodalkan dirinya dan keberaniannya saja.

"Raisa, ada temanmu di luar" Ibunya Raisa mencoba menyuruh Raisa keluar dari kamarnya.

Namun Raisa tak mau turun juga dari kamarnya. Sejak Sena tak memberikannya kabar lagi, Raisa merasa malas untuk melakukan aktivitas.

Ibunya Raisa akhirnya terpaksa harus naik tangga dan menyampaikan bahwa di teras rumahnya sudah ada Sena yang sedang menunggunya.

Raisa terkejut. Senang. Tapi ia kesal. Semua jadi satu hari itu juga.

Raisa pergi merapihkan rambutnya. Pakaiannya. Bahkan ia menggunakan parfum hanya untuk bertemu dengan Sena di luar rumahnya.

"Kak Sena?" Sena menoleh. Lalu berhamburlah Raisa ke dalam dekapan Sena. Ia memeluk kekasihnya yang sudah hampir sebulan tak bertemu dengannya.

Rindu. Seperti setahun tak bertemu. Raisa enggan melepaskan pelukannya, tak peduli jika kakaknya melihat.

"Rindu ya?" Raisa mengangguk di dalam dekapan Sena.

"Jalan yuk?" Raisa merenggangkan dekapannya. Menatap Sena dengan tatapan tak percaya.

Someone Like You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang