Part 16

143 4 0
                                    

Entah kenapa hari ini aku merasa benar-benar sial. Pertama, Ale benar-benar melaksanakan ucapannya. Ketika bel istirahat berbunyi, Ale sudah menungguku didepan pintu kelas, yang sontak membuat teman-teman sekelasku terkejut.

"Lo beneran jadian sama Ara ya Le? Nggak khilaf?" Celetuk Dirga teman sekelasku dengan kurang ajarnya yang dibalas Ale dengan senyuman yang jarang-jarang terlihat dari bibirnya.

Kedua, kesialanku bertambah ketika kulihat Mean Girls sudah duduk di singgasananya -ditengah-tengah kantin- dengan mata Mita yang menatap lekat padaku.

"Bilang aja mau jadi pusat perhatian." Gumamku pelan.

"Apa Ra?" Tanya Talia yang ternyata mendengar gumamanku.

Aku hanya menggelengkan kepala sebagai jawabanku.

Dan kesialanku yang ketiga adalah ketika kurasakan Ale menggiringku dan Talia menuju tempat dimana Dito dan Ian sedang duduk. Triple shit!

"Eh pasangan baru." Sapa Dito.

"Gue nggak masuk ya. Nanti dikira Ale poligami lagi." Sahut Talia dengan polos.

Dito mendengus mendengar jawaban Talia, sedangkan Ian hanya tertawa pelan.

Aku menatap Dito tajam, "Jangan rese deh To." Balasku.

"Lo mau makan apa?" Tanya Ale padaku, mencoba mengalihkan agar tidak ada keributan antara aku dan Dito.

"Menurut lo, gue masih bisa makan diiringi tatapan membunuh dari Mita itu?" Bisikku sambil menatap Ale dengan horor.

"Ya udah lo makan berdua bareng gue aja." Saran Ale tanpa merasa bersalah.

Ian yang sedang minum langsung terbatuk, Dito menahan tawa, sedangkan Talia shock mendengar jawaban Ale.

Ale menatap bingung ketiga temannya, "Kenapa?" Tanyanya.

Ian yang sudah selesai dari acara terbatuknya pun menjawab, "Gue nggak habis pikir sama lo. Entah nggak peka, entah bego. Jelas-jelas Ara nggak nafsu makan gara-gara dipelototin mulu sama Mita, nah sekarang lo malah ngajakan makan sepiring berdua, yang ada Ara bukannya dipelototin lagi, tapi Mita dan babu-babunya udah nyampe duluan didepan meja kita."

Aku menganggukkan kepalaku dengan semangat tanda setuju dengan pendapat Ian. Kulihat Ale hanya mengedikkan bahu dan berlalu untuk memesan makanan.

"Ra, gue ke tempat Gio dulu ya, dia dari tadi kodein gue mulu." Ucap Talia. 

"Terus gue ditinggalin sendiri nih Tal?" Jawabku memelas.

Aku mengaduh, merasakan sendok yang mendarat tepat diatas kepalaku.

"Jelas-jelas masih ada gue sama Ian." Ternyata Dito yang mendaratkan sendok itu padaku. Aku hanya bisa manyun mendengar jawabannya.

"Ya udah deh, ketemu di kelas ya Tal." Kataku antara ikhlas dan tidak ikhlas.

Talia pun berlalu menuju tempat duduk Gio dan teman-temannya. Tidak sampai sepuluh menit, Ale datang membawa sepiring nasi goreng dan segelas es jeruk. 

"Lho Talia mana?" Tanya Ale bingung.

"Dipanggil lakinya." Jawab Dito acuh.

"Oh. Lo dulu atau gue dulu Ra?" Tanya Ale kembali.

Aku mengernyitkan dahi mendengar pertanyaan Ale. Ale yang sepertinya paham kalau aku tidak mengerti maksudnya pun kembali bertanya, "Lo duluan yang suap atau gue?"

Bukannya mengerti, justru aku semakin bingung. Kulihat Dito dan Ian, mencoba mencari penjelasan, justru yang aku dapatkan adalah tatapan bingung juga dari keduanya.

HTS (Hubungan Tentang Status)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang