enam

2K 449 28
                                    

Alora

Calum : al
Calum : al
Calum : oi
Calum : aju hari imi g msk
Calum : *aku *ini
Calum : sakidh

Gue mendengus saat melihat pesan dari Calum.

"Eh Ra, katanya ada dekel yang mau ngegebet Calum loh." ucap Lucia yang membuat gue mendesah keras.

"Siapa lagi?" tanya gue malas yang membahas.

"Nata. Itu loh, yang kalo ke sekolah pake lipstick warna merah darah." jelas Lucia yang membuat gue terbahak-bahak.

"Anjing. Demi apa dia ngincer Calum?" sahut gue heran.

Iyalah, biasanya si Nata itu ngincer cowok nakal, yang suka tawuran. Beda banget sama si anak babi itu, eh, maksudnya Calum.

"Gua denger-denger sih dia lagi demen anak yang baik-baik." balas Lucia sambil menggigit roti bakarnya.

Gue menopang dagu dengan tangan kiri. "Menurut lo, Calum masih sayang ga sama si Vivi?" tanya gue iseng.

"Gatau juga sih, tapi menurut pendapat gue sih iya,"

"Apalagi pas lo cerita, Calum nawarin Vivi buat pulang bareng. Itu sih fix, dia masih ada rasa." lanjut Lucia.

"Iya juga, dia juga sering ngebelain Vivi daripada gue." ujar gue mengingat kembali kejadian waktu itu.

"Yaudah lah, gausah dipikirin. Itukan cuma pendapat gue doang." ceplos Lucia saat melihat gue sedikit murung.

"Gimana ga kepikiran, kalo setiap gue ada masalah sama doi pasti gara-gara Vivi." ucap gue sambil mengaduk-aduk jus jeruk.

"Calum tuh sayang sama elo, Ra. Gue yakin." kata Lucia meyakinkan gue.

"Lo harus percaya, kalo hubungan ga diatas dasari sama percaya. Ancur udah."

"Bukannya gue ga percaya, sifatnya aja yang ngebuat gue berfikir gitu." ucap gue yang mulai bingung dengan Calum.

"Percaya, Ra. Percaya kalo Calum itu sayang banget sama lo." tegas Lucia lagi.

"Dia gaakan ninggalin lo."

"Gue agak ragu sama perasaannya ke gue." gue akhirnya memutuskan untuk menceritakan semua ke Lucia.

"Dia kadang ngebuat gue ngerasa kalo gue itu cewe yang paling bahagia di dunia ini, tapi di detik berikutnya dia bisa ngebuat gue jadi sampah yang bahkan dia jijik untuk ngeliatnya." tutur gue memandang Lucia nanar.

"Semarah-marahnya gue sama dia, ga akan bisa gue benci sama dia."

"Kalo dia minta maaf pasti gue maafin, gue ga bisa lama-lama musuhan sama dia."

"Itu kelemahan gue, itu juga yang gue takutin."

"Maksud lo?" tanya Lucia mengernyitkan keningnya.

"Udah terlalu banyak kesalahan yang dia perbuat ke gue."

"Dari masalah yang bisa bikin gue nangis, sampe yang bisa buat gue pengen bunuh diri."

"Tapi, hati gue ga bisa nolak permintaan maaf yang selalu keluar dari mulutnya abis dia ngebuat kesalahan-kesalahan itu."

"Maka dari itu gue takut, takut kalo suatu saat dia ngebuat kesalahan yang lebih besar daripada sebelumnya, terus dia manfaatin kelemahan gue, dan dengan itu gue bisa memaafkannya dengan gampang."

"Gue takut akan halnya, dia memanfaatkan kelemahan gue."

•••
Ujan-ujan gini enaknya galauin doi yg baru aja foto sm cewe lain:)

16.59
10/11/16

Sejarah • cth | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang