satu

3.9K 554 51
                                    


Alora

Hari ini sekolah dipulangkan lebih cepat dari biasanya, maka dari itu selepas bel pulang berbunyi, seluruh murid berbondong-bondong berlarian keluar kelas.

"Alora, Calum nungguin didepan tuh!" teriak Fera di ambang pintu kelas, meneriaki nama gue dengan suara beratnya itu.

Gue mendengus lalu menyelampirkan tas gue dan berjalan melewati meja guru.

"Alora," panggil guru sejarah gue, Pak Dito.

Gue menoleh kearah meja guru dan mengernyitkan dahi gue seakan bertanya, kenapa?

"Jangan lupa ngerjain tugas." perintah Pak Dito yang gue balas dengan acungan jempol yang berarti belum tentu gue ngerjain.

Di ambang pintu, gue melihat Calum yang sedang bersender ditembok dengan seorang perempuan--yang gue tau adalah Vivi, mantannya-- sedang mengobrol serius.

Pemandangan semacam ini udah menjadi asupan buat mata gue setiap hari. Calum adalah cowok yang selalu menyelesaikan masalahnya dengan baik-baik, makanya ia tetap menjaga tali pertemanan dengan para mantan.

Apalagi perempuan itu yang akan menjadi wakil Calum di pemilihan ketua osis besok. Sial.

"Calum." panggil gue yang udah bosen nunggu mereka ngobrol.

"Alora- yaudah kalo gitu lanjutin di chat aja nanti Vi, gue ke Alora." pamit Calum pada mantannya itu.

"Kamu udah nunggu lama?" tanya Calum basa-basi.

"Menurut kamu? Ayo pulang, aku capek." nungguin lo ngobrol sama si tumbuhan berwarna merah itu.

"Kamu kenapa sih?" tanya Calum yang membuat gue menatap tajam kearahnya.

Gue menatapnya lekat lekat, menyalurkan rasa kesal terhadapnya. "Gausah banyak ngomong, sekarang kamu cuma harus nganter aku pulang terus pergi. Udah itu aja. Kalo kamu masih mau ngobrol sama dia, aku mending pulang sendiri."

Setelah pernyataan yang gue sampaikan barusan, Calum terdiam. Ia tau kalo gue kesal dengan perlakuannya yang setiap hari semakin menjadi.

Kejadian-kejadian kayak gini emang udah sering terjadi antara gue sama Calum. Bahkan sesuatu yang kecil aja bisa ngebuat kita berantem.

Berantem gara-gara charger, bantal, plastik, kaos kaki, sendok, kecoa terbang, lalet, ulet bulu, nyamuk, bahkan cuma gara-gara nasi sebutir aja kita berantem.

"Kamu besok coblos siapa?" tanya Calum yang masih fokus menyetir.

"Terserah aku lah, itu kan rahasia." jawab gue dingin yang membuat Calum lagi-lagi diam seribu bahasa.

Sifat Calum yang kadang egois, cuek dan ga pernah mau ngertiin orang lain itu adalah hal yang paling gue benci dari dirinya.

Tapi kalo udah cinta mau diapain lagi?

Sebenci-bencinya gue sama Calum akan kalah dengan rasa sayang gue padanya.

Tetapi satu hal yang gue gatau adalah, apakah ia pernah mengerti perasaan gue selama ini?


•••
Disini emg calumnya kea anjing guys:)

jd jgn protes ngehehe.

anjg, gua kok rada grogi buat update gt sih, najong.

16.15
31/10/16

Sejarah • cth | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang