32 Panasea II : Obat Bagi Semua Penyakit Atau Kesulitan

8.7K 409 2
                                    

Bab 32 - Panasea II

Seminggu berlalu dan Soraya masih dalam keadaan koma. Andin, Alden dan Gianjar secara bergantian menjaga Soraya. Mahira dan Bening akan datang secara rutin menjenguk Soraya. Mereka semua begitu mengharapkan Soraya kembali membuka matanya.

Meski begitu mereka semua tetap menjalankan aktivitas masing-masing seperti biasa. Walaupun mereka mendapat tambahan aktivitas yaitu menjaga Soraya. Andin dan Alden bahkan sudah sangat memaafkan Soraya, Andin juga telah menceritakan tentang apa yang diketahuinya.

"Jadi menurut Kakak ada rahasia yang disembunyikan Mama dan Papa dari kita?" tanya Alden menyimpukan setelah mendengar cerita Andin.

Andin hanya menganggukkan kepalanya seraya menghela napasnya berat. Pikirannya terlalu penuh dengan semua yang telah terjadi sekarang. Andin bahkan meminta kepada suaminya untuk mereka pindah ke Indonesia saja.

"Kak waktu itu saku minta temenku untuk tes DNA Mama dan Mahira sekertarisku," kata Alden membuka cerita yang selama ini dia simpan rapat.

"Lalu hasilnya?" tanya Andin yang sebenarnya heran kenapa Mahira dan Mama mereka harus ditest DNA.

"Hasilnya negatif, tetapi aku ingat dengan jelas Mahira memanggil Mama dan Papa dengan panggilan Mama Papa juga," lanjut Alden menjelaskan.

"Apa yang sebenarnya terjadi antara Mama dan Papa?" gumam Andin bertanya pada dirinya sendiri dan juga Alden yang sedang duduk berdampingan dengannya.

"Kita harus tanya ini pada Papa Kak, ini tidak bisa ditunda lagi," usul Alden yang sepertinya benar-benar sudah tidak dapat lagi menahan rasa ingin tahunya.

Andin mengangguk ke arah Alden, pertanda dia setuju dengan usul Alden tersebut. Sama halnya dengan Alden, Andin juga merasa masalah ini tidak bisa ditunda-tunda lagi. Dia langsung bangkit dari duduknya diikuti dengan Alden.

Keduanya memutuskan pergi ke rumah sakit, tempat Soraya dirawat. Mereka harus bertemu dengan Gianjar yang sedang menunggui Soraya. Kedua kakak adik itu akan menanyakan semuanya yang ingin mereka ketahui tentang rahasia tergelap keluarga Basupati. Keluarga yang namanya disandang di belakang nama mereka.

"Kak apapun yang terjadi seburuk apapun kita harus tetap memaafkan Mama dan Papa, terlebih kondisi Mama sedang seperti ini sekarang," ucap Alden yang sebenarnya berlaku juga untuk dirinya.

"Ya kamu benar Al," gumam Andin yang berjalan berdampingan dengan Alden.

Kini keduanya sedang berjalan menyusuri koridor rumah sakit yang ramai karena sedang dalam waktu jenguk. Langkah kaki keduanya begitu cepat seiring rasa penasaran yang entah kenapa semakin meningkat begitu dekat dengan kamar inap Soraya.

Andin dan Alden berhenti sebentar di depan pintu kamar inap Soraya. Keduanya saling pandang kemudian mengangguk bahwa mereka sudah siap. Alden membuka pintu kamar inap Soraya dengan pelan.

Berharap ada Gianjar yang menyambut mereka ternyata kondisi kamar tidak seperti yang diharapkan. Tidak ada orang di dalam kamar yang menunggui Soraya. Andin dan Alden sama sama bingung, pasalnya tadi pagi Gianjar menelepon mengabari bahwa dia yang akan menja Soraya hari ini.

"Kita tunggu saja, mungkin Papa sedang ke luar membeli sesuatu," ucap Andin yang mengambil tempat duduk di kursi samping tempat tidur Soraya.

Kemudian Alden juga mendekat ke arah Andin dan Soraya, digenggamnya tangan Soraya pelan. "Ma cepat sembuh, Alden dan Andin siap mendengar seluruh cerita Mama," ujar Alden lembut.

∞∞∞

Beberapa waktu yang lalu sebelum Alden dan Andin datang Gianjar memang sedang menunggui Soraya sembari membaca buku. Awal mulanya Gianjar biasa-biasa saja, tetapi lama-lama kelamaan dia seperti merasa ada orang yang mengawasinya. Gianjar melirik ke arah pintu kamar tetapi tidak ada siapa-siapa di sana.

Turn Back (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now