06 Takaluf II : Mengutamakan Formalitas Hingga Menyulitkan Diri Sendiri

27K 2K 15
                                    

Bab 6 - Takaluf II

Alden sudah kembali ke kantornya, dia sudah mencari Bening di sekitar lantai 8. Sayang, dia tidak dapat memeriksa satu per satu ruangan di lantai delapan kecuali toilet laki-laki. Alden berpikir bagaimana caranya dia dapat bertemu Bening dan berbicara baik-baik dengan Bening. Tadinya Alden berniat akan langsung menghampiri Bening sepulang jam kantor nanti, tetapi tiba-tiba saja dia berubah pikiran.

Keputusan Alden yaitu dia akan mencari tahu terlebih dahulu tentang Bening. Terutama status Bening saat ini, Alden tidak ingin terjadi kesalahpahaman nantinya jika status Bening istri orang. Lagi pula, dipertemuan berikutnya mereka pasti akan berjumpa. Entah itu dalam rapat selanjutnya mungkin.

"Mahira kalau ada Kak Andin datang kamu langsung suruh masuk saja," beritahu Alden kepada Mahira. Tadi pagi memang Kakaknya itu menelpon bahwa dia akan datang ke kantor Alden untuk membicarakan perihal Alden dengan Ibu mereka.

"Baik Pak," sahut Mahira.

"Oh ya Mahira, boleh saya minta tolong? Ini bukan tentang pekerjaan sih, tapi nanti aka nada bonusnya kok buat kamu," Alden menghentikan langkahnya yang akan masuk ke dalam ruangannya. Dia justru berdiri di depan meja Mahira.

"Kalau saya bisa pasti akan saya bantu Pak," jawab Mahira sekenanya.

"Saya mau minta tolong kamu carikan saya informasi tentang Bening Citra Lentera. Pegawai perusahaan yang tadi terlambat di rapat," jelas Alden yang sebenarnya sedikit tidak enak hati meminta bantuan Mahira untuk masalah pribadi.

"Oh bisa kok Pak, kebetulan sepupu saya bekerja di sana. Nanti saya akan coba tanya sama dia," ujar Mahira menyanggupi permintaan tolong Alden.

"Ya sudah, nanti kamu kabarin saya saja. Untuk bonusnya nanti akan saya berikan di luar gaji," kata Alden yang memberikan senyumnya untuk Mahira, mungkin itu sebagai DP dari Alden untuk Mahira.

Setelah meminta tolong dengan Mahira, Alden masuk ke dalam ruangannya. Dia kembali sibuk bekerja sambil memikirkan Bening. Terlalu banyak hal yang ingin ditanyakan Alden kepada Bening, salah satunya adalah alasan apa Bening begitu kuat ingin bercerai dengan Alden. Perasaan Alden mengatakan ada yang tidak beres pada perceraian mereka di masa lalu.

"Ngelamun aja! Sampai Kakaknya dating gak tau," tegur sebuah suara yang tidak lain adalah Andin. Kali ini Andin datang sendirian tanpa ditemani Steve.

"Steve kemana Kak?" tanya Alden menanyakan keberadaan keponakan tersayangnya itu.

"Steve dibawa Mama ke arisan, katanya temen-temen Mama pada bawa cucu masing-masing," ucap Andin yang sedikit sebal.

"Itu arisan atau taman bermain?" komentar Alden yang tidak habis pikir dengan kelakuan ajaib Ibunya.

Alden menghampiri Andin yang duduk di sofa, double A biasa mereka dijuluki oleh orang-orang terdekat. Belakangan ini keduanya menghabiskan waktu bersama seperti dulu saat Alden masih menikah dengan Bening. Dulu mereka kerap kali double date bersama dengan suami Andin.

"Masa lalu mulu yang dipikirin! Emang mau sampai kapan kamu begini terus?" tanya Andin dengan nadanya yang sedikit kesal.

"Aku tadi ketemu Bening. First time setelah sekian lama aku dan dia tidak pernah bertemu ataupun berkomunikasi," cerita Alden langsung tanpa menanggapi pertanyaan Andin tadi.

"Really?! Ketemu dimana?!" Andin yang tadinya ingin mengomel justru terlihat antusias. Perubahan mood Andin yang sangat gampang ini membuatnya dijuluki sebagai bunglon betina oleh Alden.

"Bunglon betinanya kumat deh," ledek Alden sambil membuat gerakan memutar bola matanya malas. "Kita ketemu waktu rapat, dia bekerja dengan clien-ku," lanjut Alden lagi sebelum Andin merubah moodnya lagi menjadi seperti semula.

Turn Back (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang