26 Rundung II : Mengganggu Terus-Menerus, Mengusik, Menimpa

7K 414 6
                                    

Bab 26 - Rundung II

Andin mengendarai mobilnya mengikuti mobil Ibunya yang berada di depannya, jalan yang dilewati mereka adalah jalan yang sangat familiar. Terutama untuk Andin yang kerap lewat jalan tersebut jika ke kantornya Alden. Meski Andin terus menebak-nebak kemana Soraya akan pergi tetapi dia tetap menyetir mobilnya dengan baik.

Mobil Soraya berhenti di depan TPA Kevyn, Andin mengernyitkan dahinya bingung apa yang akan dilakukan Ibunya di sini? Tetapi Andin menghentikan mobilnya tidak jauh dari mobil Soraya. Andin memilih menunggu di mobil saja dan tidak turun, dia sangat yakin jika Ibunya sudah mengetahui perihal Kevyn yang merupakan anak Alden.

Tidak berapa lama kemudian Soraya kembali keluar dan masuk ke dalam mobil, Andin mulai mengikuti mobil Soraya lagi. Ibunya itu membawa mobil dengan sedikit ngebut di jalan Jakarta yang lumayan padat siang itu. Andin tetap menjaga jarak mobilnya dengan jarak mobil Soraya agar Soraya tidak mengetahui bahwa dirinya sedang dibuntuti oleh Andin.

Soraya sampai di sebuah rumah besar, Andin mengernyitkan keningnya heran. Setahu dia rumah tersebut adalah milik Ayah mereka alias mantan suami Ibunya. Dirinya pribadi tidak tahu jika kedua orangtua mereka masih saling mengunjungi setelah perceraian. Menurut Andin seperti ada yang aneh dengan Ibunya yang datang ke rumah Ayahnya.

"Turun tidak ya," kata Andin menimbang-nimbang apakah dia harus turun atau tidak. "Tapi terlalu beresiko jika aku turun. Ayah pasti akan tahu nanti, mana ada satpam juga," lanjut Andin lagi, dia sebenarnya sangat bingung apa yang sedang dilakukan Ibunya di sana.

Terpaksa Andin memutar balik mobilnya dan pergi dari sana, tetapi baru saja Andin meninggalkan rumah Gianjar, kedua orangtuanya keluar dari rumah. Sayang sekali Andin melewatkan kesempatan untuk membuntuti kedua orangtua itu. Dia memilih pulang karena menurutnya Ibunya tidak akan pergi kemana-mana lagi.

Sementara itu Soraya dan Gianjar pergi bersama menuju tempat pemakaman umum atau TPU. Entah makam siapa yang mereka kunjungi di sana, tetapi jelas sekali keduanya terlihat bersimpuh di depan sebuah makam. Menjelaskan sesuatu yang sangat membuat mereka sedih, saling berangkulan memberikan kekuatan itulah yang sedang dilakukan oleh Soraya dan Gianjar.

"Ayo kita pulang ini mau hujan," ajak Gianjar pada Soraya yang sedang menangis terseduh-seduh di dalam rangkulannya.

"Bantu aku Gi, bantu aku mengakui semuanya," kata Soraya di sela-sela isak tangisnya.

"Bukan hanya kamu yang harus mengaku Aya. Aku juga harus mengakui semuanya, kita harus membayar kesalahan kita dengan semestinya," ujar Gianjar menenangkan Soraya sambil membawa mantan istrinya itu bangun dari posisi jongkoknya.

Andin sampai di rumah dengan rasa penasaran dan heran yang begitu besar, dia sedang menimbang-nimbang apakah dia harus memberitahukan Alden atau tidak. Tetapi, kemudian Andin ingat jika ini semua ada hubungannya dengan Alden. Berkali-kali Andin membatalkan sendiri niatnya untuk menelepon Alden, apa lagi Alden sekarang sedang ada masalah dengan Bening.

"Jangan sekarang aku harus cari tahu dulu sebenarnya ada apa," kata Andin berbicara sendiri sambil mondar-mandir di dalam kamarnya dengan Steve yang masih tertidur pulas. "Aku harus tunda kepulanganku dulu, pokoknya aku harus cari tahu semuanya terlebih dahulu," lanjut Andin yang masih terus berbicara sendiri. Jelas sekali Andin sangat takut jika ancaman Rexa menjadi kenyataan dan menghancurkan kebahagian adiknya Alden.

∞∞∞

Jam kerja telah selesai dan Bening bergegas membereskan seluruh barang-barangnya yang ada di atas meja kerjanya. Bening bahkan menyapukan sedikit bedak tipis di wajahnya dan lipgloss di bibir ranum miliknya. Bening berubah menjadi seperti gadis perawan yang akan pergi kencan dengan pacar.

Turn Back (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang