04 Sepai : Pecah Menjadi Kecil dan Terserak Ke Mana-Mana

28.5K 2K 18
                                    

Bab 4 - Sepai

Langit pagi Jakrta terlihat sedikit mendung, tidak ada tanda-tanda akan munculnya matahari. Membuat udaranya pun juga terasa sedikit sejuk dari biasanya, terlebih hari itu adalah hari senin yang terkenal dengan julukan monsterday. Seperti biasa, jalanan Jakarta di pagi hari akan selalu macet. Pengendara motor dan mobil yang dengan sengaja menerobos jalur busway menjadi pemandangan biasa.

Bening berlari-lari kecil di lobi gedung perkantoran, dia baru saja mengantar Kevyn ke TPA di seberang gedung. Bening sedikit telat karena terjebak macet yang luar biasa, hari ini Bening sengaja memilih naik taxi karena melihat cuaca yang mendung. Sesekali Bening melirik jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul 8 lewat lima belas menit. Itu artinya dia sudah telat lima belas menit.

Saat lift terbuka Bening langsung menerobos masuk hingga mengakibatkan dirinya terhimpit di antara orang-orang lain yang ingin masuk. Tanpa Bening sadari ada sosok laki-laki yang berdiri di sudut lain lift. Ya, laki-laki itu Alden. Tadinya Alden berniat ingin menuju parkiran mengambil sesuatu yangtertinggal, namun tiba-tiba dia membatalkan niatnya dan memilih kembali ke kantornya di lantai 25.

Jarak keduanya sungguh dekat, tetapi terhalang banyak orang. Tidak ada yang menyadari keberadaan satu sama lain, baik itu Alden maupun juga Bening. Ruang lift yang penuh sesak itu semakin sesak saat berebut oksigen secara bersama dan dalam waktu beberapa menit tidak ada juga yang kunjung ke luar.

Kantor Bening terletak di lantai 8 gedung tersebut, "Permisi!" ujar Bening pelan terhadap orang di depannya saat lift berhenti dan terbuka di lantai 8.
Sekali lagi, takdir mempermainkan mereka. Saat Bening keluar tatapan mata Alden justru fokus kepada layar smartphonenya. Dia sedang sibuk mengecek e-mail yang baru saja masuk sehingga tidak mengetahui keberadaan Bening yang begitu dekat dengannya.

"Mbak Bening ditunggu Pak Manajer di ruangannya!" seru Naura kepada Bening yang baru saja masuk ke dalam ruangan.

"Oke Nau!" jawab Bening dengan napas yang ngos-ngosan karena harus berlari terburu-buru. Secepat kilat Bening meletakkan tas bawaannya ke atas meja kerja dan menyambar sebuah map berwana kuning yang ada di atas meja.

"Huh! Semangat!" gumam Bening sebelum tangannya bergerak mengetuk pintu partisi ruangan atasannya yang tidak lain dan bukan adalah Fahreza.

"Kamu telat dua puluh menit Bening," ujar Fahreza langsung saat Bening sudah berdiri di hadapannya. Sedangkan Bening hanya dapat meringis malu dan merasa bersalah, ini bukan pertama kalinya dirinya telat seperti ini.

"Maaf Pak saya tidak akan mengulanginya lagi," sesal Bening sambil menundukkan kepalanya dalam.

"Ya sudah! Sekali lagi saya maafkan kamu," Fahreza memandang Bening yang rambutnya sedikit berantakkan, lalu dia berdeham dan berkata, "Berkas kerja sama untuk pembangunan gudang sudah selesai di olah? Jum"at siang perusahaan perencanaan sudah memberikannya bukan?"

Bening sedikit bernapas lega karena kali ini dia kembali dimaafkan, untunglah Fahreza tipe atasan yang tidak terlalu ingin ambil pusing. "Iya Pak, ini berkasnya sudah saya olah dan cek juga," jawab Bening sambil menyerahkan map kuning yang sedang dipegangnya.

"Bagus! Saya akan cek dulu, nanti jika sudah oke baru kita bawa ke rapat perencanaan besok," Fahreza menerima map yang diberikan Bening. Dia juga sempat membaca sekilas isi map tersebut sebelum melanjutkan kembali perkataannya mengusir Bening, "Kamu boleh kembali ke meja."

∞∞∞

Alden sudah kembali ke ruangannya, kini dia disibukkan dengan berkas-berkas yang menumpuk. Semuanya harus selesai dia periksa sekarang agar nanti siang dia dapat meninjau lapangan. Tubuhnya sudah terasa lelah karena terlalu diporsir, di hari libur yang seharusnya dia beristirahat justru digunakannya untuk mencari Bening.

Turn Back (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now