29 Eunoia III : Pemikiran Yang Indah, Pemikiran Yang Baik

6.6K 435 1
                                    

Bab 29 - Eunoia III

Alden dan yang lainnya telah sampai di puncak. Mereka semua menginap di vila keluarga Basupati di puncak. Hari sudah malam ketika mereka semua sampai, untunglah pembantu di vila sudah menyiapkan makan malam untuk mereka semua.

"Bersih-bersihlah dulu, biar aku membantu Mpok menyiapkan makan malam. Tolong sekalian gantikan baju Kevyn," pinta Bening kepada Alden.

"Oke!" setuju Alden. Kemudian dia menggandeng tangan Kevyn dan berseru, "Ayo jagoan!"

Setelah Alden dan Kevyn pergi di susul Andin dan Steve yang pergi ke kamar mereka. Tinggallah Bening dan Mahira di ruang makan beserta Mpok yang sedang sibuk menata meja makan. Bergegas kedua perempuan itu membantu Mpok menyiapkan meja makan.

Bening juga membantu Mpok menumis sayuran untuk menu makan malam mereka. Sementara itu Mahira berdiri di sebelah Bening melihat Bening memasak. Mahira jangan ditanya apa dia bisa masak atau tidak? Tentu saja tidak bisa.

"Mbak aku boleh nanya sesuatu gak?" tanya Mahira tiba-tiba. Mahira memainkan batang kangkung sambil menunggu jawaban dari Bening.

"Mau tanya apa?" Bening memasukkan bumbu penyedap makanan untuk menambah rasa pada tumisannya.

"Mbak masih cinta gak sama Pak Alden?" pertanyaan yang dilontarkan oleh Mahira dengan ragu-ragu itu cukup membuat Bening menghentikan gerakan tangannya sesaat.

Bening menoleh ke arah Mahira seraya menjawab, "Cintaku tidak pernah hilang justri semakin bertambah."

Mahira menatap Bening yang sudah kembali fokus pada masakannya. Gadis itu sangat merasa simpati dengan Bening yang dapat begitu tegar melalui cobaan hidup yang begitu berat. Begitu terenyuhnya hati Mahira yang tidak tega mantan Kakak Iparnya itu seperti sekarang.

"Belum selesai sayurnya?" tiba-tiba di ambang pintu dapur muncul Andin yang sebenarnya sudah sejak tadi mendengar pembicaraan kedua perempuan itu.

"Ini sudah siap Kak," ujar Bening sambil memindahkan masakannya dari wajan ke dalam piring yang telah disiapkan Mahira.

Makan malam pun berjalan lancar dan begitu tenang. Hanya suara celotehan Kevyn dan Steve yang saling bersahutan meramaikan makan malam kali ini. Meski begitu tetap saja setiap orang dewasa di sana memiliki rasa gelisah dan pikiran masing-masing.

Setelah selesai makan malam semuanya kembali ke kamar masing-masing. Tetapi hanya Alden yang masih berada di luar kamarnya. Dia duduk di balkon kamarnya memandang langit malam yang penuh dengan bintang.

Udara dingin puncak yang begitu menusuk tidak membuat gentar Alden yang tetap setia duduk di balkon sambil termenung. Pikirannya berkelana jauh hingga ke Jakarta, memikirkan banyak hal di dalam hidupnya. Belum lagi rasa curiganya yang timbul tentang perceraian kedua orangtuanya.

Lain Alden lain lagi dengan Bening, janda satu anak itu sedang berbaring di sebelah Kevyn sambil menatap langit-langit kamar. Terlalu kalut dengan apa yang sedang terjadi padanya, dia tidak pernah berharap bahwa dirinya akan kembali dekat dengan Alden seperti sekarang. Belum lagi ada banyak hal yang mengganggu pikirannya tentang hubungannya dengan Alden.

Jika dia kembali dengan Alden akan ada banyak hal yang harus dipertimbangkan olehnya. Terutama Ibu Soraya, dulu dia dan mantan Ibu Mertuanya itu pernah membuat janji tidak tertulis akan hal yang berkaitan dengan hubungannya dengan Alden. Janji yang sebenarnya dibuat sepihak oleh Ibu Mertuanya itu karena bagi Bening janji tersebut tetap tidak sah karena Soraya tidak menyertakan alasan yang jelas.

Di kamar yang lain Andin sama seperti Bening dan Alden. Kakak perempuan Alden itu tidak dapat tidur dia terus berdiam diri memikirkan tentang apa yang disembunyikan oleh Ibunya. Mahira yang sekamar dengan Andin dan Steve juga belum dapat tidur, gadis itu sedang berbaring memunggungi Steve dan Andin.

Turn Back (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now