10 Gemintang III : Peta Bintang, Rasi Bintang

24.7K 1.8K 18
                                    

Bab 10 - Gemintang III

Alden yang sejak siang tadi terus menerus bekerja di dalam kamar hotel akhirnya merasa penat. Dia memutuskan untuk melihat bintang seperti kemarin malam di taman hotel, sekalian mencari udara segar pikirnya. Hanya dengan baju kaos polos berwarna putih dan celana panjang berwarna biru dongker Alden turun ke taman hotel dengan menggunakan lift.

Dia berjalan santai di jalan stapak yang akan membawanya menuju taman, namun tiba-tiba langkahnya terhenti. Masih ada jarak beberapa meter lagi untuk Alden sampai ke taman hotel. Dia terpaku melihat orang yang duduk di taman hotel, perempuan yang sangat dicintainya Bening tengah duduk bersama seorang anak laki-laki yang tadi siang dilihatnya di restaurant.

Wajah anak laki-laki itu terlihat jelas di indra penglihatan Alden, meskipun hanya diterangi lampu taman yang tidak terlalu terang Alden dapat dengan jelas melihatnya. Ingatannya sangat jelas tentang seperti apa dirinya saat masih kecil dulu, sekarang dia seperti melihat dia kecil dulu duduk berdampingan dengan Bening. Sedang bersenda gurau sambil tangannya menunjuk langit malam penuh bintang.

Hati Alden gamang, antara tidak percaya dan penasaran. Dia tidak sanggup jika pikirannya benar-benar terwujud. Dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika yang duduk bersama Bening itu anaknya. Rasa bersalah tiba-tiba menjalas di sepanjang aliran darahnya, jantungnya berdetak dua kali lipat.

Secara refleks Alden melangkahkan kakinya mendekat ke arah Bening dan Kevyn. Dia berjalan dalam diam, tidak ada kata-kata yang mampu terucap di dalam dirinya. Hingga Alden sampai di dekat Bening dan Kevyn wajah Kevyn semakin menguatkan dugaannya bahwa Kevyn adalah anaknya.

"Alden," gumam Bening kaget saat mendapati sosok Alden berdiri di dekatanya.

"Bisa jelaskan apa yang kamu sembunyikan dari aku?" pinta Alden langsung, dia tidak ingin lagi membuang-buang waktunya untuk perkataan basa-basi. Sementara itu Kevyn hanya menatap bingung Ibunya dan Alden yang belum diketahuinya bahwa Alden adalah Ayahnya.

"Kevyn kamu tunggu di sini dulu ya sayang, Mama mau bicara sama Om ini dulu sebentar," pesan Bening kepada Kevyn, Bening sudah memutuskan akan mengatakan semuanya walaupun dia harus menghadapi kemarahan Alden.

"Iya Bu," sahut Kevyn yang kembali asyik menatap bintang-bintang di langit dan membiarkan Bening dan Alden berjalan sedikit menjauh dari Kevyn.

Alden dan Bening duduk bersama di bangku taman yang lain, keduanya duduk berseblahan. Beberapa menit keduanya lalui dengan suara hening ketika Alden tidak tahan dan membuka suaranya dengan bertanya, "Apa Kevyn anakku?"

"Ya," jawab Bening pelan. Air mata sudah menggenang di pelupuk mata Bening, dia tidak percaya bahwa Alden harus mengetahui keberadaan Kevyn dengan cara seperti ini.

"Kenapa kamu tidak mengatakannya? Kamu memisahkan Ayah dan anak," ujar Alden pelan. Hatinya sakit karena rasa bersalah di dalam dirinya.

"Mungkin ini juga salahku yang tetap saja bersihkeras pergi ke New York," lanjutnya lagi penuh kepedihan.

Bening yang mendengar perkataan Alden itu akhirnya menangis, dia juga merasa bersalah karena sudah memisahkan Kevyn dengan Alden. "Aku minta maaf. Aku hanya ingin menepati janjiku untuk tidak hadir di dalam hidupmu," ucap Bening di antara isak tangisnya.

"Janji? Kau tidak pernah berjanji apapun padaku Bening!" nada suara Alden menaik, bahkan dia mengeluarkan kata-kata sedikit kasar kepada Bening.

Dari jauh Kevyn memperhatikan Ibunya dan Alden, dia merasa khawatir saat melihat wajah marah Alden dan Ibunya yang menundukan kepala. Bergegas Kevyn turun dari bangku taman dan berlari menghampiri Alden dan Bening. Dia menatap garang Alden seraya berkata, "Om kenapa marah-marah sama Ibu Kevyn?!"

Turn Back (Sudah Terbit)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن