"Gue...gue nggak tahu, Tir." Terdengar desah frustrasi dari mulut Rajendra.

"Gue nggak nyangka lo sebego itu, Dra." Fatir menggeleng. "Apa lo nggak sadar kalo Malya udah buat lo jadi nggak fokus kerja? Lo jadi gelisah seharian macem orang sakaw? Apa lo masih nggak ngerti perasaan lo sendiri?"

Sekarang giliran Rajendra yang menggeleng. "Gue cuma khawatir sama dia. Apalagi--"

"Lo suka sama dia, Dra. Mungkin terlalu dini ngomong kayak gini, tapi nyatanya dia udah buat lo kayak sekarang. Malya punya kedudukan spesial di hati lo. Awalnya gue khawatir lo cuma penasaran sama dia."

"Gue harus gimana, Tir."

"Man, lo bener-bener nggak tertolong." Fatir menatap khawatir sahabat di depannya itu. "Lo temuin dia lah, atau minimal lo telepon dia. Otak lo pindah ke mana sih, Dra? Selangkangan?"

"Gue nggak punya alesan buat ketemu dia."

Sebelah alis Fatir terangkat. "Lo masih mikirin hal kayak gitu, Dra? Gue rasa kinerja otak lo emang udah nggak beres." Fatir tidak tahu bagaimana cinta bisa membuat kemampuan seseorang berpikir menjadi lambat dan cenderung bodoh.

Rajendra menyugar rambutnya. Kenapa segala sesuatu yang berhubungan dengan Malya membuatnya pusing. Suka? Apa Rajendra benar-benar menyukai Malya? Mereka bahkan tidak pernah tidak bertengkar ketika berbicara. Getaran di ponsel Rajendra membuyarkan segala pemikirannya tentang Malya. Satu pesan baru dari adiknya.

Setan Kecil : Mas, coba liat postingan awanhitam deh. Ada postingan baru! Cepet!

"Siapa?"

Rajendra mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menatap Fatir yang terlihat penasaran. "Adek gue. Dan nggak ada titip salam, gue bukan kurir cinta!"

"Dih, Abang ipar macem apa lo. Sadis banget. Bilang sama Rissa ada salam dari Babang Fatir yang tampan ya."

Rajendra mendecih mendengar perkataan Fatir. Kepalanya kembali menunduk menatap layar handphone. Jemari tangannya mengusap layar ponsel dan membuka aplikasi instagram. Tepat ketika itu, Rajendra melihat postingan dari awanhitam. Matanya sedikit melebar melihat foto tersebut, Rajendra mengerjapkan matanya berkali-kali, tapi foto yang terlihat tetap sama. Lekas lelaki itu berdiri. Melihat gelagat aneh dari Rajendra membuat Fatir penasaran.

"Mao ke mana lo?"

"Gue udah nemu alesan buat ketemu Malya." Satu sudut bibir Rajendra terangkat. Lelaki itu melangkah gegas ke arah pintu keluar.

Tunggu saya Malya.

***

Suara ketukan pintu mengusik konsentrasi Malya yang tengah mengeluarkan obat dari tempatnya. Hampir saja dia menjatuhkan botol obat. Perempuan itu menggeram kesal. Tidak mungkin pemilik kontrakan, karena dia sudah bayar dan ini juga sudah malam. Malya memutar pergelangan tangan kirinya. Demi Tuhan, ini sudah pukul sepuluh malam. Dengan langkah gontai Malya meletakkan botol obatnya di nakas dan berjalan ke pintu depan.

Tepat ketika pintu terbuka hal yang ingin dilakukannya setelah itu adalah menutupnya kembali. Namun gagal, karena tangan kekar lelaki itu sudah menahannya. Rajendra yang terlihat lebih berantakan, rambut ikal yang biasanya terlihat rapi sekarang menjadi kusut masai.

Untuk beberapa detik tatapan mereka saling bertemu.  Sebelum akhirnya Rajendra memutus kontak mata yang terjadi. Malya malam hari ini terlihat sedikit kacau dengan kantung mata dan wajah pucat. Tetapi entah kenapa, Malya yang hanya menguncir rambutnya asal dan kaos kebesaran yang dipakainya membuat perempuan itu terlihat seksi di mata Rajendra. Bibir perempuan itu sedikit terbuka karena terkejut. Buru-buru lelaki itu menggeleng dan menelan ludah untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering.

"Kamu mau ap--"

Tanpa diduga, Rajendra menarik tubuh Malya dan memeluk perempuan itu dengan erat. Awalnya Malya tidak tahu apa yang dialaminya, detik berikutnya perempuan itu seperti ditampar. Sekuat tenaga dia mencoba melepaskan pelukan Rajendra yang berakhir sia-sia.

"Apa kamu baik-baik saja?" Rajendra berucap lirih. Dalam satu tarikan napas, lelaki itu kembali berkata, "karena saya tidak. Ini buruk, Malya, saya terlalu merindukan kamu." Pelukan yang terasa kaku itu perlahan-lahan luruh. Dekapan yang awalnya ragu itu menjadi pasti. Tidak ada lagi jarak yang membentangi mereka. Entah bagaimana rasa nyaman yang kembali menyusup ke dalam hati Malya tidak lagi mengganggu benaknya. Dan untuk detik yang berjalan menjadi menit, dia tahu bahwa hubungan mereka akan berbeda mulai dari sekarang.

***

Roasting yang dalam bahasa inggris berarti memanggang,  ada beberapa tingkat roast (tingkat panggang) yakni Light Roast, Medium Roast, Medium-dark roast, dan Dark Roast and Beyond (sumber: https://majalah.ottencoffee.co.id/perbedaan-antara-light-medium-dan-dark-roast-pada-kopi/)

Catatan Penting

Yaaa, akhirnya saya bisa update. Ada yang masih nunggu cerita Rajendra-Malya? Maaf ya updatenya lama, sayanya malas banget mao nulis yawlah. 😅

Maka dari itu saya putuskan mulai minggu ini akan update setiap Sabtu dan Senin (dilakukan dalam rangka menghilangkan rasa malas saya. wkwkwk)

Salam,

Sarah

*buru buru lanjut revisi skripsi.

LoslatenWhere stories live. Discover now