06. KARLITA: BUANG WAJAHMU!

Start from the beginning
                                    

Entah mengapa semua orang melihatku saat aku mulai mendaftar dan mulai menunggu. Semua orang aneh, tak terkecuali gadis cantik yang duduk dengan jarak dua kursi di sampingku. Kelihatannya dia seumuran denganku. Dari tadi, dia seperti bergumam sendiri, wajahnya sangat cemas, dan dia terus-terusan mengusap-usap tangannya. Dia kenapa, ya? Daripada diam di sini, aku bisa mengobrol dengannya.

Aku menggeser posisi dudukku mendekat kepadanya. "Hai, mau konsultasi ke Dokter Adam juga?" tanyaku dengan suara pelan.

Dia menoleh dengan wajah kaget. Kepalanya agak dia mundurkan dan matanya memandangku dari ujung kaki hingga ujung rambut dengan ekspresi jijik. Apa aku begitu menjijikkan di matanya? Apa karena aku tidak memakai alas kaki? Apa karena aku masih memakai baju tidur? Apa karena aku belum cuci muka? Aku seharusnya sadar aku berantakan, tahi mata pasti masih ada, kerak iler di sekitar bibir ataupun ketombe dari kepalaku pasti juga berhampuran.

"Tolong, ada orang gila lepas!" teriak cewek itu langsung berdiri dengan wajah pucat pasi dan ekspresi ketakutan.

Aku kemudian menaikkan kaki ke bangku besi panjang ini. Aku memeluk kedua kakiku. Aku menunduk dan kemudian menangis. Apakah aku begitu hina hingga dianggap sebagai orang gila? Aku menangisi nasibku.

"Tolong! Orang gila itu nangis! Air matanya bisa mengotori lantai!" teriak dia lagi membuatku menangis semakin keras. Perasaanku benar-benar sangat buruk, segala yang ada dalam diriku memang kotor dan tidak berguna. Aku adalah makhluk yang tidak pantas berada di muka bumi ini.

"Tolong! Orang gila itu semakin keras menangis! Suara tangisannya bisa memecahkan kaca jendela dan membunuh bunga-bunga di pot yang indah nian!" teriaknya membuatku merasa hidupku lebih tidak berguna dari bunga di pot yang pupuknya berasal dari tahi kambing.

Aku masih menangis saat mendengar percakapan gadis itu dengan orang lain.

"Non, jangan teriak-teriak, dia bukan orang gila, kok," suara wanita terdengar dari jarak agak jauh.

"Penampilannya seperti orang gila! Pasti dia kabur dari rumah sakit jiwa atau dia kabur dari kejaran Satpol PP," suara gadis itu masih terdengar begitu panik.

"Ada apa ini berisik-berisik?" suara seorang pria terdengar.

Aku tahu, pria itu pastilah Dokter Adam. Aku langsung mengangkat wajah lagi dan melihat pria yang usianya sudah kepala lima itu. Rambutnya disisir rapi, punya kumis tipis, dan memakai kemeja abu-abu polos. Pria berkacamata itu tengah bicara dengan cewek tadi.

"Cantika, dia juga pasien saya." Dokter Adam melihatku dengan ekspresi ingin memaklumi, lalu dia kembali menoleh ke gadis bernama Cantika itu. "Tolong jangan berisik, ya. Coba kamu ajak dia kenalan," tambah Dokter Adam pada Cantika yang masih saja tampak takut.

Dokter Adam kembali ke ruangannya dan menutup pintu dengan pelan. Cantika menempelkan tangannya di dada, dia menutup mata dan kemudian mengatur napas. Aku menurunkan kaki saat dia kembali duduk di sampingku. Dia masih menjaga jarak denganku.

"Ini, hapus air matamu," ucapnya seraya memberikanku tisu yang diapitkan pada jempol dan jari telunjuknya, seperti memegang sesuatu yang menjijikkan.

"Terima kasih," jawabku mengambil tisu itu dan kemudian mengusap tangisanku. "Minta lagi," tambahku yang merasa satu tisu tidaklah cukup.

"Tidak boleh," jawabnya seraya menggeleng.

"Nama lo, Cantika, ya?" tanyaku.

Dia mengangguk dan kemudian aku perhatikan wajahnya. Paras cantik, putih, dan bersih itu tidak asing bagiku. Sepertinya, aku pernah melihat dia. Apa karena wajahnya pasaran? Aku tidak tahu, yang jelas dia seperti tak asing.

icon lock

Show your support for Andhyrama, and continue reading this story

by Andhyrama
@andhyrama
Ketika Cantika dan Karlita-dua cewek pengidap kesehatan mental-bertem...
Unlock a new story part or the entire story. Either way, your Coins help writers earn money for the stories you love.

This story has 26 remaining parts

See how Coins support your favorite writers like @andhyrama.
Peka Banget! 「END」Where stories live. Discover now