02. KARLITA: AKU SAMPAH!

Mulai dari awal
                                    

Aku membuka selimut saat sadar bahwa ada ponsel di bawah badanku. Aku bangkit dan duduk sembari memasukkan sandi pengaman. Ada sebuah notifikasi yang membuatku tiba-tiba menyengir senang. Dia menjawab pertanyaan anonimku di ask.fm.

Bas, apa definisi hati?

Hati, di mana kamu hanya perlu satu titik untuk membidik. Namun, harus tahu banyak sisi untuk mengisi.

Pertama kali aku kagum dengan sosok Bas, yaitu ketika beranda akun ask.fm milikku banyak menampilkan jawaban-jawaban dari Bas. Dari header di profilnya yang menampilkan rentetan gedung fakultas yang berwarna pelangi itu, aku tahu dia satu kampus denganku. Aku mulai stalking dia. Dia tidak aktif di sosial media mana pun kecuali di ask.fm. Dia suka menjawab pertanyaan dengan gaya yang unik. Kadang lucu, kadang manis, kadang juga penuh arti. Karena dia tidak pernah menampilkan fotonya, aku jadi begitu penasaran dengan sosok aslinya.

Tiba-tiba, seperti ada bisikan di telingaku. Lita, berhenti berbuat bodoh! Ares bukan cowok satu-satunya. Dia adalah bajingan tengik yang tidak pantas ditangisi. Bagaimana bisa dia memutuskan cewek sepertimu? Kurang goblok apa lagi sih, dia? Cowok pemilik akun @PanggilAkuBas itu adalah targetmu sekarang. Enyah dari kasur dan bersenang-senanglah! Habiskan uang dan ajak teman-teman bermain! Mereka pasti mau sesuatu yang gratis. Aku kemudian tertawa terbahak-bahak dan berdiri di atas kasur. Aku melompat-lompat dengan begitu senang.

Hore! Aku putuskan akan mencari Bas, menendang-nendang buku di lantai, melempar selimut, bantal, dan guling ke berbagai arah. Ayo bersenang-senang, Lita! Kamu berharga! Semua orang seharusnya tahu kamu adalah berlian! Kamu bisa menghadapi semuanya. Dengan cekikikan, tawa aku menuju ke kamar mandi untuk segera bersiap ke kampus.

"Gila, gue cantik banget!" pekikku saat melihat ke cermin di depan wastafel.

Aku punya kecantikan khas wanita Indonesia, kulit kuning langsat. Walau memang, kulitku dalam versi yang lebih gelap karena keseringan berjemur di pantai. Astaga, seharusnya aku bisa mendapatkan bule ganteng dengan kecantikanku yang membahana ini. Sayangnya, aku lebih suka produk lokal.

"Sialan, demi apa! Gue udah kayak Miss Universe!" pekikku lagi saat melihat cermin di pintu lemari setelah aku berpakaian.

Aku menari-nari sembari melihat diriku di cermin. Sudah cukup sok feminin, sekarang aku mau setel musik rock and roll dan mengobrak-abrik ruangan sebelum berangkat! Aku menyalakan musik keras-keras, lalu aku meloncat-loncat di atas kasur hingga rambut kuputar-putar seperti gaya biduan kesurupan. Pokoknya sampai pusing!

Setelah kegilaanku sedikit mereda, aku segera mencari kunci mobil. Mana dia? Sambil mencari sembari goyang juga dong, biar semangat! Ayo cari, Lita!

***

Aku tinggal di Jalan Pulo Raya, tepatnya di belakang kantor Walikota Jakarta Selatan. Dengan mengendarai mobil Toyota Sienta merah, aku menuju Jalan Nipah Raya kemudian belok kiri ke Jalan Prapanca, dan putar balik ke Jalan Iskandarsyah Raya.

Aku sangat menyukai mobil ini, selain modelnya yang unik, juga terasa nyaman untuk dikemudikan. Mataku selalu senang melihat kabin yang tampak lega dengan suasana two tone ini–beige dan hitam–ditambah motif jahitan warna jingga. Dashboard asimetris pun semuanya mengarah ke pengemudi. Dengan modal rengekan pada Papa, aku berhasil mendapatkan mobil ini dengan mudah.

"Minggir, lo bego!" teriakku ketika seorang pengendara motor ingin menyalip mobilku saat sedang lampu merah di perempatan Jalan Melawai. Aku membuka kaca mobil dan memunculkan wajahku ke luar. "Woy, kampungan! Kalian semua alay! Norak!" teriakku ke pengendara-pengendara lain. "Bercanda doang, kali! Cupu lo!" lanjutku saat beberapa dari mereka menoleh ke arahku.

Peka Banget! 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang