DUA

29.6K 1.8K 169
                                    

******

Kiara masih bertanya-tanya, siapa cowok tadi. Rasa-rasanya Kiara tidak pernah melihat wajahnya.

Kira-kira ngapain dia mayungin gue? Tapi lucu juga ya badboy bawa payung gitu. Sopan lagi pake aku-kamu. Tanpa sadar dia tersenyum.

Kiara menggeleng-gelengkan kepalanya ketika sadar apa yang dia pikirkan.

Ngapain gue jadi mikirin dia coba? Paling juga cowok kaya gitu itu kalo nggak playboy ya gay, Kiara cepat-cepat menepis rasa kagumnya kepada cowok tadi.

Karena melamun, perjalanan menuju rumah jadi terasa cepat. Kiara sudah sampai di depan rumahnya. Dengan cepat Kiara masuk ke dalam rumah karena sudah sangat menggigil.

"Kamu dari mana aja, Ra? Bunda tanya teman-teman kamu tapi mereka semua nggak tahu. Kamu tahu nggak kalau Bunda khawatir?"

Bunda menatap Kiara tajam.

Kiara tahu, Bunda marah seperti ini karena Bunda sayang sama Kiara.

"Bunda, Ara nggak apa-apa kok. Sekarang Bunda lihat 'kan? Kiara udah di rumah dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia," jawab Kiara sambil terkekeh dan kemudian dihadiahi pelototan oleh Sang Bunda.

"Kamu tuh ya! Bunda panik kamu malah jawab aneh-aneh. Kamu kemana aja sih?" tanya Bunda.

"Ara tadi nungguin angkot, Bun. Tapi hujan. Udah gitu, handphone Ara lowbatt, jadi nggak bisa telepon Bunda. Untung tadi ada yang nolongin," jawab Kiara sambil melepas sepatunya.

"Siapa yang nolongin kamu? Baik banget..."

"Ara nggak kenal, tapi kayaknya dia satu sekolahan sama Ara."

"Terus kamu dianter pulang sama orang nggak dikenal?" ekspresi Bunda yang tadinya sudah lega, kini kembali menegang. Bunda memang protektif dalam urusan menjaga Kiara, apalagi Ayahnya yang lebih protektif lagi dari Sang Bunda.

"Ya enggak lah, Bun... Masa iya Ara mau dianter sama orang nggak kenal. Ara naik taksi kok. Tapi ya dibantuin sama dia," jawab Kiara santai.

Bunda mengangguk-angguk.

"Ya udah Bun, Ara ke kamar dulu ya ... mau mandi. Dingin banget nih." Kiara segera berlari masuk ke kamarnya.

"Mandi pakai air hangat, terus turun. Bunda bikinin teh panas!"

"Siap!" jawab Kiara diiringi bunyi bedebam.

👫

"Ra, kemaren kemana aja lo?" tanya Niana, yang kerap disapa Nia. Salah satu sahabatnya yang paling cerewet dan berisik.

"Kemaren gue nggak dapet angkot. Gue udah tungguin lama banget, tetep aja nggak dapet. Udah gitu handphone gue lowbatt. Ngeselin banget." Kiara berbicara dengan mulut yang mengerucut sebal.

"Terus kemaren lo pulangnya gimana?" tanya Ester. Kalau Niana cerewet dan berisik, Ester ini lebih pendiam dan lembut. Walau ada kalanya dia cerewet, tapi tidak secerewet Niana.

"Pulangnya pake taksi, tapi ada yang nawarin anter pulang sih." Kiara nyengir lebar.

"Hah?! Siapa? Cewek? Cowok? Pacar lo? Eh tapi lo 'kan jomlo?" tanya Niana tanpa jeda.

"Cowok. Bukan pacar gue dan gue gakenal. Dia tuh payungin gue, nawarin gue pulang. Dia kenal gue, tapi gue nggak kenal dia. Aneh banget sumpah itu orang." Kiara mengedikkan bahunya.

Niana dan Ester saling berpandangan.

"Anak sini?" tanya Niana.

"Iya. Tapi dia gapake badge nama. So, gue gatau nama dia."

I LOVE U BAD [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang