Jilid 26 : Menyusul In Nio dan Pouw Keng

Start from the beginning
                                    

Liong Hoei Gick menjadi gusar sekali.
"Pouw Llok It, kau berani melawan Pemerintah?" bentaknya.
Orang yang ditanya tidak menjawab hanya dengan dingin ia balik menanya: "Sejak kapan Mauw San Siang Kiam menjadi gundalnya pembesar negeri?"
Hoei Giok mengasi dengan suara "Hm" la kalah bicara. Maka ia menggunai tangannya. Dengan jeriji-jeriji kuat seperti gaetan ia lantas menyambar, akan tetapi ditengah jalan semua jerijinya itu ditekuk hingga ia jadi menyerang dengan dua buah kepalanya.
Pouw Lick It melihat bahaya mengancan ia berkelit kekanan, tangan kanannya segera menghajar.
Hoei Giok berkelit kekanan kedua tangannya ditarik pulang. Atas itu. Liok It membalas menyerang, bahkan ia menyerang saling susul setelah yang pertama dan kedua gagal.
Biarnya dia gagah. Hoei Giok pun terdesak. Terpaksa dia mundur.

Liok It tertawa dan kata: "Aku menyangka pahlawan istana gagah luar biasa bagaimana kiranya cuma sebegini"
Diterangnya rembulan, muka Hoei Giok merah padam. la gusar bukan main atas ejekan itu. Maka ia lantas berseru, sambil berseru itu, ia menyerang dengan dua tangannya. la membuka semua jerijinya dalam gerakan "Diseluruh langit tampak bayangan jeriji tangan-"
Dengan begitu ia menggunai ilmu silatnya yang dinamakan "Koen Goan Tay Eng Jiauw" atau "Kuku Garuda."
Pouw Liok It tidak takut bahkan dia kata tawar: "Liong Hoei Giok jikalau kau ingin mampus dibawahnya tiga menara ini. baiklah, aku si orang she Pouw akan membikin kau dapat mencapai keinginanmu itu"
Dengan dua buah kepalannya, Giam ong-Leng lantas menyerang, ia didesak. ia balas mendesak. ia melawan keras dengan keras. ia menggunai kegesitannya untuk menang unggul.
Maka hebatlah kedua jago bertempur. Satu jago Rimba persilatan, yang lain jago istana raja muda.

Selagi menonton itu, Hoat Hoei Siangjin kata pada Hoat Poen: "Benar tak percuma orang menyohorkan Pak Pit Lam Poew ilmu silat Pouw Siecoe ini luar biasa sekali dia berhasil menggabung dua kepandaian pihak lurus dan pihak sesat inilah ilmu silat yang mirip dengan ilmu silat kita Tay Kim Kong cioe. Rupanya ia masih belum menggunai seluruh kepandaiannya. Aku kira Liong Siecoe bakal roboh.."
Pendeta ini bicara tidak keras tetapi Liong Hoei Giok sebagai ahli silat liehay dapat mendengar itu dengan tegas sekali, sendirinya ia menjadi terkejut. Tidak ayal lagi ia menjejak tanah, untuk lompat mundur, guna menjauhkan diri dari desakan, sambil berlompat itu, ia bersiul nyaring, hingga siulannya itu mengaum diudara. Semua orang heran, tak ada yang dapat membade apa perlunya siulan itu.

Pouw Llok It tertawa.
"Liong Tayjin, apakah hati mu gentar?" tanyanya.
Liong IHoei Giok tidak menjawab. dia hanya tertawa, habis itu, dia lompat maju guna, mulai pula dengan penyerangannya. Hanya ini. semua orang yang merupakan rombongannya turut maju juga, hingga jago Rimba Persilatan itu lantas kena di-kurung. Pouw Llok It menyapu kesekitarnya. ia bersenyum. Sedikit juga tak terlihat ia jeri.
Menampak demikian- Ho cin coe kata perlahan pada Hoat Hoei siangjin: "Liong Hoei Giok benar liehay. Ia mengurung dengan barisan Lian-hoau Sam ciat Tin, yang dapat berubah menjadi lima dan delapan penjuru, ada bagian matinya, ada bagian hidupnya. Siapa tidak mengerti Pat Kwa, tak dapat dia lolos dari barisan ini.
Entahlah, siapa bakal roboh, tetapi sudah terang banyak orangnya yang mesti membuang jiwa disini.... Tak dapat kita maju untuk menyusahkan mereka, sebab Liong Hoei Giok dapat menuduh kita berkongkol dengan kaum Rimba Persilatan menentang Pemerintah. Dulu hari, ketika siauw Lim Sie dibakar, itulah contoh yang menyedihkan.."
Hoat Hoei Siangjin menarik napas panjang.
"Ini memang sulit" katanya masgul. Loolap tak dapat suatu jalan untuk memisahkan mereka. Mana dapat aku menasehati Pouw Sie-coe menyerahkan cangkir kemala yang mujiiat itu? Dengan begitu maka jiwa pihak kita tentulah sukar dapat ditolong .jiwa kita bergantung pada cangkir itu. Sebaliknya tak dapat kita membantu mengusir pahlawan istana itu."

Selagi pertempuran belum dimulai, mendadak Tiong Hoa lompat kedepan-
"Liong Tayjin, sudah lama kita berpisah apakah kau banyak baik ?" dia menyapa dengan suaranya yang terang-jelas.
Hoei Giok melengak. la lantas berpaling. Maka ia melihat Lie Tiong Hoa berdiri di antara sinarnya si Puteri Malam, romannya tampan dan gagah, sikapnya tenang.
Orang pun mengawasi ia sambil bersenyum manis. Untuk sejenak ia tak tahu bagaimana harus-mengambil sikap. Dasar ia seorang yang berpengalaman, dapat juga ia menenangkan diri, maka menjawablah ia dengan sabar -"Lie Kongcoe, apakah kau banyak baik ?"
"Terima kasih, tayjin" sahut Tiong Hoa menjura. "Berkat tayjin, aku tidak kurang suatu apa"

Bujukan Gambar Lukisan - Wu Lin Qiao ZiWhere stories live. Discover now