Jilid 2 : Siapa berbuat baik mendapat kebaikan

5.5K 73 1
                                    

Nyonya itu menanya pula. Tetap ia tidak memperoleh jawaban, maka ia mengulanginya. Tempo ia nasib tak dapat penyahutan, ia menjadi gusar.
"Siapa berada dalam pendopo ini?" dia tanya, suara bengis, "jikalau kau tetap tidak mau menjawab, jangan kau sesalkan aku si orang tua?"
Tiong Hoa bergidik pula. Tapi sekarang ia menetapi hati, "inilah aku si orang she Lie..." ia menyahut.

Belum berhenti suara jawaban itu, mukanya si nyonya tua nampak berubah, lalu mendadak dia menyerang dengan tangannya.
Tiong Hoa kaget, tahu-tahu ia merasa terserang hawa dingin sekali, hingga tubuhnya
menggigil, habis mana ia merasai tubuhnya mulai kaku, darahnya seperti membeku dan kedua matanya tak dapat dibuka lagi, ia menjadi seperti lupa ingatan dan ingin tidur saja. Tapi ia melawan, ia mengeraskan hati nya, karena mana tidaklah ia sampai roboh.

Tepat itu waktu, sebuah tubuh kecil langsing berlari masuk kedalam ruangan itu,
segera terdengar suaranya yang menyatakan dia kaget sekali: "lbu Mengapa kau menggunai pula seranganmu Pek Koet Im Hong? Mana orang dapat bertah an?"
Matanya Tiong Hoa rapat dan berat, ia tetap ingin tidur saja, akan tetapi pendengarannya masih terang, otaknya masih sadar, maka itu, ia mendengar dan mengenali suara si nona tadi.
"Anak In," ia mendengar suara si nyonya lemah, "adakah orang ini sahabatmu? ibumu telah menanya dia sampai tiga kali, baru dia menjawab memperkenalkan diri sebagai orang she Lie. Karena keayalannya itu, ibumu menyerang dia sekarang tolonglah dia dulu, baru kita bicara lagi."
"Dasar ibu yang sembrono," kata si nona menyesali "Kalau dia orangnya musuh, mustahil dia suka memberi ketika sampai ibu membuka mulut?.."

Habis mendengar penyesalan itu, Tiong Hoa lantas merasa ada tangan yaug lunak yang menempel dipunggungnya, ia menduga si- nona mulai menolongi padanya.
Segera juga ia merasakan hawa hangat tersalurkan kedalam tubuhnya, Bagaikan es lumer, hawa dingin mulai terasa kurang, makin lama ia merasa makin ringan. Ia terus menutup matanya, selagi berdiam itu, ia berpikir, ia heran untuk pengalamannya ini. Sebegitu jauh ia sebal dengan penghidupannya yang malang, sampai ia mau beranggapan orang tak dapat dipercaya. Tapi sekarang ia menemui nona yang berhati baik ini, ia di tolongi orang yang tidak dikenal. "Penghidupan itu aneh..." pikirnya. Tanpa merasa ia tertawa.

"Eh, kenapa kau tertawa?" tanya si nona perIahan-
Tiong Hoa tidak lantas menyahuti. ia jengah, justeru itu ia dengar si nyonya tua menanya puterinya: "Anak In, heran. Aku menyerang dengan Pek Koet In Hong lima bagian luka orang itu ringan, kenapa kau menoIongi dia dengan tenaga Cit Yang Cin-lek masih jugabelum berhasil?"
"Ah, ibu" si nona masih menyesali " Kenapa kau menyerang demikian hebat kepada orang yang tidak mengerti silat ? Dia sebenarnya sudah sembuh tetapi aku mau menambah tenaganya dengan cit Yang Cin-Iek."

Tiong Hoa mendengar semua pembicaraan itu. Tidak dapat ia berdiam terus, Maka ia membuka matanyaJusteru itu, tangan si nona lantas ditarik pulang dan nona itu tiba tiba berada didepannya, menatap ia dengan matanya yang jeli.
Karena mereka berada dekat sekali, ia dapat mencium bau harum, ia menjadi likat sendirinya, pipi dan telinganya menjadi merah, ia pun takut untuk membalas mengawasi nona itu. ia terus memandang kearah peti mati.

Si nona bersenyum melihat kelakuanpemuda itu, ia lantas bertindak kepeti mati itu. "lbu." ia memanggiI.
Ketika itu ruangan masih guram, si nyonya, bercokol didalam peti mati, Nampak bagaikan hantu.
"Ibu." berkata pula si nona, "mestika itu telah berhasil aku dapati. Maka ibu bakal melihat langit dan matahari pula sekarang mari kita lekas berlalu dari sini, supaya orang tidak menyangka kepadaku."
"Apa, kau berhasil?" tanya si nona. Dia girang hingga suaranya bergetar. "Dasar orang baik dilindungi Thian."

Mendengar pembicaraan itu, baru sekarang Tiong Hoa ketahui si nyonya buta matanya, pantas tadi dia lambat menggeraki tangannya menyerang ia Jadi nyonya itu menanti dulu jawaban, untuk mengetahui di bagian mana ia berdiri.
Nyonya itu mengangkat seb atang tongkat dari sisi dengan pertolongan itu ia lantas bangun berdiri, gesit gerak-geriknya.
" Entah mustika apa itu yang dikatakan si nona?" kata Tiong Hoa dalam hatinya, ia lantas mengerutkan aIis. Ia sekarang melihat kakinya nyonya ini bercacad. si nona memandang sipemuda, ia melihat air muka orang, ia tertawa.
"Aku tahu kau heran atau bercuriga, ingin kau menanyakan sesuatu padaku" ia kata. "Benar, bukan? sekarang kami mau lekas berlalu dari sini, jangan kau tanya apa-apa. Di mana ada ketikanya, kau tunggulah sampai kita berada di siauw Ngo Tay nanti kau ketahui sendiri."
Si nyonya sudah pergi ke belakang ruangan.

Bujukan Gambar Lukisan - Wu Lin Qiao ZiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang