Jilid 16 : Jumpa Cek-In-Nio lagi

3.2K 39 0
                                    

Nona itu mendengar tindakan kaki orang, tanpa mengangkat kepala, ia kata: "Masih kau tidak mau pergi? Apakah kau hendak cari mampusmu?" suara berat, suatu bukti dari luka parah.
Hati Tiong Hoa berdenyut: potongan si nona memang potongan In Nio, sekarang ia mendengar suara orang, ia tak sangsi lagi.
"Nona Cek" ia memanggil.
Nona itu nampak terkejut, tetapi ia tetap menutupi kepalanya.
"In Nio" Tiong Hoa memanggil pula.
Kembali nona itu terkejut, sekarang ia mengangkat kepalanya, sinar matanya tampak tak bercahaya, Meskipun ia letih dan kucai, kecantikannya tak sirna.
"Ooh, benarlah kau" seru Tiong Hoa. sekarang dia mendapat kepastian-

Nona itu terperanjat ia heran, Tak ia sangsi disini ia menemui si anak muda. ia berdiam, kulit mukanya yang pucat menjadi merah sejenak.
"Ketika itu malam kita bertemu dirumah makan di Hoei Ho KaUw.. tak berhasil aku menyusul kau, nona," ia berkata, "karena itu untuk beberapa hari aku mencari kau disekitar Siauw Ngo Tay san tanpa hasil hingga aku turun gunung dengan berduka."

Nona itu mengawasi, nampak ia bersyukur.
"Akutahu hatimu," katanya lemah, "Aku kuatir sekarang aku bakal pergi kedunia baka...."
Tiong Hoa menggoyangi tangan memecat kata-kata orang itu.
"Jangan mengucap begini nona" ia kata. "Aku telah melihat sendiri ketika di rimba Tiat Kean Kiap nona merampas kotak kecil dari tangannya si orang bertopeng. Rupanya kau rebah disini sekarang diserahkan serangannya mereka itu"
"Apa?" si nona tanya, kaget dan heran, "Kau berada didalam rimba itu? Kenapa kau tidak memanggil aku?"

Tiong Hoa bersenyum duka.
"Nona lari pesat sekali, aku menyusul dengan sia-sia." ia kata.
Cek In Nio menghela napas.
"Aku mengerti," katanya, ,. Hebat pukulan orang itu pukulan im Tok Ciang yang beracun- Kau tahu, racun sudah tersalurkan kenadiku, maka sekalipun tabib Hoa To menjelma pula, tak nanti dia dapat menolongi aku. Maka aku ingin minta kau,.,."
"Cukup nona" Tiong Hoa memotong, "Aku masih mempunyai daya untuk menolong kau"

Pemuda ini menghampirkan dekat sekali, ia merogo sakunya mengeluarkan buah piepa bekalannya.
"Lekas nona makan buah piepa ini." kata nya. "Lantas kau duduk bersila dan menyalur kan napasmu untuk kau mendesak racun keluar dari tubuhmu, Aku percaya, dalam tempo yang pendek. kau akan mendapat pulang separuh tenagamu "
Nona itu heran tapi ia menurut, ia menyambut buah piepa dan memakannya.

Justeru itu Tiong Hoa mendengar tertawa dingin dibelakangnya, ia kaget hingga ia segera berpaling. Maka ia melihat dua orang bertopeng berdiri diluarpintu, sikapnya bagaikan memedi, ia terkejut ia tahu siapa dua orang itu- Tanpa sangsi lagi, tak betrayal pula, ia berseru, dua tangannya ditolakkan keluar, kearah dua orang itu, Maka terdengarlah satu suara keras sekali.
BAB12
ooooo

DALAM KEADAAN seperti itu, selagi si nona terluka parah, Tiong Hoa terpaksa mesti menggunai jurus Jit goat tong seng - matahari dan rembulan sama-sama naik dari ilmu silat sian-thian Thay It Ciang, maka itu, kedua anak muda diluar pintu itu lantas terpukul mundur kira delapan tombak.
Mereka tidak terlukakan, cuma tembok dibelakangnya gempur, Lantas mereka lompat maju pula, keempat mata mereka mencilak diantara topeng hitamnya.
Tiong Hoa tidak melihat maka orang tetapi sinar mata mereka itu menandakan mereka gusar sekali, gusar bercampur heran, inilah ia mau mengerti. Apa bedanya ia sendiri kalau ada orang merintangi padanya secara begitu?

"Tak keruan-ruan kau mencampuri urusan kita, tuan" kata si anak muda dingin. "Kau pun telah membokong Apakah arti nya ini?"
"Kau tahu tapi toh kau menanya tuan-" ia membalasi. "Nona ini terluka parah akibat pukulan cu seng ciang dari kamu berdua, jiwanya lagi terancam maut, maka itu apakah tak dapat jikalau kamu tidak memaksa membinasakan orang?"

Pemuda itu tertawa pula.
"Tak biasanya kami membunuh orang tak bersalah, ia msnjawab, Kami tidak bermusuh dengan nona itu tetapi tanpa sebab dia merampas barang ditangan kami Baik tuan ketahui, datangnya kami kemari untuk mencari barang kami yang hilang itu Apakah dapat dikatakan kami berlaku kejam?"
Tiong Hoa tetap bersikap dingin. ia tertawa tawar.
"Orang saling merampas, itulah lumrah" ia kata. Beranikah jiewie menetapkan barang itu milik kamu."
Pemuda bertopeng itu berdiam meski tak tampak tenang, dia ligat, Hanya sejenak saja, lantas dia kata keras: Meski benda itu bukan milik kami tapi itulah benda tak halal. Laginya kami....
"Nona ini juga melihat benda itu benda tak halal katanya tertawa, Kamu saling merampas maka itu tuan bukan kau menegur dirimu, kenapa kau hendak berlaku keterlaluan terhadap orang lain?"

Bujukan Gambar Lukisan - Wu Lin Qiao ZiWhere stories live. Discover now