Jilid 14 : Song Kie terluka

3.1K 47 0
                                    

Selagi mematahkan cabang yanglioe itu, hati Tiong Hoa bukannya tidak bekerja,
Kembali ia ingat perjalanannya, Pikirnya: "Akulah seorang pelajar, lantaran terpaksa aku buron, aku sampai masuk dunia Kang-ouw. selama beberapa bulan ini, aku mesti mengenal pelbagai macam sifat manusia, maka itu, haruslah aku lekas mengundurkan diri.
Tak ada perlunya aku berebut nama, pepatah pun membilang, pohon besar mengundang angin, dan kedudukan tinggi itu lah ancaman bencana, Tapi sekarang aku dipaksa keadaan, tak dapat aku tidak turun tangan. Thian Hong cinjin terlalu galak. jikalau dia dibiarkan saja, dia bakal mendatangkan ancaman bahaya bagi Rimba Persilatan..."

Dengan matanya yang tajam, Tiong Hoa melihat air muka si imam, yang heran atau kaget, Dapat ia menduga hati orang, Maka dari itu, ia bersenyum, ia angkat cabang yanglioenya, ia pandang itu lantas ia kata:
"Aku yang muda berkepandaian sangat rendah, sulit untuk aku dipadu dengan tootiang yang bagaikan cahaya bulanpurnama yang indah permai, maka juga sekarang ini aku maju hanya untuk mohon diberikan pelajaran, walaupun demikian, aku minta sukalah tootiang jangan memandang terlalu enteng cabang yanglioe ini.. sebab cabang ini sebenarnya lebih kuat daripada sepasang pedang tootiang.
Tootiang lihat pada cabang ini terdapat seratus tujuh puluh tiga helai daunnya yang masih muda muda jikalau dalam sepuluh jurus tootiang dapat membabat atau meruntuhkannya semua, maka aku yang rendah, suka aku menyerah kalah, sebaliknya adakah tootiang sudi jikalau urusan malam ini disudahi sampai disini saja?"

Hebat kata-kata itu lunak tapi keras, hingga hati si imam bercekat, ia juga tak mengerti, kenapa hanya dengan satu kali melihat si anak muda sudah lantas dapat menyebutkanjumlahnya daun muda itu.
Hal itu pun membuat heran pada Ceng shia Jie Ay semua.
Hebat pula sikap tenang dan ramah tamah Tiong Hoa itu terhadap Thian Hong cinjin-Imam ini kena terpengaruhi karenanya, Tapi sudah terlanjur, tidak dapat ia bersikap lunak. Maka itu sambil mengawasi si anak muda dengan mata mendelik, ia kata dingin:
"Siapa tidak mendaki gunung Tay san, tak tahu dia tingginya gunung itu siapa tidak melihat lautan, tak tahu dia dalam nya Cinjin kamu memiliki ilmu silat pedang yang tak ada dasarnya, cara bagaimana kau berani banyak lagak didepanku? Mari, mari, mari Aku beri ketika padamu untuk menyerang terlebih dulu!"
Biar bagaimana, nada imam ini tak seangkuh tadi.

Tiong Hoa berlaku sabar. Dia tertawa.
"Baiklah, terima kasih" katanya, Lantas dia menggeraki cabang yanglioenya dari kiri kekanan, daLam j urus, "B urung ke-podang menanya pohon yanglioe."
Ringan gerakannya itu tetapi sebatnya luar biasa, sasarannya adalah jalan darah kie-toen di-buah susu kanan.
Itulah suatu jurus dari ilmusilat Koen Loen san Barat, jurus yang umum, akan tetapi digunai si anak muda, lantas saja menjadi berubah sifatnya, Cabang yang lunak itu mendadak menjadi kaku, sampai terdengar suara anginnya yang keras.
Matanya Thian Hong tidak dapat dicela, ia melihat gerakan yang lunak. yang terus berubah menjadi keras itu, yang tadinya perlahan lantas mendadak menjadi cepat. Teranglah sudah, tenaga sianthian, tenaga asal, telah disalurkan kepada cabang itu, ia kaget hingga ia lantas mundur tiga kaki, sembari mundur ia menyabet pergi-pulang dua kali dengan jurusnya "Kawanan ular- naga menjungkirbalikkan gelombang". Hebat babatan itu, karena ia ingin membabat habis daun atau cabang yanglioe itu.

Kelihatannya sederhana, tetapi sebenarnya cepat luar biasa Tiong Hoa menyingkirkan cabangnya dari serangan berulang-ulang itu, setelah mana ia mengulangi menyerang pula, kali ini kepada jalan darah khie-hay di bawahan perut.
Thian Hong mundur sambil menyedot hawa dingin, dengan begitu perutnya pun dibikin kosong, sebenarnya dia menabas untuk terus merangsak. siapa tahu, gagal percobaannya itu, hingga ia menjadi kalah angin-
Sampai itu waktu, si Puteri Malam sudah turun kebarat, maka itu, lenyaplah kepermaiannya. sang malam menjadi suram, Bintang-bintang pun mulai berkurang, sebaliknya, malam yang sunyi menjadi berisik, Angin bertiup keras dan guntur berbunyi saling susul.

Selama itu, delapan jurus sudah berjalan, Thian Hong belum dapat ketika untuk membalas, Kecuali tiga jurus dalam mana dia mengalah, selanjutnya dia senantiasa didului si anak muda, hingga dia cuma dapat menangkis atau bertahan. Kalau toh dia dapat menabas atau menikam, itu hanya susulan belaka, itulah serangan yang diteruskan membela diri.

Bujukan Gambar Lukisan - Wu Lin Qiao ZiWhere stories live. Discover now