Jilid 14 : Song Kie terluka

Start from the beginning
                                    

Cabang yanglioe bergerak tak hentinya, membikin orang repot membela diri terus menerus, hingga sulit si imam mencoba memperbaiki diri.
Segera datang saatnya Thian Hong melakukan penyerangan membalas, Dengan kesebatan luar biasa ia memaksa merebut tempo, terus ia menyerang dengan jurusnya yang di namakan Cie thian watee, atau Menunjuk langit, menggaris bumi."

Tiong Hoa tertawa, Tiba tiba ia mendahului lagi. Cabang yanglioe diluncurkan kepundak kiri si imam, itulah gerakan sangat luar biasa, tidak saja Thian Hong heran, juga sekalian penonton, Mereka menganggap itulah gerakan tidak ada perlunya, lantaran tidak ada gunanya. Thian Hong tapinya berpikir: Tak perduli bagaimana anehnya jurusmu, tidak nanti kau lolos dari jurusku Guntur bertubi tubi dan Burung Wanyo Terbang Berpasangan "
Dan dengan tenaga dikerahkan, ia menabas kearah cabang yanglioe itu.

"Inilah jurus yang ke-sembilan " Tiong Hoa berseru, Dengan sebat ia menarik pulang cabang yanglioenya, atas mana tubuh si imam terjerunuk kedepan disebabkan dia menyerang hebat sekali.
Thian Hong terkejut, ia mencoba menahan tubuhnya, Dengan begitu, ia pun mencoba menarik pulangi pedangnya, yang telah meluncur terus, inilah saat yang berbahaya, pedangnya itu seperti nempel dan tertarik lawan, Kalau ia lepaskan cekalannya, artinya ia mengurbankan pedangnya itu, dengan mudah ia dapat membela diri.

Tapi tak suka ia kehilangan pedang mustika yang ia sayang itu, yang menjadi seperti jiwanya, Tanpa pedang itu tak dapat ia mengangkat nama, ia lantas mengerahkan tenaganya di lengannya itu.
Tiong Hoa menggunai saatnya yang baik, Gerakannya barusan memang cuma buat membikin si imam terpancing hingga terjerunuk. Begitu selagi orang terhuyung ke-depan- ia membarengi. Kapan tangan kanan nya ditarik, maka tangan kiri mendadak meluncur, terulur lebih panjang daripada biasanya, ia mengguna Hoei Wan cioe. Tangan si Kera Terbang,
Tangan itu mendadak tambah panjang, dengan lima jerijinya, pundak kanan si imam lantas disamber.

Thian Hong kaget, ia melihat tangan lawan menjadi panjang luar biasa itu, Guncang hatinya itu merugikannya, ia gugup dan menjadi kehilang kesebatannya. Lebih-lebih ia kaget waktu ia mendengar suara pedangnya jatuh dengan berisik. Tanpa bersangsi lagi, ia menjejak tanah untuk berlompat pergi. Akan tetapi ia telah terlambat jalan darahnya, ceng-kin-hiat, telah terbentur tangan lawannya.

Tidak ampun lagi ia merasa tubuhnya kaku dan kepalanya pusing, Ketika ia menaruh kakinya ditanah, sepasang pedangnya sudah berada ditangannya si anak muda. Dengan wajah bersenyum, Tiong Hoa bertindak perlahan-menghampiri imam itu.
"Tootiang," ia berkata, "kau telah terpengaruhkan cabang yanglioe ini maka kau menjadi kena didahului aku, ilmu pedang kau sudah mahir hanya sayang kau belum menyempurnakannya, hingga pedang dan tubuhmu aku maksudkan hatimu belum menjadi satu, bersatu padu. Coba kau tak mudah terpengaruh hingga hatimu menjadi tak bimbang lagi, kau tentu telah menjadi ahli pedang nomor satu dikolong langit ini. Maka itu sekarang masih terlalu pagi untuk mengatakannya"

Mukanya Thian Hong menjadi merah, lalu berubah menjadi pucat, ia malu bukan main. ia juga menyesal dan berduka sangat, syukur suramnya sang malam membikin perubaan airmukanya itu tak nampak nyata.
"Tootiang." berkata pula Tiong Hoa setelah berdiam sejenak "kita telah berjanji jikalau daun yanglioe ini rontok. itu artinya aku yang rendah yang kalah, maka itu sekarang, silahkan tootiang menghitung daun ini, benar atau tidak jumlahnya tetap seratus tujuh puluh tiga lembar"
Sembari berkata begitu, ia mengangsurkan senjatanya yang istimewa itu.

Thian Hong menjadi serba salah menyambuti salah, tidak menyambuti salah juga. Ketika ia memandang si anak muda, ia melihat sinar mata orang yang sangat berpengaruh ia malu bukan main, sekonyong-konyong ia melengak dan tertawa.
"Tuan. benarlah apa yang kau kata." ia bilang, "Memang untuk sejenak hatiku telah kena dibikin menjadi lemah, hingga tak ingin aku melukai kau. hingga kesudahan nya kaulah yang merebut kemenangan, sebenarnya pintoo tidak mau mengakui yang ilmu silatku kalah daripada kau Baiklah, kejadian hari ini boleh dibikin habis, akan tetapi nanti mudah-mudahan kita berjodoh bertemu pula"
Habis berkata mendadak si imam bergerak, tangan kirinya menyerang disusul segera dengan samberan tangan kanannya.

Bujukan Gambar Lukisan - Wu Lin Qiao ZiWhere stories live. Discover now