Jilid 1 : Lukisan "Yoe San Goat Eng"

10.8K 134 5
                                    

Bulan ketiga dalam musim semi, ialah bulan yang indah. 

Di luar pintu Thian-an-moei di kota Yan-khia, daun-daun hijau, bunga-bunga permai. 

Di luar kota, sungai yang beku, es baru saja lumer, hingga potongan-potongan es mengikuti air hanyut. Hingga di saat itu, negara bagian Utara itu mirip dengan suasana di Kang Lam, negara bagian Selatan, selama musim semi bulan pertama.

Di waktu begitu maka pada suatu sore menjelang malam saatnya di Lioe lie ciang orang mulai memasang api penerangan, selagi kereta-kereta kuda berlalu lintas dan orang mundar-mandir, di antaranya seorang muda yang mengenakan baju panjang hijau tersulam dengan pundaknya terselandang sabuk dan sebelah tangannya menengteng sebuah kurungan dalam mana ada seekor burung kenari kuning. Dia bertindak ke arah gang Kim Hie Hotong.

Dialah seorang pemuda tampan tak terlalu kurus, alisnya bagus, matanya tajam, hidungnya bangir. Kalau dia bertemu seorang kenalannya dan bersenyum maka terlihatlah giginya yang putih dan rata. Senyumnya itupun menarik hati.

Anak muda itu memasuki pula suata gang lain sampai di depan sebuah rumah besar
dan indah. Dia lantas mengetuk kedua kedua gelang pintu yang terbuat dari kuningan, pintu mana terus dibuka oleh seorang bujang tua,
"Oh, jie-siauw-ya baru pulang!" hamba itu menyapa. Dia berdiri tegak dengan tangan dikasi turun lurus,

"Ya!" si anak muda menyahuti, bersenyum. 

Terus dengan langkah cepat dia jalan di pekarangan dalam gedung itu. Dia tidak langsung masuk ke rumah besar hanya ke lorong samping kanan dalam mana ada sebuah taman yang rumput Ian pepohonan bunganya terawat baik, di mana pun ada sebuah pengempang kecil dengan airnya yang bening jernih, yang sejumlah ikan emasnya lagi berenang memain di dalamnya. Di tepian pengempang itu tumbuh pohon anglioe yang cabangnya meroyot turun.

Anak muda itu berjalan terus memasuki sebuah pintu model rembulan, sampai di depan sebuah kamar, barulah ia bertindak masuk. Itulah sebuah kamar tulis yang mungil dan indah, ada para-para bukunya, ada gambar lukisannya, ada pula empat helai pigura huruf-huruf tulisannya Ong Gie Cie yang kesohor.

Begitu tiba di dalam, anak muda itu meletaki burungnya untuk menghampirkan para, untuk menarik keluar sejilid buku. Cepat-cepat dia membalik-balik lembaran buku itu. Perhatiannya sangat tertarik.

"Pasti ini, pasti gambar ini." dia mengoceh seorang diri. "Hanya dia meminta harga lima ratus tahil perak, dari mana aku bisa dapat uang sajumlah itu?"
Ia menjadi berdiri menjublak.

Dialah seorana anak terlahir di dalam satu keluarga berpangkat akan tetapi apa lacur, ia telah tidak mendapatkan kasih sayang ayah bundanya, apa pula ibu tirinya, ibu tiri itu memandangnya seperti musuh hingga bukan kecintaan hanya dampratan dan tongkat menjadi bagiannya. Baru dua tahun ini keadaannya lumayan, disebabkan usia dewasanya. Toh dia tetap dipandang mirip orang luar.

Sementara itu, selama tiga tahun lebih ini dia telah dapat kesempatan belajar silat, secara diam-diam. Umpama kata kelakuannya itu ketahuan orang tuanya, mungkin dia tambah tak disukai.

Tadi dia mampir di sebuah toko buku tua di Lioe lie ciang, di sana dia dapat melihat sebuah lukisan karyanya Ong Mo Kit yang diberi judul "Yoe San Goat Eng" atau "Bayangan Rembulan di Gunung Sunyi." Ia tahu, lukisan itu ada mengandung rahasia. Itulah lukisan yang ia ingin memilikinya sampai ia buat impian selama dua tahun. 

Ia ingin membeli lukisan itu. Inilah yang membuatnya bingung. Pemilik toko buku tua itu meminta harga seribu tahil perak, ketika ia ngotot menawarnya, harga cuma diturunkan sampai lima-ratus tahil, tak kurang lagi.

Lukisan itu ada rahasianya, apabila rahasia itu dapat dipecahkan, harganya ada seumpama harganya sebuah kota, dari itu, harga lima ratus tahil perak itu tidak mahal
bahkan murah. Hanya sulitnya untuk si anak muda, dari mana ia dapat peroleh uang itu.

Bujukan Gambar Lukisan - Wu Lin Qiao ZiWhere stories live. Discover now