Chapter 7 : Game Start

Comenzar desde el principio
                                    

Kuletakkan kepalaku di atas meja saat percakapan kami selesai. Baru kali ini aku merasa tak betah di kampus. Jujur aku ingin hari ini segera selesai. Tubuhku terasa lelah walaupun tak ada aktivitas berat yang kujalani.

"Hey, Jeonghan-"

Kudongakkan kepalaku ketika kudengar suara sahabatku. Maaf, aku terlalu malas untuk menjawab.

"-Kau pergi dengan "orang itu" di hari ulang tahunmu?"

Hanya kuanggukkan kepalaku. Anehnya, Wonwoo memberi tanggapan seolah itu hal yang wajar.

"Aneh saja. Kekasihmu mendatangi apartemenku malam itu."

Eh? Mendatangi apartemen Wonwoo? Bukannya Jisoo mengatakan kalau mereka berpapasan? Kuberikan pandangan penuh tanda tanya. Karena yang benar saja, pernyataan mereka berbeda. Dapat kulihat Wonwoo menghela nafas saat ini. Kurasa ia mengerti dengan tatapan yang kuberikan.

"Jisoo, mendatangi apartemenku dan mencarimu. Dan itu hampir tengah malam. Awalnya kukira Mingyu karena ia lah yang mengantarku pulang dan mungkin ada barangnya yang terbawa olehku. Tapi saat pintu terbuka, yang kulihat ternyata kekasihmu. Saat itu, dia menanyakan dimana dirimu dan kujawab mungkin kau sudah tidur di apartemenmu dan tak ada urusannya dia ke tempatku. Awalnya dia terlihat tak percaya tapi aku berhasil meyakinkannya. Karena yah... kau bilang kau tak mau Jisoo tau masalah soal "orang itu", ya kan? Dan kurasa, malam itu dia sedikit aneh. Jika dia bertugas, dia akan memakai pakaian yang jadi ciri khasnya kan? Tapi malam itu tidak. Dan benar saja, saat aku bertanya apa dia bertugas, dia menjawab tidak."

Kalau kuingat lagi, pagi itu Jisoo sedang memakai pakaian bertugasnya. Dan sepertinya ia juga tak menungguku di apartemen semalaman. Mungkin saja ia baru saja sampai apartemenku beberapa menit sebelum aku datang. Tak ada yang aneh dari caranya berpakaian. Tapi kenyataan bahwa Jisoo mendatangi apartemen Wonwoo membuatku sedikit kaget. Tak biasanya ia bertindak seperti ini. Khawatir? Bisa jadi.

"Jisoo... mungkin terlalu lelah. Akhir-akhir ini ia sibuk. Jadi ia khawatir karena aku tak kunjung pulang."

Wonwoo hanya mengangguk saja. Seolah ia mengerti situasi yang sedang terjadi. Walaupun kuakui, aku sedikit tak suka jika kekasihku itu bisa mengunjungi apartemen Wonwoo tapi tak bisa menghubungiku sedikit pun.

Suara jatuh yang keras membuatku menoleh, memotong percakapan kami. Mataku mendapati seseorang yang tengah terduduk. Sedikit jauh dari tempatku, tapi dapat terlihat jelas apa yang terjadi. Terlihat jelas seseorang itu-entah siapa-dikepung oleh empat orang dan kepalanya di benturkan ke dinding. Tubuhnya yang jatuh setelah benturan itu di pukul dan di tendang. Brutal. Aku tak tau apa yang terjadi diantara mereka tapi mereka memukuli seseorang saat ini. Berani sekali. Ini masih di kampus dan siang hari, tapi hal seperti ini... memangnya mereka tidak takut? Aku saja hanya melakukannya malam hari di kegelapan. Wonwoo yang di sebelahku pun hanya bisa menatap horror. Dan kalau tak ada yang menghentikan... bisa-bisa kami semua di hukum.

"Hei, sampah. Bisakah kalian berhenti? Membuat keributan saja."

Bibirku spontan mengucapkan kata-kata yang tak biasanya kuucapkan di kampus. Ah... aku kelepasan. Karakter asliku keluar sendiri. Yasudahlah... sekalian saja menggertak. Kuhampiri mereka dengan tatapan dingin yang biasa kuberikan saat menghabisi mangsaku. Aku sebisa mungkin mengontrol emosiku karena aku tak boleh kelepasan kali ini. Kalau tidak, aku akan menghabisi mereka satu-persatu.

Tatapan mereka yang bertemu denganku menyiratkan perasaan yang sangat marah. Dude, aku tak tau masalahmu tapi, segera enyahlah dari tempat ini. Beberapa detik setelah kami bertatapan, mereka pun melangkahkan kakinya meninggalkan korbannya. Bahkan salah satu dari mereka sempat berdecih sebelum meninggalkanku bersama korbannya. Dapat kulihat sebuah pecahan kaca dari lensa kacamatanya. Bingkainya bahkan terlihat bengkok. Sepertinya tak sengaja terinjak. Hah... pasti anak lemah korbannya.

Roulette 「COMPLETE」Donde viven las historias. Descúbrelo ahora