Ekstra Part - Promnite

114K 10K 3.3K
                                    

Keasyikan Ganda memainkan video game bersama Navisha terhenti saat seseorang menarik konsol dari tangannya. Dia mendongak, melihat papanya berdiri di belakangnya sambil berkacak pinggang.

"Kamu nggak siap-siap?" tanya Gio.

"Siap-siap apa?" balas Ganda, mencoba merebut kembali permainannya dari Gio.

Gio mengelak dengan mudah. "Acaranya jam tujuh, kan? Ini udah jam lima! Kamu belum mandi, belum jemput Nadya..."

"Nggak jemput kok. Nanti ketemu di sana."

Gio melotot, lalu menjitak Ganda menggunakan ujung konsol di tangannya. "Kamu tuh udah nembak kayak nggak niat, ini mau ke prom bareng malah nggak jemput. Jangan malu-maluin Papa dong!"

"Kayak kamu niat banget aja pas ngelamar," celetuk Jess dari meja makan.

Gio mendelik pada Jess, sementara Ganda tersenyum penuh kemenangan. "Nggak usah senyam-senyum!" omelnya. "Berdiri kamu, beneran butuh diajarin semua biar jadi laki," gerutunya.

"Aa mau ke mana sih?" tanya Navisha, ikut meletakkan konsolnya.

"Mau kencan," balas Gio.

"Kencan itu apa?"

"Jawab, Pa. Jelasin bener-bener. Coba jawab ngasal, nggak usah masuk kamar," balas Jess.

"Kok gitu?!" protes Gio.

Suara rengekan pelan, yang kemudian berubah sedikit keras, memotong perdebatan itu. Jess beranjak ke kamar, mendapati Sakha baru bangun tidur. Wajahnya cemberut, masih tampak mengantuk.

"Pinjem mobil kamu dong. Biar dibawa Aa," pinta Gio, seraya mengambil Sakha dari gendongan Jess. Anak itu ganti melingkarkan tangannya di leher Gio dan menempelkan pipi di bahu papanya.

"Bawa motor aja..." ucap Ganda.

Gio kembali memelototi Ganda. "Itu anak orang udah dandan dari subuh, mau kamu acak-acak dandanannya gara-gara naik motor?"

"Ya, makanya nanti ketemu aja di sana. Dia sama sopirnya."

"Nggak ada!" Gio menerima kunci mobil yang diberikan Jess, lalu mengajak Ganda ke garasi. "Nanti, pas jemput, kamu harus turun dari mobil, beneran masuk sampe ke pintu. Kalau orangtuanya di rumah, pamit yang bener. Awas aja kamu berani cuma kirim chat ngasih tahu udah di depan. Papa sunat lagi ntar kamu."

Ganda memutar bola matanya.

"Udah itu, kamu bukain pintu buat dia. Coba buka, sekarang."

Ganda membuka pintu penumpang dengan satu tangan, sementara tangan lain di dalam saku celana pendeknya.

"Yang niat dong, Gandanaaa!" geram Gio. Dia menurunkan Sakha, lalu menggandeng Jess yang ikut ke garasi untuk menontonnya mengajari Ganda. "Gandeng tangannya, buka pintu pelan-pelan, bantu dia sampe udah duduk." Dia dan Jess mempraktekan semua langkah itu.

"Kok aku nggak pernah diginiin?" protes Jess, saat sudah duduk di kursi penumpang.

"Salahnya ngatain aku petugas vallet," gerutu Gio, membuat Jess tertawa. Dia kembali menatap Ganda. "Pas dia udah pasang seat belt, tutup pintu. Pastiin roknya nggak keluar, nanti kejepit, terus robek, kacau. Sampe sini ngerti?"

"Hm," gumam Ganda, memilih berjongkok untuk menciumi Sakha yang duduk di tangga kecil yang berada di ambang pintu dari dapur ke garasi.

Gio berceramah panjang lebar tentang tata cara mengantar-jemput gadis yang baik dan benar. Dia juga berulang kali mengingatkan Ganda untuk pamit langsung pada orangtua Nadya, baik saat menjemput, ataupun mengantar pulang nanti. Setelah yakin Ganda menerima semua petuahnya, mereka meninggalkan garasi.

No Place Like HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang