Tugas

73K 8.3K 1.2K
                                    

Nadya berjalan meninggalkan ruang sekretariat klub drama, menuju kolam renang indoor di bagian belakang bangunan utama. Dia sedikit heran saat melihat tempat itu cukup ramai. Tapi hanya ada sekitar dua puluh orang yang berada di sekitar kolam. Sisanya duduk di bangku tingkat yang ada di sana, biasanya ditempati penonton.

Dia kira klub paling terkenal di SMA itu klub basket, seperti yang ada di novel-novel teenlit favoritnya. Tapi sepertinya dugaannya salah jika melihat jumlah penonton di sini.

"Anak barunya seger-seger deh..."

Nadya menoleh, melihat gerombolan siswi kakak kelas, tampak sibuk mengomentari satu per satu anggota klub renang.

"Nggak ada yang ngalahin kegantengan Yoga gue."

"Ih, lihat dulu kali!"

"Iya, tuh. Yang tinggi, putih. Cakep deh..."

Nadya ikut menoleh, seketika tahu siapa yang ditunjuk cewek-cewek itu. Bertubuh tinggi dan paling putih di sana, khas cowok rumahan.

"Eww... nggak deh. Mulus banget. Kalah mulus ntar gue."

Nadya mendengus pelan. Ganda tidak semulus itu. Dia memang lebih bening jika dibandingkan cowok lain di sana, tapi itu karena dia memang jarang terpapar sinar matahari. Kulitnya juga berwarna kuning langsat, bukan putih mulus. Cewek-cewek itu saja yang lebay.

Tak lama, anggota klub renang itu dibubarkan. Mereka berjalan menuju ruang ganti. Cewek centil yang tadi menghina Ganda kelewat mulus, langsung berlari kecil menghampiri seorang cowok senior di sana. Cowok itu memang menarik. Kulitnya kecokelatan, macho, dengan rambut berpotongan spike.

Membiarkan pasangan tidak penting itu, Nadya memilih menyusul Ganda yang juga sudah berganti pakaian dengan seragamnya lagi.

"Lo ikut mobil gue aja."

Ganda mengancing tas olahraganya. "Iya," balasnya singkat.

Mereka berjalan beriringan meninggalkan kolam renang. Hari ini, sesuai kesepakatan, mereka akan mulai mengerjakan tugas kelompok di rumah Ganda.

"Kok ke sana?" tanya Nadya saat melihat Ganda berjalan ke arah gerbang belakang.

"Ngambil sepeda. Duluan aja ke depan, nanti ketemu di sana."

Bukannya menurut, Nadya malah mengikuti Ganda ke bagian belakang sekolah.

"Cuma lo yang bawa sepeda," gumam gadis itu saat melihat satu-satunya sepeda yang ada di sana adalah milik Ganda.

"Biasanya ada yang lain. Udah pulang duluan, kali." Ganda membuka gembok sepedanya.

Baru akan mengaitkan gembok itu di bawah jok, geng badung yang biasa nongkrong di sana sibuk bersiul-siul.

"Cewek lu cakep-cakep diajak boncengan sepeda. Mending sama gue."

Nadya menoleh ke arah gerombolan itu, melihat salah satunya mengedipkan mata padanya. Dia otomatis beringsut mendekat pada Ganda saat si mata genit itu mendekat. Sebatang rokok terselip di jarinya.

"Hai," sapa cowok itu.

Kalau saja di situasi normal, tidak dengan rokok, seragam berantakan dan senyum menyebalkan di bibirnya, Nadya mungkin bisa terpesona dengan kakak kelasnya itu. Tapi sekarang, dia hanya merasa takut.

"Tommy," Dia mengulurkan tangan.

Nadya makin merasa tidak nyaman. Ganda selesai mengaitkan gemboknya, berniat mengajak Nadya pergi dari sana.

"Sombong banget sih!" bentak Tommy. Tangannya terulur, sudah akan menyentuh Nadya, namun Ganda lebih cepat menarik gadis itu hingga berdiri di belakangnya.

No Place Like HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang