Sakit

79.9K 8.3K 1.3K
                                    

*sorry for typo, belom dibaca ulang. Mau nonton masterchef Aussie, terus lanjut film My Chris Evans. Wkwkwk

Editnya ntaran lah yaaa~

Happy reading!

***

Akhir minggu ini ulang tahun Navisha yang ketiga. Gio dan Jess berencana membuat pesta kecil. Orangtua Jess juga akan datang dari Surabaya, ingin menjenguk Sakha. Papa Jess memang belum sempat melihat cucu laki-lakinya itu. Saat Sakha lahir, hanya mama dan adik perempuan Jess yang ke Bandung.

Ganda belum pernah bertemu dengan orangtua mama tirinya itu. Setiap kali Gio dan Jess mudik ke Surabaya saat lebaran, dia tidak pernah ikut. Jadi ini benar-benar akan menjadi pertemuan pertamanya. Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa.

"Mama sama Papa nginep sini apa gimana?" tanya Gio, menerima nasi kuning bungkus yang disodorkan Jess sebagai sarapannya.

"Nggak, kayaknya. Seminarnya, kan, di hotel. Paling nanti Icha dibawa ke sana. Aku juga bilang kalau Mami sama Papi bakal nginep. Teh Kenang juga, jadi rame banget pasti rumahnya," Jess menjelaskan.

Gio menelan sesendok nasi di mulutnya. "Itu nggak apa-apa?"

"Nggak apa-apa. Papa sendiri yang bilang, enakan gitu."

Gio manggut-manggut. "Icha dipinjem aja lho ya. Nggak buat dibawa ke Surabaya. Nggak boleh."

Jess tersenyum geli. "Tahu aja niat Papa."

"Tahulah!" Gio mengunyah cepat. "Anakku doang yang disayang. Akunya nggak."

"Kan udah aku yang sayang sama kamu. Nggak usah maruk."

Gio mencibir, namun tidak berkata apa-apa lagi, memilih menghabiskan sarapannya.

Ganda tidak mengerti pembicaraan mereka, jadi dia ikut diam sambil menikmati nasi kuning-nya.

Pagi itu, Ganda berangkat lebih dulu dari papanya. Dia berpamitan, lalu menjalankan sepedanya menuju sekolah dan tiba tepat sebelum bel masuk berbunyi.

Jam istirahat, Ganda mengikuti ajakan Nadya ke kantin. Berhubung dia tidak membawa bekal dan ingin membeli makanan ringan, yang niatnya akan dimakan di kelas saja.

"Nggak boleh balik ke kelas dulu!" Nadya mencengkram lengan Ganda. "Temenin gue makan. Gue laper, belum sarapan."

"Kamu tuh tahu isi badan usus semua, gampang laper, kenapa nggak nyiapin snack?"

"Snack doang kayak makan angin. Nggak kenyang," balas Nadya, seraya menarik Ganda menuju stan penjual siomay. "Pokoknya lo nggak boleh ke mana-mana."

Selesai memesan siomay, Nadya lanjut ke stan roti bakar, dan bakso. Ganda sampai harus bantu membawa makanannya ke salah satu meja panjang di sana. Setelah meletakkan makanannya, Nadya kembali ke stan minuman untuk memesan jus mangga dan air mineral.

Ganda tahu kalau Nadya suka makan. Gila makan, lebih tepatnya. Dia hanya tidak tahu ke mana makanan-makanan itu pergi. Nadya tidak bisa dikatakan ramping sih. Tapi tidak juga masuk kategori gemuk. Hanya cukup berisi dan pipinya yang terlihat tembam. Mirip Chloë G. Moretz di film Kick Ass pertama. Gembil-gembil menggemaskan.

Ganda mengernyit. Sepertinya dia sudah salah makan sampai bisa menganggap Nadya menggemaskan. Apalagi sampai menyamakannya dengan Chloë. Gadis itu lebih mirip dengan Dorami, adiknya Doremon. Dia terkekeh sendiri membayangkan kalau sampai Nadya tahu pikirannya sekarang. Dia pasti sudah disiram kuah bakso. Yang penting dia tidak menyamakan Nadya dengan Jaiko.

"Ngapain lo cengar-cengir?"

Ganda menggeleng, membuka bungkusan chips-nya, sementara Nadya meletakkan gelas jus dan botol air mineralnya sebelum duduk di depan Ganda.

No Place Like HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang