Part 15

11K 920 33
                                    

"Tony?"

Anthony sedang berlari menuju salah satu perahu yang siap berangkat ketika sebuah tarikan kecil di lengan bajunya menarik perhatiannya. Ia menoleh dan di sanalah, Lady Clerina tunangannya, berdiri.

Tidak seperti biasanya, gadis itu mengenakan gaun bertudung kepala berwarna gelap yang menyamarkan keindahan mata dan rambutnya. Clerina memandang ke kiri dan kanan berhati-hati sebelum akhirnya bicara.

"Aku kabur dari rumahku."

Anthony terkejut tetapi memutuskan untuk tidak menunjukkan reaksinya. "Kenapa?" tanyanya, menjaga nada suaranya tetap datar.

"Ayahku tahu soalJean. Dia bermaksud membunuh Jean." Clerina menatap nanar ke arah Anthony. Tawa getir muncul di bibirnya. "Bukankah aku sangat bodoh? Aku akan hidup dalam kesusahan. Aku akan hidup ketakutan karena dikejar Ayahku. Tetapi, oh, aku tidak bisa membayangkan harus menjalani tahun-tahun selanjutnya dalam hidupku tanpa kehadiran Jean. Seandainya dia tidak pulang, aku mungkin akan tetap menikahimu. Tetapi setelah dia pulang, berdiri di depanku, menciumku, menggenggam tanganku, bagaimana mungkin aku mendorongnya pergi sekali lagi dari hidupku?"

"Tidak, Clerina..." Anthony memeluk Clerina dan menepuk punggungnya lembut. "Aku akan memastikan kau dan Jean tidak pernah hidup dalam kesulitan. Kini setelah kau memenuhi permohonanku untuk memutuskan pertunangan kita, aku akan memenuhi janjiku padamu."

"Oh, Anthony." Clerina tersedu. "Kau mungkin tidak sadar, tetapi bantuanmu sungguh berharga dan penting bagiku. Aku... tidak tahu harus meminta tolong pada siapa lagi."

"Sekarang, katakan padaku. Kapan kau akan pergi."

"Satu jam lagi. Ke Perancis"

"Apa?" Anthony merogoh kantungnya dan mengeluarkan semua uang dari dompetnya serta selembar cek. "Kurasa kau bisa mencairkan uang ini di Perancis nanti. Kau bisa mengirimkan surat kepadaku ketika kau membutuhkan bantuanku. Aku akan membantumu semampuku."

Ada seberkas rasa malu di mata Clerina, tetapi senyuman Anthony yang tulus membantu memudarkan kegelisahan hati Clerina. "Aku berjanji akan membantumu, jadi kau juga harus berjanji untuk langsung mengabariku ketika membutuhkan bantuan. Jangan pernah ragu memintaku, termasuk bantuan keuangan."

"Tony..."

Anthony tersenyum. "Apakah kali ini kau mengakuiku sebagai temanmu?" goda Tony.

"Tentu saja," senyum Clerina gugup. "Seandainya aku tidak mencintai Jean, aku tahu aku tidak akan menyesal menikah dengan pria sebaik dirimu."

"Aku berhutang budi padamu, Clerina. Ini semua impas, percayalah. Jangan mengira kau yang berhutang padaku."

Clerina mengangguk. "Aku segan menerima ini, tetapi aku sangat berterimakasih. Aku hanya membawa perhiasanku seadanya. Aku tidak mau Ayah melacakku seandainya aku menjual satu atau dua perhiasanku."

Peluit pertama dibunyikan. Clerina sekali lagi menyampaikan ucapan terimakasihnya dan berlalu pergi. Ada sedikit rasa bersalah ketika Tony melihat Clerina melambai pergi dengan wajah lega dan gembira. Sedikit rasa takut bercampur di sana, namun Anthony tidak kuasa mencegah dirinya untuk bertanya.

 "Clerina."

Gadis itu berhenti melangkah dan mendengarkan.

"Apakah kau akan bahagia?"

Clerina tersenyum. Wajahnya tidak lagi terlihat kaku seperti halnya putri bangsawan yang dibesarkan dengan ketat sejak kecil. "Ya, ini akan setimpal dengan semuanya."

Anthony melihat sesosok pria menghampiri Clerina dan berdua mereka berlari menuju kapal besar yang membawa mereka mengarungi lautan lepas. Pergi dari Tanah Inggris, menuju kehidupan baru yang berbeda dan penuh warna di Perancis.

[18+]The Second Waltz - 1st Ballroom Series  (HALF PUBLISHED): Ebook AvailableWhere stories live. Discover now