Hasil

837 60 16
                                    


Kembali dari tempat si mekanik, aku tidur untuk kali kedua di tempatku terbangun tadi pagi. Matahari berada di titik tertingginya tidak menghalangi kesadaranku hilang perlahan. Kelelahan merenggut tenagaku, dugaanku hanya robot nano di tanganku menyerap banyak tenaga untuk beroperasi.

Kali ini  aku tidak memimpikan apapun, hanya gelap tidak berujung selama aku terlelap. Matahari terus bergerak sesuai keinginannya. Ketika sore menjelang, si surai putih yang terakhir kali kulawan di arena mendatangi dan membangunkanku.

"Sudah sore, kau boleh pergi." Hanya untuk satu kalimat mengusir ia membangunkanku. Sedikit hatiku merasa kesal, namun fakta bahwa aku tidak memiliki tempat bernaung lain melemaskanku.

"Maaf, aku tidak punya penginapan, boleh aku tidur di sini semalam lagi?"

"Oh tentu, kami selalu ada tempat untuk orang sepertimu." Lelaki itu terkekeh, suaranya terdengar renyah kali ini, tidak seperti ketika berada di Arena dan ia menjadi penguasa. "Oh ya, kita belum berkenalan, aku Richard Waller, namamu?" Ia mengulurkan tangannya, mengajak berjabat tangan.

"Yah, sebenarnya aku tidak punya nama, tapi salah satu penjaga menamaiku Nick. Salam kenal." Genggaman lelaki ini bahkan dalam berjabat tangan cukup kencang. Begitu terlepas, tangan kananku sedikit memerah.

Aku tidak mendapati sosok si kembar dengan surai merah di barak ketika malam menjelang, dugaanku mereka bugar dan meninggalkan barak sebelum aku bangun. Yang kusesalkan adalah aku belum berkenalan dengan mereka. 

Kuhabiskan malamku diselimuti rasa bosan. Sekedar tidur untuk kembali bangun beberapa saat kemudian tidur lagi, aku mengulangi itu beberapa kali semalaman sampai ayam di kandang mulai berkokok. 

Paginya Richard menemuiku lalu memberiku kartu dan sebuah denah, ia menyuruhku ke sana. Susah payah kutemukan tempat yang dimaksud karena aku sendiri belum mengenal kota ini. Setelah matahari naik, aku baru sampai. Sebuah pemandian, bagus. Untuk beberapa saat aku merasa seolah bau badanku menguar.

Selesai membersihkan diri, Richard sudah menunggu di barak dengan sebuah setelan formal prajurit di sisinya. Tanpa basa-basi ia memberikan setelan itu padaku dengan satu pesan untuk digunakan saat pelantikan sore nanti di koloseum.

Sore menjelang, aku berangkat ke koloseum. Tubuhku kini dapat bergerak dengan ringan. Makanan yang disediakan di barak tidak terlalu buruk, cukup untuk dikatakan layak makan. Hal pertama yang kulakukan adalah berkerumun dengan orang-orang tidak kukenal menatap sebuah papan.

Cukup aneh rasanya ketika kau tidak ingat apapun tapi dapat membaca tulisan dengan lancar.

Sesuai dugaan, namaku tertera di papan itu. 

Tanpa persiapan sound di belakang memulai hitungan. Beberapa orang dari kerumunan berlari dengan wajah senang, sebagian tetap di tempat menundukkan pandangan. Asumsiku mereka orang-orang yang namanya tidak ada di papan itu.

Aku ikut berlari, reflek. Hitungan selesai dan seluruh manusia di dalam koloseum berbaris rapi. Sudut pandanganku menangkap sosok si kembar bersurai merah dan si rambut hitam lawan kami di tes masuk kemarin. Ia berada di barisan berbeda, barisan itu hanya terdiri dari 12 orang, dua bershaf dan enam banjar.

Upacara pelantikan formal dan yang perlu kulakukan hanya mendengarkan Richard berceramah, meski saat ini ia benar-benar berbeda dengan lelaki yang kutemui di barak beberapa saat lalu. 

Usai upacara si kembar menghampiri. Aku mengulurkan tangan terlebih dahulu mengajak mereka bersalaman satu persatu. 

"Kemarin kita tidak sempat berkenalan, panggil saja aku Nick." senyumku mengembang sembari menatap dua orang yang terlihat sama persis di hadapanku bergantian.

"Aku Rhodey Spade." 

"Wilson Spade, dia adikku."

"Tanpa pedang kalian aku sulit membedakan." karena pernyataanku kami bertiga tertawa renyah. Dalam percakapan berikutnya aku mengetahui pengguna pedang dan sihir adalah si adik, dan yang menggunakan pedang bergerigi adalah kakaknya.

Banyak wajah yang tidak kukenali--terlepas dari fakta bahwa aku hanya kenal si kembar, Richard dan lelaki bersurai hitam kemarin jika ia dihitung. 

"Kau tau mereka semua siapa? Aku tidak melihat mereka saat seleksi kemarin."

"Ah mereka. Mereka peserta yang mengikuti seleksi namun di kotanya masing-masing." Wilson menjelaskan dengan wajah ramah. 

"Sudah tahu kau berada di divisi apa kawan?" Rhodey mengambil pembicaraan, menanyakan sesuatu yang bahkan tidak kumengerti.

"Divisi apa maksudmu?" Tanpa menjawab pertanyaanku, mereka berdua menggeleng bersamaan kemudian menggiringku ke papan yang tadi kukunjungi sebelum upacara pelantikan. Nama-nama di sana sudah terbagi sesuai divisi dan aku baru mengetahuinya.

Divisi 1 : Swordman. Wilson tergabung di sana.

Divisi 2 : Magic Knight. Petarung yang menggunakan sihir dan pedang secara bersamaan. Rhodey tergabung sebagai rekrutan baru.

Dan namaku tertera di divisi 12, Teknologi dan Bela Diri : berisi orang-orang yang bertarung menggunakan seni beladiri dan teknologi. 

Detik berikutnya si kembar menggiringku ke sebuah ruangan dengan tulisan 'Divisi 12 Teknologi dan Bela Diri' di plang pintunya. Mereka menepuk punggungku bersamaan kemudian melengang pergi.

"Semoga beruntung, Nick." Salah satu dari mereka melambaikan tangan padaku, tidak dapat kupastikan itu Rhodey atau Wilson. Sejenak menghela napas kemudian kubuka pintu di hadapanku, berjalan masuk perlahan mendapati di ruangan itu sudah berdiri beberapa orang.

Secara mengejutkan lelaki lawanku di seleksi ada di sana. Hal pertama yang kulakukan adalah menghampirinya, kemudian mengulurkan tangan mengajak bersalaman.

"Hei, maaf soal yang seleksi kemarin." Senyumku mengembang mengetahui wajahnya kali ini ramah dan tidak penuh kesombongan seperti kemarin. "Namaku Nick."

"Ah tidak perlu dipikirkan, resiko pekerjaan." Tangannya menjabat tanganku, genggamannya kuat seperti ketika bertarung di Arena. "Aku Jack Waller."

"Ah, Waller? Richard kakakmu?" untuk kali kedua aku terkejut. Setelah bertemu saudara kembar, kini di hadapanku seorang adik yang cukup berbeda dari kakaknya.

"Kau benar." ia tersenyum padaku, melepaskan genggamannya dan menyapukan pandangan pada seisi ruangan, "Baiklah dengan begini seluruh anggota sudah hadir. Selamat datang di divisi 12. Aku Jack Waller, kapten divisi ini." Lelaki itu tersenyum pada seluruh anggotanya, aku terkejut untuk kali ketiga.

"Mohon kerjasamanya."

--end--

Oke, Knight with no title gue tamatin dulu, ntar ada s2nya
Bai semuaaaaa

Unknown Knight S1 (End) Where stories live. Discover now