Ingatan

1.5K 104 14
                                    

Aku sekarat.

Beberapa kali mataku terbuka, tapi tubuhku seberat batu. Yang bisa kuingat hanya cahaya terang dan beberapa peneliti.

Mataku seketika terbuka lebar. Aku terbangun dari masa koma. Luka-luka di tubuhku sembuh, tapi tidak satu kejadianpun kuingat.

"Siapa aku?" aku gerakkan kedua tangan yang sepertinya berbeda.
"Dimana aku?" kini telah jelas keduanya berbeda.
"Apa ini? Kenapa aku disini?" aku terkejut mendapati tangan kiriku bukan tangan manusia.

Beberapa saat kemudian tiga orang dengan jas laboratorium datang dan mendapatiku terjaga. Mereka mendekat perlahan dengan suntikan di tangan. Firasatku tidak enak. Aku melawan.

Kutendang lelaki yang berusaha menahan kakiku sekencang mungkin. Sial untuk dia, rekan peneliti yang di belakang si lelaki menahan tubuhnya. Tapi secara tidak sengaja menyuntikkan cairan dalam suntikan itu. Ia roboh perlahan ke lantai.

Aku melompat berdiri lalu berlari keluar. Dua orang berjas putih itu mengejar. Di lorong aku berbalik. Akan kuhadapi mereka.

Kedua lelaki itu berhenti. Kami berhadap-hadapan. Satu orang maju perlahan dengan tinju terkepal. Mendadak ia meluncur cepat seraya mengayunkan tangan, pukulan lelaki itu mengincar pelipis. Aku menunduk, kemudian menyongsong pukulan ke kemaluan sang peneliti. Satu tumbukan dan lelaki itu jatuh berlutut. Kutegakkan badanku, setelah itu kuayunkan kakiku sekencang mungkin. Detik berikutnya tubuh lelaki itu menghantam tembok dengan kepala sebagai pembuka.

Saat kuluruskan pandangan aku terkejut. Rekan lelaki itu lenyap! Sep... tanpa kusadari darah segar mengalir dari bahu kananku.

Sebilah pisau tertancap disana. Orang kedua menyerangku dari belakang. Tangan kiriku mengayun, menghantam lelaki itu dengan siku tepat di pelipis. Tubuhnya terpental--karena tenaga yang terlalu kuat--menabrak tembok.

Aku lanjut berlari setelah urusanku dengan dua--tiga--profesor selesai. Kakiku bergerak cepat hingga lututku lemas ketika sampai di ujung tempat ini. Kastil terbang ini.

Ketika kubalikkan tubuh, sebilah tombak menyambut. Aku terperanjat, melihat satu pasukan mengarahkan senjata padaku.
"Mau kemana lagi sekarang?" Lelaki paling besar dari mereka menatapku sengit seraya memutar-mutar pedangnya.
"Pergi." Aku tersenyum. Detik berikutnya tubuhku terjun bebas dari ketinggian ratusan kaki.

Unknown Knight S1 (End) Onde histórias criam vida. Descubra agora