Chorong menarik sudut bibirnya singkat. Tangannya meremas tangan pria itu, berusaha menahan sesuatu yang akan keluar dari matanya.

"Joonmyeon-ah. Aku ingin kita berpisah saja" Chorong mengedipkan matanya. Membuat krystal bening itu tumpah dengan mudah.

"Mwo?"

Joonmyeon tergelak pelan, "kurasa kau terbentur terlalu keras dan-"

"Aku serius Kim Joonmyeon. Lebih baik kita berpisah, dan ku harap kau tak akan menemuiku lagi selama-lamanya."

"Apa yang kau bicarakan? Siapa yang membuatmu begini?"

"Setelah aku berpikir lama, aku menyadari semua. Kau terlalu indah untukku yang buruk ini. aku pikir lebih baik kau menemukan orang yang lebih baik."

"Chorong-ah.."

"Kau pantas mendapatkan wanita yang lebih baik dariku Joonmyeon-ah. Kalaupun mau, kau bisa mendapatkan putri seorang presiden atau pengusaha yang bisa membantumu lebih sukses. Aku bahkan tidak ada apa-apanya. Tidak ada yang bisa kau banggakan jika aku jadi istrimu di masa depan. Orang tuaku bahkan hanya penduduk desa biasa, bukan seseorang bisa dibanggakan dalam keluargamu. Pikirkan lagi Junmyeon-ssi"

Junmyeon menatap Chorong tak percaya. Hatinya memanas dan ingin sekali melampiaskan perasaannya. Tapi tak di depan gadis itu. "Keparat itu pasti sudah mencuci otakmu."

"Tidak, Luhan tak pernah seburuk apa yang kau pikirkan. Ia terlalu baik untuk di hujat, karenanya hidupku lebih berarti dan ak-"

"Geurae.. jadi Luhan memang lebih baik dibanding aku yang brengsek ini. Jadi apa artinya semua ini?" Joonmyeon menahan keras air matanya.

"Jauh sebelum kau datang hidupku baik-baik saja. Tapi kau membuat semuanya berubah. Ini sebuah kesalahan, aku tak benar-benar mencintaimu Junmyeon-ssi"

"Kau tidak mencintaiku? jika kau tak suka padaku kenapa kau tak menolakku?"

"Lalu mengapa kau tersenyum padakku? kau menciumku dan datang padaku malam itu. Kau memberiku harapan kosong. Dan kau bilang jika kau tak mencintaiku? Begitu?" lanjutnya dengan nada tinggi. Matanya menatap wanita itu nanar.

"HENTIKAN KIM JOONMYEON" pekiknya

"Baiklah kalau kau memang tak suka padaku tolong beritahu aku, bagian mana yang tak kau suka? aku bisa memperbaikinya kan? malhaebwa Park Chorong" ujarnya setengah berteriak.

"Joonmyeon-ah jebal, mengertilah. aku ingin kita berhenti sampai disini saja"

Junmyeon menundukan kepalanya dalam seraya terjatuh di kursi itu. Air matanya mengalir bebas tanpa perintah. Ia sangat hancur detik ini. Bagai tersambar petir dan terjatuh ke jurang yang paling dalam.

"Baiklah. Kita berhenti sampai disini. Terima kasih atas segala kebaikanmu Chorong-ssi" Junmyeon memutar tubuhnya dan berjalan meninggalkan ruangan itu.

"Junmyeon-ah.." panggil Chorong masih terduduk diatas ranjang. Wanita itu berusaha melangkahkan kakinya sekuat tenaga.

Aku mencintaimu Kim Junmyeon.

Memeluk punggung pria itu erat untuk terakhir kalinya. Walaupun pria itu memilih untuk membuang pandangannya ke arah lain, ia yakin jika Junmyeon ingin memeluknya juga. "Maaf atas kebodohanku selama ini. Membuang waktu berhargamu untuk sikap konyolku yang tak pantas di maafkan."

Junmyeon bergerak melepaskan pelukan wanita itu dan berjalan dengan tempo cepat meninggalkan ruangan itu.

Hatinya remuk dan ingin sekali menghajar dirinya sendiri. Karena hari ini.... kedua kalinya hal bodoh terjadi. Ia membiarkan kakinya pergi meninggalkan gadis itu tanpa memikirkan apapun. Tergantikan dengan kedatangan Luhan yang merasakan hal yang sama.

"Kau melakukan yang terbaik Chorong-ah" Chorong memeluk erat Luhan dan menumpahkan semuanya. Membiarkan semuanya meluap dan keluar begitu saja.

"Aku yakin Junmyeon akan mengerti" Luhan memeluk tubuh Chorong erat dan mencium wangi rambut hitamnya itu. Junmyeon bukan satu-satunya pria yang terluka disini.

"Maafkan aku oppa. Aku hanya tak ingin menyakiti kalian berdua."

×××××

JOONMYEON

Aku melangkahkan kakiku tanpa arah. Bahkan tak tahu kemana aku akan pergi. Pikiranku begitu kalut dan hatiku terasa sangat hancur. Terlintas untuk mencoba bunuh diri, tapi itu terlalu bodoh. Aku tidak sebodoh yang kalian kira.

Aku menekan empat digit password untuk membuka apartemenku. Menjatuhkan tubuhku di sofa besar yang menghadap ke pelupuk jendela.

Gelap dan dingin ruangan ini terasa sangat cocok dengan kelamnya hati ini. Aku menggenggam selimut putih ini sebagai pelampiasan. Membiarkan air mataku runtuh dan isakan tangisku keluar dengan bebas. Menatap semua yang ku mimpikan telah hilang sekejap mata. Apa dosaku?

Ini lebih menyakitkan dari apapun.

Ponselku bergetar. Menghadirkan potret ibuku disana. "Junmyeon-ah?"

"Kau disana?" Ulangnya dengan nada khawatir. Aku menarik nafasku dalam dan membuangnya.

"Ya. Aku disini bu, ada apa?"

Hembusan nafas dan potongan suaranya membuat hatiku sedikit lega. "Syukurlah, ibu mengkhawatirkanmu Junie. Bagaimana? Kau akan mengunjungiku di akhir pekan bersama nona Park kan?"

Sial, aku baru saja menjanjikan hal ini tadi pagi.

"Ibu.. aku.."

"Hmm..?"

"Aku dan Chorong sudah selesai. Kami putus beberapa jam yang lalu. Maafkan aku bu" aku dapat merasakan gurat kecewa dari nada bicaranya sekarang. Berapa lama ibu mendambakan Chorongku? Sangat lama.

"Tidak apa-apa. Pergilah tidur, ibu akan mengunjungimu besok. Kau terdengar tidak baik sekarang. Annyeong!"

***

Sooyoung dan Jimin menuntun Chorong ke sofa besar apartemen mereka. Mendudukan wanita itu disana dan memberinya segelas susu hangat.

"Aku sudah dapat informasi tentang penabrakmu Noona. Dia seorang wanita yang masih sangat muda" ujar Jimin.

Sooyoung menguatkan perban di lengan Chorong. "Aku tidak mau berlama-lama penjarakan saja si jalang itu!"

Chorong menatap adik bungsunya bingung, "siapa yang kau maksud?"

"Aku tidak ingin basa-basi lagi. Si brengsek Seo Herin yang melakukannya. Apa kau tak menyadarinya?" Tanya Sooyoung.

Chorong terdiam untuk beberapa saat. Menelan salivanya dan berfikir keras. Sebenarnya ia tak yakin dengan pernyataan ini, tapi. "Kita tidak bisa langsung menyimpulkan syoo."

Jimin menganggukan kepalanya. Menyetujui kakak perempuannya itu. "Noona?"

"Kau berpisah dengan Junmyeon hyung?" Terdengar gurat ragu dalam pertanyaannya. Tapi ia harus melakukan ini.

Chorong tersenyum pahit. "Seseorang yang hebat akan mendapatkan yang lebih hebat. Aku tak ingin berlarut-larut dalam permainan konyol in-"

"Permainan konyol? Kau menganggap ketulusan seorang pria sebagai permainan konyol?" Balas Jimin.

"Park Jimin.."

"Junmyeon hyung pria yang baik noona-ya. Kau melakukan hal yang menyebalkan pada orang-orang baik. Wae? Apa mereka pernah melukaimu?"

"Aku tak ingin melukai keduanya. Aku mencintai keduanya dan tak ingin mereka terluka karena wanita brengsek sepertiku. Ak-"

"Tapi sekarang kau melukai keduanya Noona! Kau menginginkan keduanya? Itu tak akan bisa. Kau harus memilih satu diantara mereka. Kau sangat egois noona." Jimin menyandarkan punggungnya ke sofa dan memijat keningnya.

"...lalu apa sekarang?"

"Aku tahu ini adalah kesalahan besar. Tapi ini yang terbaik"

Chorong terisak kencang di pelukan Sooyoung. "Aku memutuskan mereka berdua."

"MWO?"

Hold Me TightWhere stories live. Discover now