22. She is Not Okay

24 2 0
                                    

All We Know – The Chainsmokers

ALLIYA mempersiapkan beberapa hidangan—mulai dari mencicipi kuahnya untuk memastikan rasanya pas, dan menuangkannya ke dalam wadah khusus. Aliya melirik anak bungsunya yang sedang mengelap piring-piring.

“Udah belum?” Joshua menoleh saat suara Alliya menginterupsinya. Dia menggeleng.

“Tinggal satu lagi, Mamsky,” jawabnya. Dengan cekatan Joshua mengelap sisa piring—yang tadi selesai ia cuci. Lalu meletakkan serbetnya. “Selesai!”

Alliya mengangguk, mengacungkan jempolnya. Kemudian menolehkan pandangannya ke arah ruang makan—di mana Jonash yang bertugas merapikan meja makan beserta kursinya. “Jonash mejanya udah belum?” Suaranya sedikit keras karena jarak dapur dan ruang makan dibatasi dinding.

“Udah Mamsky! Tinggal nunggu Papskynya aja nih yang lama!” jawab Jonash. Setelahnya Alliya bisa mendengar protesan tidak terima dari suaminya. Membuat Alliya terkikik. Jika Joshua sering bermasalah dengan keponakannya, Lilian, kini Jonash yang sering bermasalah dengan Papskynya. Entah kenapa ada saja hal-hal kecil yang mereka ributkan.

“Josh, sekarang kamu bawa piring-piringnya ke depan ya,”—Alliya membawa nampan untuk membawa beberapa makanan-makanan yang telah dipersiapkannya. Joshua mengangguk—“Mamsky bawa nasi sama ikannya dulu.”

Alliya meletakkan barang bawaannya. Setelah itu menyuruh Joshua mengambil sisanya yang belum diambil. Alliya tersenyum, segala sesuatu untuk acara malam ini telah dipersiapkan dengan baik—mulai dari dirinya yang memasak, Jonash yang mempersiapkan meja makan dan ruang tamu, Ario menyapu, terakhir Joshua mencuci piring beserta mengelap piringnya.

Ya, hari ini merupakan hari penting untuk dirinya beserta Ario. Teman seperjuangan mereka saat kuliah akan bersilaturahmi ke sini. Momen yang sangat jarang mengingat betapa sibuknya mereka, juga Tio yang sibuk dengan kantornya—tapi tidak untuk istrinya, Rani, Alliya cukup tahu sifat temannya itu. Dia tak akan mau disibukkan oleh satu urusan.

“Udah siap!”

Dengan gerakan cepat Alliya memukul tangan Ario, Jonash, dan Joshua yang mencomot ayam. Memasang pelototan galak. “Nanti. Kalau mau ambil sana di belakang.”

Joshua mencibir. “Yang ada cuma dapet kuah sama tulangnya aja dong, Mamsky.”

“Penting bisa dimakan.”

Jonash tertawa. “Makan tuh tulang!” Tangannya bergerak mencomot tempe, namun usahanya gagal saat Alliya memukul tangannya lagi.

“Kamu juga!”

“Ya ampun, teganya Mamsky! Jonash udah capek-capek bersihin tapi nggak dapet apa-apa.”

Lalu dibantah oleh Ario. “Halah kamu mah apa, nggak sebanding sama Papsky yang nyapu rumah seluas ini.”

Joshua yang diam, kini ikutan nimbrung. “Yaelah, beratan juga Joshua yang cuci piring-piring. Banyak, terus dilapin juga! Harus pake perasaan, konsentrasi ekstra, dan niat yang tulus biar piringnya nggak pecah. Itu sulit.” Joshua memasang ekspresi nelangsanya.

Ario memutar bola matanya. “Drama banget sih.”

Jonash melempar serbet yang berada di meja ke muka Joshua. “Lebay amat!”

Ario melotot pada Jonash. “Heh, itu kotor ya! Papsky udah capek-capek bersihin.”

“Yaelah Papsky gitu amat. Salahin noh si Josh.”

“Lah kok Joshua? Harusnya Ka Jo yang salah. Bisa-bisa muka Joshua yang ganteng ja—”

Hingga perdebatan mereka terhenti saat suara bel dari luar terdengar. Alliya menata rambutnya cepat, lalu beralih ke bajunya. Seakan mengerti kode yang dimaksud, Ario, Jonash, dan Joshua ikut merapikan segalanya.

What's the Problem? [ON HOLD]Where stories live. Discover now