14. Siapanya Bara?

20 2 0
                                    

Till It Hurts - Yellow Claw feat. Ayden

JONASH menyugar rambutnya. Ia berjalan memasuki koridor utama setelah memarkirkan motornya di parkiran. Banyak pasang mata melempar tatapan iba dan penasaran padanya, membuat Jonash meringis tak suka. Meskipun ia merasa aneh pada tatapan itu.

Namun, kali ini Jonash tak mengindahkan tatapan mereka. Untuk apa? Jonash juga terbiasa mendapat tatapan seperti itu—tatapan yang kerap kali mereka lemparkan saat Jonash dibully. Dan tatapan itulah yang membuat Jonash paham kode. Kode yang berarti setelah ini ia akan dibull

Tunggu. Apa? Bully? Sudah beberapa hari ini ia baru sadar kalau Bara berhenti membullynya. Dan sekarang, apa cowok itu mau melakukan aksi itu lagi? Ya ampun, kenapa Jonash baru sadar, sih?!

Gawat level lima!

Jonash menghentikan langkahnya. Ia menatap sekeliling dengan was-was—memastikan tak ada Bara di sini. Perlahan namun pasti, Jonash buru-buru mempercepat langkahnya agar ia lebih dulu sampai di kelas sebelum cowok aneh itu membullynya. Dan—

BYURR!!

Jonash merasakan ada air yang mengguyurnya tiba-tiba. Kemudian disusul oleh banyak gelak tawa mengiringi. Ia mengucek matanya yang perih yang tersiram air tersebut. Tuh, kan, apa Jonash bilang. Mereka pasti akan bully Jonash lagi. Baru saja Jonash menaiki tangga menuju kelasnya, dua orang yang berdiri di depannya lebih dulu menyiram Jonash dengan dua ember air.

Mata Jonash yang sedikit memerah, menangkap sosok Bara di ujung, bersedekap, menyandarkan punggungnya di tembok dengan gelak tawanya. Cowok itu berhenti tertawa, melirik Jonash sinis. Segera ia menghampiri Jonash yang tengah basah kuyup tersebut.

"Hai, gimana pagi ini? Seger banget pasti. Pagi-pagi udah disiram aja. Tentunya lo harus makasih banget sama gue. Kalo badan lo seger, itu artinya lo bisa konsen pas pelajaran," Bara menyindir. Jonash hanya memutar bola matanya jengah. "Dan, lo inget sama apa yang gue omongin kemarin kan? Gue nggak pernah main-main sama apa yang gue omongin. Jauhin Sierra, atau lo bakal nyesel."

Jonash terdiam. Meresapi kata-kata Bara. Kemarin ia mendengar peringatan itu dari mulut Bara. Namun, yang membuat Jonash terdiam adalah tentang alasan cowok itu. Terkait Sierra. Jujur, sebenarnya ia tak mengerti maksud Bara mengancamnya untuk menjauh Sierra. Ah, Jonash nggak peduli. Jonash nggak percaya sama Bara.

Jonash sudah hafal banget. Menjauh atau enggaknya dari Sierra, tetap saja, bully tetap merupakan makanan sehari-harinya. Jadi percuma saja!

"Emang lo siapanya, sih?"

"Lo nggak perlu tau soal itu, yang perlu lo camkan cuma satu; jauhin dia."

Jonash memutar bola matanya sambil tersenyum miring. "Kalau lo bilang gue gak perlu tau, so, gue juga gak perlu ngejauh dong. Lo nggak perlu ngatur."

Bara menatap tajam. Ia mencengkeram kerah seragam Jonash. "Gue gak main-main, ya. Gue minta lo jauhin dia atau gue akan semakin ngasih pelajaran buat lo," ancam cowok itu yang mulai geram dengan Jonash.

Jonash balas menatapnya datar. Rahangnya mengeras. Ia menyentak tangan Bara dari kerahnya. "Nggak akan," tandas cowok itu pada akhirnya. Jonash membetulkan posisi ransel kirinya. Lalu berbalik, berjalan menjauhi tempat itu tanpa memperhatikan sekelilingnya yang kini tengah menatapnya.

[.]

"Ngerti?"

Jonash memperhatikan wajah cowok di depannya yang masih tak menampakkan tanda-tanda pergerakan dari kepalanya, mengerti. Hanya tangannyalah yang masih bergerak mengibas ke atas bawah dengan buku tipis. Hal itu membuat Jonash menghela napasnya. "Ngerti nggak, Bang? Capek nih gue je—"

What's the Problem? [ON HOLD]Where stories live. Discover now