IPA & IPS - 20

266K 12K 351
                                    




Pagi-pagi kelas 12 IPA 3 disambut oleh ulanganmatematika. Ardi dan teman-temannya sudah beradadi kelas terlebih dahulu, mereka sedang sibuk mencatat.

"Rajin nyatet pas mau ulangan doang ya?" tanya Raramelihat kelakuan mereka.

"Biarin dong, apa salahnya sih jadi anak rajin?" ucapArdi yang masih sibuk mencatat.

Tak lama kemudian, Ardi selesai mencatat di sebuahkertas. Kertas tersebut dimasukkan ke dalam saku kemejanya.Hal tersebut diikuti oleh teman-temannya.

Pak Jaya pun masuk ke dalam kelas membawa amplopbesar berisi lembar jawaban dan soal.

"Awas ya yang ketahuan menyontek bapak bacok,"ucapnya seraya membagikan lembar tersebut ke semua murid.Perubahan

"Berarti kalau gak ketahuan gak dibacok ya, Pak?"tanya Ardi kencang. Pak Jaya melotot menatap Ardi.

"Bagus-bagus kamu udah ngaku duluan berarti bapakbakal ngebacok kamu yah," ucap Pak Jaya seraya melototke arah Ardi.

"Pak, kan saya nanya. Kata Ibu saya, banyak nanya tuhbagus loh, Pak, jadi berpengetahuan tinggi." Ardi ngeles.

Pak Jaya memilih untuk tidak meladeni Ardi. Iamenyuruh mereka untuk memulai mengerjakan soalnya.Pak Jaya sendiri berdiri di belakang kelas agar lebih terlihatgerak gerik muridnya, namun Pak Jaya mengawasinyasambil memainkan ponselnya.

"Pstt... nomor 1," bisik Ardi kepada Maman yangsampai terdengar ke telinga Michelle. Maman menggarukkepalanya yang tidak gatal, tanda jawaban nomor satu ituA. Ardi mengacungkan jempolnya, lalu mencatat jawabannya.Michelle menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Ardidi kelas.

Pak Jaya tiba-tiba tertawa kecil. semua murid langsungmemutarkan badannya melihat Pak Jaya tertawa kecil sambilmemainkan ponselnya.

"Waduh Pak Jaya bahaya tuh lagi ngapain." Ardiberkomentar pelan.Pak Jaya menyadari bahwa ia sedang diperhatikan.

"Heh apa liat-liat? Kerjain soalnya!"

Mereka semua pun kembali menatap kertas ulanganmasing-masing, mengikuti perintah Pak Jaya.

Tak lama kemudian, bel istirahat pun berbunyi. PakJaya mengambil kembali seluruh kertas ulangan. Semuamurid pun langsung pergi ke kantin seperti biasa, termasukMichelle dan Rara.

"Kalau gak ada Ardi di kelas kita, udah sunyi kali yahdan gak bakal seru," ucap Rara ketika mereka berada dikantin, duduk di tempat biasa sambil menyantap makanannya.

"Ya juga sih, tapi kadang-kadang Ardi tuh nyebelinnyaminta ampun," ucap Michelle.

"Tapi ya gak bakal kerasa putih abu-abunya kalaugak ada dia."

Dua orang gadis menghampiri mereka sambil membawaminuman masing-masing. Michelle dan Rara berhentiberbicara dan menatap mereka berdua karena Michelledan Rara menyadari keberadaan mereka.

"Hai gue Dinda dan dia Silvia, kita kelas 12 IPS 2,"mereka memperkenalkan diri. "Boleh gabung?"

"Boleh-boleh."

Dinda dan Silvia duduk sebangku dengan Michelle danRara. Michelle bingung ada apa mereka menghampirinya.

"Katanya lo lagi deket yah sama Rifqi?" tanya Dinda.

"Emm gak terlalu sih," jawab Michelle asal.

"Gue sama Rifqi pas kelas 10 sama 11 tuh kita sekelasgitu, kerjaan Rifqi tuh tiap hari ngegodain temen sekelasnyatapi dia tuh gak pernah pacaran pas kelas 10 dan 11 danbaru sekarang ada rumor kalau Rifqi lagi deket samacewek," ucap Dinda panjang lebar.

IPA & IPS (TERBIT & SUDAH DISERIESKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang