Pisau Keempat Belas

Start from the beginning
                                    

Lian Thian-hun membentak gusar, "Minggir, siapa suruh kau turut campur?"

Leng Toa tersenyum, katanya, "Sudah kau suruh orang berhenti, tentunya aku boleh turun tangan."

Lian Thian-hun melengak, lekas Li Tiang-ceng menyeretnya ke pinggir.

Kim Put-hoan tertawa lebar, katanya, "Haha, lucu, sungguh lucu."

Thian-hoat Taysu juga berkata, "Biar ku...."

"Kenapa Taysu tergesa-gesa? Keparat itu takkan bisa lolos, kenapa Taysu tidak lihat dulu bagaimana kungfu Leng-keh-sam-hengte (Tiga Saudara dari Keluarga Leng) hebat dan yang jarang dipamerkan di depan umum?" demikian bujuk Kim Put-hoan.

Sejenak Thian-hoat Taysu termenung dan urung melangkah maju.

Kiranya kedudukan ketiga saudara keluarga Leng di dunia persilatan agak aneh, mereka adalah kaum budak di Jin-gi-ceng, namun kungfu mereka termasuk tokoh kelas tinggi.

Mereka tidak mengejar nama, tidak mencari keuntungan pribadi, juga tak pernah berkecimpung di Kangouw atau ikut campur urusan orang lain, kecuali ada orang mengancam Jin-gi-ceng, mereka tidak sembarangan turun tangan.

Tapi bila mereka sudah turun tangan, lawan mereka jarang ada yang bisa pulang dengan selamat, maka jarang ada kaum persilatan yang tahu asal usul kungfu mereka.

Riwayat hidup mereka merupakan teka-teki pula, mereka tidak pernah menyinggung atau membicarakan perihal pribadi mereka dengan orang lain, umpama ada orang tanya juga mereka tak mau menjawab, kepada siapa pun sukar mencari tahu seluk-beluk mereka.

Kungfu yang misterius, riwayat hidup yang terahasia, ditambah tabiat mereka yang aneh sehingga ketiga bersaudara ini dipandang sebagai tokoh aneh dunia Kangouw.

Sekarang sampai Lian Thian-hun juga ingin menyaksikan saudara tertua keluarga Leng ini memiliki kejutan apa dalam ilmu silatnya.

Sementara Leng Toa sedang terbatuk-batuk tak berhenti-henti, maka Cu Jit-jit lantas bertanya, "Kau sedang sakit, apa masih sanggup bergebrak?"

Leng Toa angkat kepala dan tertawa padanya, katanya, "Terima kasih atas perhatianmu."

Habis bicara dia batuk lagi lebih gencar.

Jit-jit menghela napas, katanya, "Masih banyak orang di sini, kenapa kau yang disuruh maju? Kim... Kim-toako, biarlah dia mundur saja, gantikan orang lain."

Kim Bu-bong hanya tertawa dingin tanpa bicara.

Kim Put-hoan justru menanggapinya dengan sinis, "Nona Cu, kau khawatir dia sakit dan tak sanggup berkelahi? Hehehe, nanti bila dia bikin kau menjadi janda, baru kau tahu betapa lihainya."

Beringas muka Jit-jit, hampir dia mengumbar adatnya lagi.

Dasar usil, Kim Put-hoan bermaksud meledek lagi, mendadak Leng Toa membentak gusar, "Tutup mulutmu."

Kim Put-hoan melenggong, "Kau suruh aku tutup mulut?"

"Ya, kau harus tutup mulut," seru Leng Toa.

"Apa... apakah kau tak bisa membedakan siapa musuh dan siapa kawan?"

"Aku lebih senang punya musuh seperti dia daripada punya teman seperti tampangmu," jawab Leng Toa. Perkataannya itu berarti "teman yang hina dina jauh lebih menakutkan daripada musuh yang jujur".

Mau tak mau Kim Put-hoan merasa malu, dia menoleh ke arah Li Tiang-ceng, maksudnya seperti ingin bilang, "Kacungmu bersikap kurang ajar padaku, kenapa kau tidak menegurnya."

Ternyata Li Tiang-ceng diam saja tanpa memberi reaksi, seakan-akan dia tidak mendengar atau memang sengaja tidak peduli akan percakapan Kim Put-hoan dengan Leng Toa.

Pendekar Baja / A Fanciful Tale of the Fighting World  (Wu Lin Wai Shi)Where stories live. Discover now