Pisau Kesepuluh

1.5K 33 1
                                    

Bukan saja mampu meluputkan diri dari dua jurus serangan keji, gerak-gerik lawan ternyata juga aneh dan lincah, mau-tidak-mau si nyonya tampak gugup, bentaknya beringas, "Masih ada sejurus, sambutlah!"

Kembali telapak tangannya didorong perlahan, gayanya mirip jurus pertama tadi.

Si Kucing menjengek, "Tadi sebetulnya sudah cukup tiga jurus, tapi apa alangannya aku mengalah sejurus lagi."

Beberapa patah kata ini tidak pendek, tapi selesai diucapkannya, pukulan telapak tangan si nyonya baju hijau juga baru mencapai setengah jalan, si Kucing berdiri sekukuh gunung, bola matanya menatap tajam seperti mata harimau, siap menunggu serangan lawan dan segera akan melancarkan serangan balasan mematikan.

Terdengar nyonya berbaju hijau menghardik, "Kena!"

Telapak tangan berhenti bergerak, tapi kaki kanan mendadak melayang, menendang selangkangan.

Jurus serangan yang tak terduga oleh lawan, namun si Kucing masih sempat berkelit meski agak kelabakan.

Mendadak lengan baju si nyonya mengebas, puluhan bintik sinar lembut menyambar keluar dan berkembang melebar, tiga tombak di kanan-kiri si Kucing terjangkau oleh bintik sinar kemilau itu, betapa pun tinggi kungfu si Kucing, kali ini jelas tak mampu menyelamatkan diri dari am-gi atau senjata rahasia yang ganas ini.

Anak buahnya baru saja bersorak girang ketika melihat si Kucing berhasil meluputkan diri dari serangan berbahaya lawan, kini melihat pemimpin mereka terancam bahaya pula, semuanya menjerit kaget dan khawatir.

Pada detik yang menentukan itulah, buli-buli arak di tangan si Kucing mendadak berputar, puluhan bintik sinar kemilau yang berkembang di udara itu laksana rombongan lebah sekaligus meluncur ke dalam sarangnya, seluruhnya tersedot oleh buli-buli itu.

Nyonya baju hijau terperanjat, sebaliknya anak buah si Kucing berkeplok girang.

Si Kucing menegakkan badan sambil bergelak tertawa, katanya, "Senjata rahasia keji, tangan yang ganas, untung berhadapan dengan si Kucing, kakek moyangnya ahli antiberbagai am-gi dari segenap perguruan di dunia ini."

Gemetar suara si nyonya baju hijau, "Kau ... dari mana kau peroleh buli-buli ini?"

Si Kucing tertawa, katanya, "Tidak perlu kau urus, sambutlah sejurus seranganku!"

Di tengah gelak tertawanya, buli-buli mendadak menghantam dengan dahsyatnya.

Cepat si nyonya baju hijau menyurut mundur beberapa langkah dan tidak balas menyerang.

Si Kucing tertawa, "Eh, kenapa berhenti, ayolah serang pula."

Mendelik benci si nyonya baju hijau, desisnya sambil mengertak gigi, "Tak nyana hari ini aku bertemu dengan kau .... Buli-bulimu itu ...." setelah mengentak kaki ia menambahkan, "Sudahlah."

Segera dia berputar hendak lari.

"Masa mau pergi begitu saja," si Kucing mencemooh, sinar kemilau berkelebat, golok pendek tercabut dari pinggangnya, cahaya lembayung mendadak mencegat jalan pergi si nyonya baju hijau.

Merah mata si nyonya baju hijau, mendadak dia angkat Pek Fifi yang dikempitnya terus diangsurkan ke arah golok. Keruan si Kucing terkejut, lekas dia menarik golok dan menangkap tubuh Pek Fifi, dalam sekejap itu si nyonya berbaju hijau sudah melesat pergi beberapa tombak jauhnya, sekali melejit pula, bayangannya lantas lenyap.

*****

Go-losi sedang mengayun langkah menyusuri jalan, mendadak dilihatnya kedua "kambing gemuk" yang banyak uang kertas itu sedang tanya ini-itu kepada seorang lelaki di bawah pohon sana.

Pendekar Baja / A Fanciful Tale of the Fighting World  (Wu Lin Wai Shi)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora