Pisau Ketiga

3.4K 47 1
                                    

Di tengah gelak tertawanya dia tarik Ji Yok-gi dan diajak lari ke utara.

Ji Yok-gi heran, tanyanya, "Kenapa Kim-heng hendak mengejar ke sana?"

"Di depan sudah ada Can Ing-siong dan Hong-lin-sam-niau, setelah ada pelopornya, kenapa kita takut? Biar kita kuntit mereka untuk menonton keramaian saja?"

Tiba-tiba di belakang pohon di tepi jalan ada seorang berkata dengan tertawa, "Mungkin juga masih dapat menggagap ikan di air keruh, bila ada kesempatan dapat pula menarik keuntungan, benar tidak?"

Lalu tampak Kiau-jin-lan-sim Li-cu-kat Hoa-sikoh melangkah keluar, Singa Jantan Kiau Ngo berada di belakangnya dengan mata mendelik menatap Kim Put-hoan.

Berubah air muka Kim Put-hoan, tapi dia lantas tergelak, katanya, "Siapa nyana Singa Jantan hari ini berubah jadi musang, makanya langkahnya ringan tidak kedengaran datangnya, Siaute sampai kaget setengah mati." Jelas dia menyindir tindak tanduk Kiau Ngo yang main sembunyi, secara tidak langsung ia memaki tanpa menggunakan kata-kata kotor.

Kontan merah muka Kiau Ngo, serunya gusar, "Kau ... kau ...." saking gusar, dia tak mampu bicara malah.

Kim Put-hoan makin senang, katanya tertawa, "Ada apa kalian menyusul kemari?"

Hoa-sikoh tersenyum, katanya, "Kami ingin memberi pesan kepada Ji-siauhiap ini agar jangan sampai terjebak oleh manusia yang rendah budi."

Kim Put-hoan pura-pura tidak tahu bahwa dirinya yang dimaki, dia malah tertawa, katanya, "Hoa-sikoh sungguh baik hati, pantas dipuji ...." sekilas dia melirik Ji Yok-gi lalu menyambung, "Tapi Ji-heng sudah berpengalaman di dunia Kangouw, sejak kapan dia perlu diperhatikan dan diberi pesan segala, Siaute heran dan tidak mengerti."

Merah jengah muka Ji Yok-gi, katanya, "Orang she Ji bisa menjaga diri dan bertindak hati-hati, tak perlu kalian memerlukan datang memberi tahu kepadaku."

Hoa-sikoh geleng-geleng kepala sambil menghela napas, tapi dia tidak bicara lagi.

Kim Put-hoan berkata pula, "Ji-heng memang punya tujuan sendiri, buat apa kalian membuat keruh air jernih?"

Tangan Kiau Ngo sudah terkepal, namun diam-diam Hoa-sikoh menariknya.

Kim Put-hoan tertawa, katanya, "Sejak kapan kalian menjadi begini mesra, sungguh harus diberi selamat, kelak bila tiba saatnya mengadakan pesta, jangan lupa mengundangku untuk minum arak!" — Di tengah gelak tertawanya, dia tarik Ji Yok-gi terus pergi.

Kiau Ngo menggerung gusar dan hendak melabraknya, tapi Hoa-sikoh mencegahnya lagi, terdengar di kejauhan Ji Yok-gi berkata lantang, "Pasangan mereka memang setimpal ...."

"Keparat, sembarang mengoceh, Sikoh, jangan ambil pusing," kata Kiau Ngo sambil menyengir.

Hoa-sikoh tersenyum, "Mana aku pikirkan mereka?"

Kiau Ngo menghela napas, katanya sembari menengadah, "Pendekar ternama di Bu-lim ternyata berjiwa rendah begitu ...."

Angin mengembus, dari kejauhan terdengar pula derap kuda mendatangi.

Hoa-sikoh menghela napas, gumamnya, "Siapa lagi yang akan mencari perkara kepada Jitkohnio itu ...."

*****

Saat itu Jitkohnio sedang membedal kudanya sekencang angin, sementara bocah merah tetap menarik si pemuda, mati pun tidak mau melepaskannya, maka seekor kuda tiga penunggang terus melanjutkan perjalanan, sebentar saja mereka sudah mencapai beberapa li.

Kejap lain tujuh orang anak buahnya juga sudah menyusul tiba, Jitkohnio memperlambat lari kudanya, katanya tertawa, "Setelah mendemonstrasikan kepandaianmu tadi, kuyakin mereka tak berani lagi mengejar kemari."

Pendekar Baja / A Fanciful Tale of the Fighting World  (Wu Lin Wai Shi)Where stories live. Discover now